Elang Langit Perkasa, sifat yang dimiliki Elang sangat sesuai dengan namanya. Bebas, kuat dan juga pantang terkalahkan. Dan yang membuatnya semakin brutal karena terlahir di keluarga Mafia.
Dari sekian banyak wanita yang mendekatinya, hanya seseorang yang bisa mencuri hati Elang, Raysa Putri Ayu. Wanita yang dia temui di waktu yang salah, wanita yang menyelamatkan nyawanya. Tapi untuk mendapatkan Raysa tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan ekstra dan juga air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MJ.Rrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10 tahun berlalu
“Ray, ada yang mencari kamu di luar. Di pintu gerbang.” Ucap Willy.
“Siapa Ray?” Tanya Wila sahabatnya
“Entahlah, aku lihat dulu.” Jawab Raysa keluar kelas karena kebetulan mereka masih jam istirahat.
Raysa sedikit berlari menuju pintu gerbang, terlihat dua orang pria sudah menunggu di sana bersama satpam yang bertugas siang ini
“Raysa.” Panggil Gavin.
“Kak.” Balas Raysa tersenyum.
“Kamu kenal sama mereka Raysa?” Tanya pak Satpam.
“Kenal pak.” Jawab Raysa.
“Ray kami mengantarkan mobil kamu, itu.” Ucap Gavin menunjuk ke arah mobil Raysa yang sudah kembali seperti semula.
“Jadi merepotkan kakak, kak Elang dimana kak?” Tanya Raysa penasaran karena tidak melihat sosok pria itu.
“Memangnya Elang tidak bilang apa-apa sama kamu?” Tanya Gavin heran, Raysa menggelengkan kepalanya
“Elang kemarin sore terbang ke Swiss dan entah kapan akan kembali.” Sambung Gavin dengan nada suara sedih.
“Ha? Beneran kak?”
“Iya Ray, entah kapan kita bisa bertemu lagi dengan dia. Ini kunci kamu, kami pergi dulu.” Nando yang menjawabnya, wajah Nando juga terlihat sedih.
“Terima kasih ya kak.” Balas Raysa, Nando dan Elang tersenyum melambaikan tangan mereka dan segera masuk kedalam mobil.
“Pak, saya mau memasukkan mobil saya.” Ucap Raysa setelah mobil Gavin pergi.
“Memangnya mobil kamu kenapa Raysa?” Tanya Pak Satpam sambil membuka lebar pintu gerbang.
“Masuk bengkel pak, terima kasih ya pak.” Jawab Raysa sedikit berlari ke arah mobil dan segera memasukan mobilnya ke dalam.
“Kak, walaupun aku takut sama kakak. Tapi aku yakin kakak baik, buktinya kakak memperlakukan aku dengan baik. Terima kasih ya kak, mobil aku sudah kembali lagi seperti kemarin. Semoga kakak bahagia disana.” Gumam Raysa didalam hatinya sebelum keluar dari dalam mobil, Raysa tersenyum membayangkan wajah Elang.
…..
10 tahun berlalu.
Seorang dokter muda terlihat berjalan melintasi lorong rumah sakit, dia berjalan cepat menuju sebuah ruangan.
“Dok.” Panggil Raysa membuka pintu dan masuk kedalam.
“Ray, saya tinggal kamu sebentar ya. Saya mau menjemput saudara saya ke Bandara, nanti kalau ada yang urgent kamu langsung hubungi saya.” Ucap Bastian memasang jas di badannya.
“Baik Dok.” Balas Raysa tersenyum menganggukkan kepala.
Raysa Putri Ayu berhasil menyelesaikan pendidikan kedokteran di sebuah kampus ternama, berkat kerajinan dan ketekunannya dia menyelesaikan tepat waktu dan saat ini sudah bekerja disebuah rumah sakit besar di Ibukota. Raysa juga terpilih sebagai asisten dari Dokter Bastian, dokter Ortopedi terbaik di rumah sakit itu.
Raysa membereskan meja Bastian ketika pria itu telah keluar dari ruangannya, hari sudah sore dan tidak ada lagi jadwal konsultasi pasien. Jadi Raysa sedikit lebih santai, nanti sekitar jam 7 dia akan berkeliling memantau semua pasien dokter Bastian.
….
Elang melangkah pasti menuruni tangga pesawat, pria itu menghela nafas dalam-dalam menghirup udara tanah kelahirannya. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang juga, dia kembali pulang ke negara yang dia cintai.
“Bastian sudah sampai belum Lang?” Tanya Vanya Lora, wanita itu bergelayut manja di lengan Elang.
“Sudah, di luar.” Jawab Elang melepaskan tangan Vanya dan berjalan lebih dulu dari nya.
Vanya mendengus kesal, Elang selalu menjaga jarak, padahal selama ini Vanya selalu berada didekatnya. Bahkan Vanya rela pindah ke Swiss asal bisa bersama dengan Elang.
“Lang.” Teriak Bastian melambaikan tangan, pria berumur 35 tahun itu terlihat bahagia.
“Gaya Lu Bas, padahal tahun kemarin kita bertemu.” Balas Elang tapi dia tetap membalas pelukan Bastian.
“Kamu pikir setahun itu singkat, bagi saya setahun itu sangat lama kalau mengingat kamu. Karena kamu selalu menantang bahaya, jadi apapun yang buruk bisa terjadi.” Ucap Bastian, Elang tertawa kecil mendengarnya dan segera masuk kedalam mobil tanpa mempedulikan Vanya.
“Selamat datang Vanya.” Sapa Bastian ramah.
“Terima kasih Bas.”
“Silahkan masuk.” Balas Bastian membuka pintu, Bastian selama ini diam-diam menaruh hati kepada Vanya, tapi dia juga mengetahui kalau Vanya menyukai Elang.
Vanya menganggukkan kepala dan masuk kedalam mobil di bagian belakang, dia kembali kesal karena duduk sendirian disana.
Elang menikmati sepanjang perjalanan menuju rumahnya, kembali mengingat masa-masa kebahagiaannya dulu. Tapi seketika hati Elang sedih ketika melewati sebuah sekolah, dia kembali teringat dengan gadis yang dulu pernah sekolah di sana.
“10 tahun berlalu Ray, dimana kamu sekarang? Apa kamu masih mengingat aku?” Tanya Elang didalam hatinya.
Raysa menoleh cepat ke belakang ketika dia melewati lorong rumah sakit, dia merasa ada orang yang memanggilnya. Tapi ketika dia melihat, tidak ada siapa-siapa disana. Raysa langsung merinding dan berlari cepat menuju ruangan.
“Aku kenapa ya? Aku tidak mungkin salah dengar.” Ucap Raysa menggelengkan kepalanya, bagaimanapun citra rumah sakit merupakan salah satu tempat yang horor tidak bisa ditampik.
“Ray, ayo pulang.” Teriak Wila 15 menit kemudian, Raysa dan Wila sahabatnya sama-sama bekerja di rumah sakit itu.
“Wil masuk.” Sahut Raysa.
“Ayo pulang.”
“Tadi ada kejadian aneh.” Ucap Raysa.
“Kejadian aneh apa?” Tanya Wila penasaran.
“Aku tadi jalan sendiri di lorong, tapi tiba-tiba saja ada yang memanggil namaku. Dan pas aku menoleh ke belakang tidak ada siapa-siapa, ngeri ga tuh.” Jawab Raysa.
“Jangan aneh-aneh deh, kamu sengaja mau menakuti aku?”
“Tidak, aku benar-benar mengalaminya.”
“Sudahlah jangan membahasnya lagi, ayo pulang.” Ajak Wila yang wajahnya terlihat sangat tegang.
“Oke, ayo..” Balas Raysa, kedua wanita itu melangkah keluar dengan perasaan yang diselimuti ketakutan dan berharap apa yang mereka pikirkan tidak benar-benar nyata.
….
Dua hari berlalu.
Ruangan tempat istirahat dokter di rumah sakit terdengar riuh. Mereka semua membicarakan tentang seorang dokter senior yang kembali bekerja di rumah sakit. Dokter wanita itu terkenal tidak bersahabat dan suka mencari masalah.
“Ray kamu sudah dengar kabar tentang Dokter Vanya?” Tanya Wila yang sedang mengunyah bekal makan siangnya, Raysa menggelengkan kepala.
“Kamu waspada saja Ray, dia juga salah satu dokter Ortopedi terbaik, seangkatan dengan Dokter Bastian. Jadi kamu yang akan sering berurusan dengannya.” Sambung Wila.
“Aku tidak masalah, lagian kenapa juga aku takut. Selagi aku tidak melakukan kesalahan, aku akan baik-baik saja.” Jawab Raysa santai.
“Tapi kata kakak senior dia suka cari masalah.” Sela Laura, dia juga dokter muda di sana dan mereka bertiga bersahabat.
“Memangnya selama ini dokter Vanya dimana?” Tanya Raysa penasaran.
“Swiss, melanjutkan pendidikannya disana.” Jawab Wila.
Raysa terkejut mendengar nama Swiss, dia kembali teringat kepada seseorang yang saat ini menetap disana. Pria dimasa lalunya, pria yang sampai saat ini masih dia ingat.
“Elang, namamu tidak pernah hilang dari ingatan.” Gumam Raysa didalam hati dengan sebuah senyuman tipis yang muncul dari sudut bibirnya.
Bersambung...