NovelToon NovelToon
Gelora Cinta Sang Bodyguard

Gelora Cinta Sang Bodyguard

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cintamanis / Mafia / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: nonaserenade

Benjamin ditugaskan kakaknya, menjadi pengawal pribadi Hayaning Bstari Dewi Adhijokso, putri bungsu ketua Jaksa Agung yang kehidupannya selama ini tersembunyi dari dunia luar.

Sejak pertama bertemu, Haya tak bisa menepis pesona Ben. Ia juga dibantu nya diperkenalkan pada dunia baru yang asing untuknya. Perasaannya pun tumbuh pesat pada bodyguard-nya sendiri. Namun, ia sadar diri, bahwa ia sudah dijodohkan dengan putra sahabat ayahnya, dan tidak mungkin bagi dirinya dapat memilih pilihan hatinya sendiri.

Tetapi, segalanya berubah ketika calon suaminya menjebaknya dengan obat perangs*ng. Dalam keputusasaan Haya, akhirnya Ben datang menyelamatkan nya. Namun Haya yang tak mampu menahan gejolak aneh dalam tubuhnya meminta bantuan Ben untuk meredakan penderitaannya, sehingga malam penuh gairah pun terjadi diantara mereka, menghilangkan batas-batas yang seharusnya tidak pernah terjadi di malam itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nonaserenade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Kamu Bukan Siapa-siapa Ben

Wajah Ben yang semula segar mendadak meredup begitu melihat pesan dari Hayaning.

Nona Hayaning

Aku sudah siap.

Tanpa berpikir dua kali, ia segera melangkahkan kaki menuju rumah utama. Namun, langkahnya terhenti begitu melihat seseorang yang langsung merusak suasana hatinya—Adipta.

Kebahagiaan yang tadi terasa, lenyap seketika.

Ia sudah tahu sebelumnya bahwa Hayaning memiliki jadwal pertemuan dengan calon suaminya hari ini, tapi tetap saja, melihat pria itu di hadapannya membuat amarahnya tersulut tanpa bisa dikendalikan.

"Good morning, bodyguards." Adipta menyapa dengan nada santai yang terdengar menyebalkan di telinga Ben.

Ben hanya memasang ekspresi dingin. “Pagi, Pak.”

Saat itulah tangan Adipta melingkari pinggang Hayaning.

Ben menatap pemandangan itu dengan rahang mengatup rapat. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, menahan dorongan insting untuk menyingkirkan tangan pria itu dari Hayaning.

"Saya dan calon istri akan pergi berkencan," ujar Adipta, suaranya terdengar seolah sengaja menekankan kata calon istri. "Kalau tidak salah, kamu ini bodyguard pribadinya yang selalu mengikutinya ke mana pun dia pergi. Silakan saja kalau mau, tapi hari ini, Haya akan berada dekat dengan saya."

"Ya, saya mengerti, Pak," jawabnya akhirnya, suaranya terdengar datar, nyaris tanpa emosi.

Hayaning, di sisi lain, tetap seperti biasanya—tenang, tidak menunjukkan perubahan ekspresi sedikit pun. Ia hanya menoleh ke arah Ben dan tersenyum kecil.

"Sampai jumpa nanti, Ben," ucap Adipta pelan.

Ben hanya mengangguk, menelan emosinya dalam diam.

Ia menyaksikan keduanya masuk ke dalam mobil, Adipta dengan kepercayaan dirinya yang menyebalkan, sementara Hayaning tetap dengan sikap anggunnya.

Ben menghela napas panjang. Sungguhan, ia tak suka situasi ini.

•••

Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah butik. Benjamin dengan setia mengikuti nona-nya dari belakang, dari jarak yang sedikit jauh.

"Cantik sekali kamu, Yang."

Tiba-tiba, tangan Adipta merangkul pundak Hayaning dari belakang. Sang empunya tubuh hanya diam sembari tersenyum menatap cermin di hadapannya, mengenakan gaun untuk acara pertunangannya.

Ben menarik napas dalam, mencoba menekan gejolak yang hampir meledak di dadanya. Matanya menajam, menatap bayangan Adipta yang berdiri terlalu dekat dengan Hayaning, tangannya terlampau nyaman menyentuh perempuan itu.

Sial.

Telapak tangannya mengepal erat di sisi tubuh, menahan dorongan untuk melangkah maju dan menyingkirkan pria itu dari tempatnya. Tapi Hayaning tetap tenang, wajahnya tersenyum tipis saat menatap cermin, seolah pelukan Adipta bukanlah sesuatu yang mengganggunya.

Ben merasakan darahnya berdesir tajam.

"Bagaimana? Kamu suka gaunnya?" tanya Adipta.

"Cukup bagus." Jawab Hayaning.

Adipta tersenyum puas, sementara Ben—ia hanya bisa berdiri di tempatnya, menelan bulat-bulat rasa frustrasi yang hampir meledak.

CUP.

Kali ini kaki Ben bergerak maju ketika Adipta mengecup pipi kanan Hayaning. Namun, langkahnya terhenti di tengah jalan ketika Hayaning membalas di pipi kiri Adipta.

Itu… nyaris sangat cepat.

"Damn!"

"Hey, bodyguard," katanya berseru cukup kencang. "Kamu seperti nyamuk saja di antara kami."

Ben tentu saja merespons. "Saya jadi nyamuk? Bajingan gila!" Ia juga mengumpat dalam hatinya. "Saya tidak merasa begitu." Jawabnya dengan tenang.

Adipta tertawa kecil. "Hayaning, bodyguard-mu itu sangat menyeramkan. Lihatlah wajahnya, itu sangat nggak banget."

Ben menatap Adipta dengan tajam, rahangnya mengeras.

Hayaning hanya tersenyum tipis, sama sekali tak terlihat terusik. "Ben memang seperti itu," katanya ringan, sebelum kembali menatap pantulan dirinya di cermin. "Jadi kamu suka gaun ini, Mas?"

Adipta tertawa kecil. "Tentu saja, Yang. Apa pun yang kamu pakai akan terlihat indah."

Ben mencengkeram pergelangan tangannya sendiri, mencoba menahan diri agar tak bergerak beringas ke arah Adipta.

Sungguhan, ia tak suka dibeginikan. Kalau saja tak ingat dengan Hayaning, sudah ia hajar habis-habisan pria itu.

Ia benar-benar menahan diri. Ke mana pun Hayaning pergi, matanya tak lepas mengawasi.

Dan kini, mereka berada di ruang bioskop VVIP—hanya ada mereka bertiga di dalamnya.

Di dalam sana, Ben mengambil posisi di belakang, mengawasi Hayaning dan Adipta duduk di depan. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat jelas bagaimana Adipta mendekat, berbisik sesuatu di telinga Hayaning yang hanya menanggapinya dengan anggukan kecil.

Ben mengepalkan tangan. Napasnya berat.

Ia benci ini. Apalagi melihat pria itu terus mencoba menyentuh Hayaning, seakan perempuan itu benar-benar miliknya.

Dan saat tangan Adipta turun ke paha Hayaning, Ben tak bisa lagi hanya diam.

Ben bergerak cepat, langkahnya mantap menuju tempat duduk mereka. Tanpa banyak kata, ia langsung duduk di sisi Hayaning, tubuhnya yang tegap memberi batas yang jelas antara perempuan itu dan Adipta.

Hayaning menoleh sekilas, sorot matanya tak menunjukkan ekspresi berlebihan, tapi ia bisa merasakan kehadiran Ben yang begitu dominan.

Sementara Adipta, yang semula menikmati momen itu, tampak sedikit terusik. Rahangnya mengencang saat ia melirik Ben dengan sorot mata tajam. "Saya tidak meminta kamu duduk di samping kekasih saya dan mengganggu kami berdua."

Ben menatapnya tanpa gentar. "Sayangnya, tangan Pak Dipta bergerak dengan cara yang tak sopan pada Nona Hayaning. Saya tidak bisa diam saja."

"Sialan bodyguard ini!" geram Adipta, ia bangkit dari kursinya dan hendak melayangkan pukulan pada Ben, namun pria itu tanpa terusik menantang Adipta dengan menatapnya terang-terangan.

"Mas sudah, jangan merusak kencan kita dong." Sela Hayaning ketika dua pria itu bersitegang.

Adipta menggeram kesal, ia melirik ke arah Hayaning dengan sorot tajam. "Dia yang sudah merusak kencan kita, Haya! Kenapa kamu malah membiarkan, huh? Apa jangan-jangan kalian sebenarnya ada main di belakang?" Tuduhnya sarkastik.

"Kamu tuduh aku mas? Bukannya seharusnya aku yang tanya begitu sama kamu?" Tanyanya menantang.

Sebal. Adipta mengepalkan tangannya dan hendak melayangkan tangannya pada Hayaning. Namun dengan gerakan sigap, Ben segera berdiri dan menangkap pergelangan tangan Adipta sebelum bisa menyentuh Hayaning. Cengkeramannya kuat dan penuh peringatan.

"Jangan pernah sekalipun berani untuk menyentuh dan menyakitinya," desis Ben, jari-jarinya semakin menekan, membuat Adipta meringis.

Adipta berusaha melepaskan diri, tapi sia-sia. Cengkeraman Ben tak mudah digoyahkan. Rahangnya mengatup rapat, menahan amarah dan ego yang terinjak.

Di sisi lain, Hayaning berdiri dari duduknya dengan sikap tenang. Matanya menatap keduanya dengan ekspresi yang teramat tak beremosi.

"Ben," panggilnya, suaranya lembut, tapi mengandung perintah.

"Tidak, Nona." Ben meliriknya tajam sebelum kembali menatap Adipta dengan sorot dingin.

"Seharusnya Nona tidak memilih pria kasar seperti ini. Dan Anda..." Ia menekankan suaranya sembari menunjuk wajah Adipta tanpa takut, dan bicara lebih formal seiring emosinya meluap. "Sebagai seorang ketua umum partai, pantaskah Anda bersikap seperti binatang?"

"Fuck—" Ben memotong bicaranya.

"Anda ini seorang pemimpin, memiliki citra dimata publik, namun nyatanya memperlakukan wanita dengan cara yang menjijikkan. Apakah ini standar moral yang Anda junjung?"

"Makin bajingan mulutnya!" teriak Adipta, wajahnya memerah seketika. "Saya bisa laporkan kamu atas ancaman ini! Jangan kira kamu bisa seenaknya!"

Ben membusungkan dadanya, menatapnya dengan wajah sengak. Ia tidak mundur sedikit pun. "Benar, kah? Pejabat korup."

"ANJING!" Adipta hendak mengayunkan tangan, tapi tak bisa sebab tangannya masih erat dicengkeram Ben. Dan sebelum kekacauan makin besar, ponsel Adipta tiba-tiba berdering.

Ben menyeringai tipis, iapun melepaskan genggaman dan mendorong tubuh Adipta, membuatnya terhuyung sedikit ke belakang.

"Sialan, saya tidak terima diperlakukan seperti ini!" Adipta menggeram, nafasnya memburu. Ia berbalik dan mengangkat panggilan dengan wajah marah.

Ben menoleh kearah Hayaning yang tampak datar saja ekspresinya, sungguhan ia tertegun begitu mendapati Hayaning yang lebih banyak diam dalam emosi yang begitu tenang.

"Benjamin Zachary..." Adipta yang selesai bicaranya ditelepon segera membalikkan badannya dan menatap Ben dengan tatapan nyalang. Ia menunjuknya, "tunggu saja pembalasan dari saya." Setelah mengatakan itu, iapun pergi dari ruang bioskop.

Hening mengudara diantara mereka, Ben menatap nona-nya dengan mata menyipit dan rahang yang mengetat. Sementara Hayaning tak menatapnya.

Ben melonggarkan dasinya dengan nafas yang memburu lalu mendekati Hayaning, sang empu menoleh tetapi tak bereaksi apapun.

"Kamu sungguhan ingin menikah dengannya huh?" Bicaranya begitu dalam, suara bariton nya semakin besar dan mencekam.

Hayaning hanya menatap Ben dengan ekspresi datar, seolah tak terpengaruh oleh tatapan membara pria itu.

"Kamu sungguh ingin menikah dengannya, Haya?" ulang Ben, kali ini lebih pelan, tapi tekanan dalam suaranya tetap terasa. Jemarinya mengepal kuat disisi tubuhnya.

Hayaning menarik napas pendek. "Ya."

Rahang Ben mengeras. Ia menatap Hayaning tajam, mencari celah dalam ekspresi perempuan itu. Namun, yang ia temukan hanyalah ketenangan yang membuatnya semakin frustrasi.

"Stupid!" Ben menggeram keras, lalu mencondongkan tubuhnya dekat dengan Hayaning, hampir tak bersisa.

Hayaning menggeliat pelan. "Benji, tegakkan kembali tubuhmu," ujar Hayaning. "Banyak CCTV yang menyorot—"

"Saya tidak peduli!" potong Ben dingin. "Jangan remehkan saya." Mudah baginya menghilangkan rekaman cctv, maka ia tak khawatir.

Hayaning menghela napas panjang. "Lantas, kamu ini maunya apa?"

"Jangan menikah dengan dia!"

Hayaning terkekeh kecil, nyaris ingin tertawa jenaka. "Itu pilihanku, Ben. Kenapa kamu harus repot?"

Ben makin mendekat, tatapannya menyala marah. "Oh, Nona… kamu benar-benar sangat bodoh. Apa kamu mau diperlakukan kasar? Mau dipukuli olehnya, hah?"

"Aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Bullshit!" Ucapnya tercekat di kerongkongan.

"Saya benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu," suara Ben dipenuhi hati yang jengkel. "Mengorbankan diri untuk menikah dengan pria temperamental? Kamu sadar risiko yang kamu ambil? Mau dijadikannya samsak setiap hari hah?"

Hayaning menatapnya tanpa gentar, bibirnya melengkung tipis. "Aku sudah berlatih bela diri keras denganmu, Ben. Aku tidak khawatir lagi. Lagipula, aku bisa melawan."

Ben mendengus tajam, matanya menyala marah. "For fuck sake! Dasar bodoh!" pekiknya, rahangnya mengatup kuat menahan emosi.

Mata mereka bertemu berlawanan—sepasang iris gelap yang dipenuhi bara amarah dan sepasang mata indah yang menyimpan kebingungan.

"Ben..." suara Hayaning bergetar, nyaris berbisik.

Ben tak merespons. Rahangnya kian mengeras, dadanya naik-turun menahan gejolak dalam dirinya. Ia hanya menatap Hayaning, lama dan dalam, seakan mencoba mencari jawaban yang bahkan tak bisa ia temukan sendiri.

"Benjamin..." Panggilanya dengan nada suara yang tak lagi tenang. "Kalau begitu, apakah kamu mau menikahi ku? Apakah kamu mau menjadikan ku istrimu?" Tanyanya dengan nafas tercekat dan sembilu lara dalam hatinya.

Alih-alih menjawab, Ben malah membuang napas kasar, mengalihkan tatapannya ke arah lain, seakan menolak untuk menghadapi pertanyaan itu. “kenapa bicaramu makin melantur huh?"

Hayaning mendengus dingin lalu mendorong Ben dengan kuat, Ben bergeming. Tub*hnya yang kokoh nyaris tak bergeser sedikit pun meski Hayaning telah mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorongnya. Tatapannya kembali menyoroti nya, turun menelusuri wajah Hayaning yang dipenuhi kemarahan.

"Minggir! Minggir kamu dari jalanku!"

Ben tetap berdiri di tempatnya, seakan tanah di bawah kakinya telah mencengkeramnya erat. Rahangnya mengatup, matanya yang tajam masih betah mengunci pergerakan Hayaning.

"Kamu mau ke mana?" Tanyanya penuh tekanan.

"Apa urusanmu?" Hayaning tak kalah sengit. Tangannya mencengkram dada bidang Ben yang menahan tangannya disana. "Kamu bukan siapa-siapaku, Ben. Jadi jangan menghalangi jalanku dan jangan pernah ikut campur!"

Sejenak, hanya ada keheningan di antara mereka. Sampai akhirnya, Ben melepaskan tangan Hayaning. Satu tarikan napas panjang keluar dari bibirnya sebelum ia melangkah mundur, memberi jarak.

Hayaning menata kembali napasnya yang sempat berantakan. Ia enggan berlama-lama di sana. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan melangkah keluar dari bioskop, meninggalkan Ben dalam diam.

Pria itu tak langsung pergi. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, lalu merogoh ponselnya. Memberi perintah kepada anak buahnya agar mengambil rekaman cctv di dalam ruangan bioskop itu.

1
Nurul Halimah
kok blum up2 ya bolak blik buka blom up2 juga penasarn kisah slanjutnya
Nurul Halimah
lagi nungguin up nya thor
Indah Widi
keren thor,,,👍
di tunggu bab selanjutnya 💪😊
yumi chan
km hrs bisa mjauhi ben haya...biarlh ben yg mndrita karna terluka dgn kt2nya sndri jgn jd wnita yg lmh karna cinta..
yumi chan
jgn bdh hya pergilh jauh..bt apa km berthn dgn orng yg gk mau srius dgn km...bknkh ben sm jga dgn adipti..bt apa km msh berhrp pdnya
yumi chan
dsr km bdh hya mau aja sm lk2 bjnign kyk bnji
Nurul Halimah
bagus bnget sampai ngerasain gmna jadi si little rose karakternya okeee
JustReading
Sama sekali tidak mengecewakan. Sebelumnya aku berpikir bakal biasa saja, ternyata sangat bagus!
Nadeshiko Gamez
Mantap thor, terus berkarya ya!
Ludmila Zonis
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!