NovelToon NovelToon
Sukses Setelah Disepelekan

Sukses Setelah Disepelekan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Berbaikan / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: FAMALIN

Wanita yang sering menangis dalam sujudnya, dia adalah Syifa Salsabila, seorang istri yang selalu dihina dan direndahkan ibu mertua dan saudara iparnya lantaran ia hanya seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan uang membuatnya harus berjuang. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang tak kenal lelah akhirnya kesuksesan pun berpihak padanya. Akankah ia balas dendam setelah menjadi sultan? ...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAMALIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

"Karena dia selalu menghantui hari-hariku, Kak."

"Ha? arwahnya gentayangan sampe sini, Zak?"

"Bukan itu maksudku, Kak."

"Terus?"

"Dia selalu mengganggu pikiranku."

"Zak, Berdoalah sama Allah supaya kamu segera bisa melupakan Melisa!"

"Sebenarnya sih kemarin sudah bisa, Kak. Tapi tiba-tiba ada hal lain yang membuatku teringat lagi padanya."

"Hal lain? Apa kamu membawa barang-barang milik calon istrimu dulu itu?"

"Nggak. Barang-barang dari dia aku tinggal di Dubai semua, hanya saja ada satu foto yang tertumpuk di galeri ponsel."

"Terus kamu pandang-pandang lagi tuh foto? kalau gitu pantas saja kamu susah move on??"

"Tapi bukan tentang foto itu yang membuat pikiranku kacau terus, Kak."

"Lalu apa?"

"Ada Sese ..." ucapan Zaki seketika terhenti melihat Bapaknya datang secara tiba-tiba.

"Zak, ternyata kamu di tempat kakakmu terus, pantas saja rumah sering kosong?" tanya Darman baru datang.

"Kok Bapak sudah pulang, tumben?"

"Iya, Bapak sepertinya lagi nggak enak badan nih, dan kesini bapak mau minta tolong dikerokin sama Inem."

"Bapak meriang?" tanya Inem langsung memperhatikan Darman.

"Ya. Badan Bapak rasanya gregesan, terasa dingin sekali mau nyentuh air."

"Ya udah, kalau gitu aku bikinin teh anget dulu ya, Pak? Sekalian ambil minyak angin."

"Heum."

Inem berlalu dari ruang itu, kini tinggallah Zaki dan Darman saja yang berada di ruang tamu.

"Zak, setelah meninggalnya calon istrimu dulu itu, tidak kah ada keinginan kamu untuk meminang wanita lagi?"

"Belum terpikirkan olehku, Pak."

"Zak, Bapak ini semakin tua, apakah kamu nggak ingin di rumah ada seorang wanita yang selalu siaga menyiapkan keperluan makan dan minum kita, serta bersih-bersih rumah setiap hari juga?"

"Hmm, sebenarnya pingin sih, Pak. Tapi jujur aku belum bisa sepenuhnya menerima kehadiran wanita lain di hidupku, Pak."

"Bapak tahu, Zak. Gimana sedihnya ditinggal oleh wanita yang sangat kita cintai, tapi kalau itu sudah kehendak Allah kita bisa apa? Selain harus ikhlas menerimanya dan semangat lagi untuk menyongsong masa depan yang indah dikemudian hari."

"Masih berat bagiku, Pak. Untuk menerima segala apa yang terjadi dalam hidup. Apalagi setelah kembali kesini harapannya aku bisa bahagia tanpa bayang-bayang Melisa lagi, tapi ternyata ..."

"Kenapa? Kamu malah semakin teringat padanya terus?"

Zaki hanya manggut-manggut saja menjawab pertanyaan dari Darman.

Inem kembali dari dapur dengan membawa teh panas untuk sang bapak "ini, Pak. Teh panasnya."

Darman meraih segelas teh itu, ia segera meminumnya dengan pelan-pelan "Kalau badan lagi meriang gini tuh enaknya minum jahe anget, Nem. Bukan Teh."

"Jahe Anget? Bapak ingin aku belikan di warung tenda seberang jalan sana?"

"Bukan di warung tenda, tapi kamu sendiri yang bikin!"

"Tapi aku nggak bisa cara bikinnya, Pak?"

"Belajar dong sama Syifa!"

"Syifa?" spontan Inem dan Zaki mengucap pertanyaan yang sama.

"Iya. Syifa pernah bikinin bapak jahe anget waktu malam ngobrol bersama pak Harun di teras rumah dulu habis ronda, dan rasanya mantab sekali, rasa jahe bakarnya begitu terasa dan manisnya juga pas."

"Bapak ingin sekarang aku minta tolong Syifa bikinin wadang jahe itu?"

"Boleh, biar badan Bapak bisa keringatan cepat sembuh."

"Ya udah kalau gitu, aku ke rumah Syifa sekarang minta bantuan padanya."

"Heum, semoga Syifa berkenan."

"Aamiin."

~~

Satu jam berlalu, dengan senang hati Syifa bersedia membantunya membikin wadang jahe itu di rumah Inem.

"Mbak Inem tolong bantuin kupasin jahe ini dan juga kencur ini ya? Saya mau bakar serehnya dulu."

"Katanya wedang jahe kok pake sereh dan kencur segala, Syif?"

"Sebenarnya minuman ini tuh bukan wedang jahe biasa, Mbak. Tapi ini wedang ramuan tradisional yang menyehatkan." jawabnya dengan full senyuman.

"Dari mana kamu dapat resep ini?"

"Dari mana ya dulu itu, maaf aku lupa, Mbak. Yang pasti minuman ini sering aku buat di saat musim hujan."

"Wah diam-diam kamu itu punya banyak bakat ya, Syif,"

"Dari banyak belajar juga itu, Mbak."

"Masya Allah, beruntungnya Fahri mempunyai istri yang seperti kamu yang multi talent, Tapi kenapa bu Rita malah nggak Mersyukurimu ya?"

Senyum Syifa yang sebelumnya mengembang manis dibibir kini mendadak surut seketika bak tertelan ucapan Inem barusan kala membicarakan tentang ibu mertuanya itu.

"Maaf, Syif. Bukan maksudku untuk mengingatkanmu pada keburukan sikap ibu Rita, tapi aku hanya heran saja wanita secerdas dan sesholehah kamu sering disakiti."

"Biarlah itu menjadi ujian saya, Mbak. Tolong doakan saja semoga saya kuat dan bisa selalu sabar."

"Itu pasti, Syif."

"Btw nih serehnya sudah matang, Mbak. Kini saatnya jahe dan kencur yang gantian dibakar!"

"Okay. Nih ngupasnya juga sudah selesai kok."

Sambil menyiapkan minuman herbal itu Inem dan Syifa terus berbincang, walaupun hubungan mereka hanya tetangga dekat namun Syifa merasa Inem seperti saudara kandungnya sendiri karena dalam pemahaman mereka selalu sama satu frekuensi.

"Taraaa ... Minumannya sudah siap tinggal kita kasih gula batu dikit dan madu. Biar manfaatnya lebih bagus juga ke tubuh."

"Hmmm, dari baunya segar banget Syif, kapan-kapan saya akan bikin minuman ini lagi deh, terima kasih resepnya."

"Heum, sama-sama, Mbak."

Zaki yang juga masih berada disitu pun diam-diam ikut mengakui bahwa Syifa adalah wanita sederhana yang mempunyai segudang bakat dan keahlian.

*

*

*

Waktu terus berlalu, sudah satu bulan lebih Syifa tinggal bersama ibu mertuanya lagi, walaupun ia masih sering disakiti Rita, namun selama Fahri selalu berpihak kepadanya maka hati Syifa pun seakan merasa selalu diperjuangkan haknya sebagai istri walaupun tidak sebagai menantu.

Kebersamaan Syifa dan Fahri sebagai suami istri setiap hari semakin romantis. Tapi entah apa yang terjadi di hari itu tiba-tiba tempat kerjanya Fahri kedatangan seorang wanita baru yang langsung menempati posisi tinggi di kantor itu.

"Selamat pagi, Pak Fahri ..." sapanya dengan mengulas senyum yang terindah.

"..." jawab Fahri kaget dan bertanya-tanya.

Bersambung ...

1
Tình nhạt phai
Sudah nunggu dari kemarin-kemarin, ayo dong thor.
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!