Devan Ganendra pergi dari rumah, karena iri dengan saudara kembarnya yang menikah dengan Dara. Karena dia juga menyukai Dara yang cantik.
Ia pergi jauh ke Jogja untuk sekedar menghilangkan penat di rumah budhe Watik.
Namun dalam perjalanan ia kecelakaan dan harus menikahi seorang wanita bernama Ceisya Lafatunnisa atau biasa dipanggil Nisa
Nisa seorang janda tanpa anak. Ia bercerai mati sebelum malam pertama.
Lika-liku kehidupan Devan di uji. Ia harus jadi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama Nisa.
Bagaimana penyelesaian hubungan keluarga dengan mantan suaminya yang telah meninggal?
Atau bagaimana Devan memperjuangkan Nisa?
Lalu apakah Devan menerima dengan ikhlas kehadiran Dara sebagai iparnya?
ikuti kisah Devan Ganendra
cusss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baru Awal
Benar saja, Devan kali ini memang sangat perhatian dengan Nisa. Sesuai keinginan dari Mbak Jannah. Dari membelikan kebutuhan Nisa dan mengambilkan makan, ketika tidak mau keluar kamar. Semua di lakukan Devan tanpa mengeluh.
Mbak Jannah sampai tersentuh melihat perlakuan Devan ketika melayani Nisa yang manja saat ini.
"Untung dapatnya Evan ya mas!, apa aja mau ngerjain. padahal sampean disuruh beli pembalut aja katanya malu lho!" Ucap Mbak Jannah kepada mas Hasan.
"Ya orang kan beda-beda dek!, Alhamdulillah Nisa mendapatkan orang seperti Evan!" Sahutnya tanpa tersinggung.
Malam ini mas Hasan bersama mbak Jannah sedang berada di ruang tamu. Keduanya ngobrol sambil menunggu seseorang.
Orang tersebut adalah teman mas Hasan di kampung ini.
"Assalamualaikum!" Ucap seseorang dari luar.
Mas Hasan segera membukakan pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!, wes balik Jo?" Sahutnya sambil menyambut Tejo.
"Udah San!" Tejo pun masuk kemudian duduk di salah satu bangku berhadapan dengan Mas Hasan dan mbak Jannah.
"Aku udah mampir ke Purworejo!, tapi lek Juanti engga disana lho San!" Ucapnya memberi kabar tentang Bu Juanti.
"Malah saudaranya bilang, Bu Juanti belum pulang kesana setahunan ini!" Lanjut Tejo.
"Kemana ya orang itu!, kok tiba-tiba ilang gitu aja!" Sahut Mas Hasan.
"Aku juga tanya ke saudaranya itu, mungkin engga?, misal di tempat lain gitu?. Tapi katanya ga mungkin. Saudaranya kebanyakan disini semua!, katanya." Ucap Tejo.
"Yo wes!, suatu saat kan ya ketemu. Maturnuwun ya Jo!, sudah menyempatkan diri mampir kesana."
Mas Hasan yakin jika suatu saat, Bu Juanti pasti ketemu, entah di mana nantinya.
"Ya San, sama-sama!, aku langsung balik ya. Dah malam ini!, assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!"
Tejo pun pulang di antar Mas Hasan sampai depan rumah. Setelah motor Tejo menjauh, mas Hasan pun kembali masuk ke dalam rumah.
Malam ini sudah sangat sepi, Mas Hasan dan Mbak Jannah pun masuk ke kamar untuk istirahat.
Sementara Devan saat ini masih berkutat dengan laptopnya. Sedangkan Nisa sudah terlelap semenjak setelah minum obat pereda nyeri haid.
Devan dan Davin saling terhubung untuk mengungkap kejadian di rumah sakit.
Semua terkendala karena pelaku tidak menggunakan teknologi seperti ponsel atau lainnya dalam melakukan tindakan.
Selain itu, jika Devan bertindak gegabah bisa jadi akan mengakibatkan keluarga yang lain terlibat. Terutama orang-orang yang dekat dengan Nisa.
Hingga Devan sudah sangat mengantuk dan pamit istirahat terlebih dahulu.
.
.
Beberapa hari kemudian, gedung tempat untuk di bukanya bengkel pun sudah jadi. Meski kecil, namun untuk menaruh sepeda motor bisa mencakup empat motor. Menurut Devan itu sudah lebih dari cukup. Sebab saat ini hanya melayani beberapa pelanggan keseharian, bukan untuk bongkar pasang motor.
Motor Devan yang tadinya sudah di bongkar pun kini sudah nangkring disana.
Pak Toha lah saat ini ikut dalam proses pembongkaran dan mengetahui kerusakannya.
Terutama motor Devan mengalami kebocoran oli. Sehingga pak Toha akan cek keseluruhan bagian penampung oli.
Saat ini Devan sedang mengantar Nisa untuk bekerja. Dan sore nanti dia yang akan menjemputnya.
"Lek!, aku belum pernah bongkar motor jenis ini lho!" Ucap Amir yang turut membantu Pak Toha.
"Ini kan sama aja sebenernya. Bedanya di bentuk sama posisi!" sahut pak Toha.
Kemudian menjelaskan bagian-bagian yang harus di bongkar dahulu, sebelum membongkar bagian inti.
Sedang kemarin Amir baru membongkar bagian luarnya saja.
" Aku kasih tahu ya lek?, siapa tahu punya bengkel sendiri nanti!" Ucap Amir.
"Ya!, perhatikan ya. Aku engga bisa ngajarin secara detail. Tapi kamu melihat, bisa menjadi pelajaran buat kamu. Di sekolah kan paling cuma teori kan?"
"Iya lek!" sahutnya.
Sebuah motor tiba-tiba berhenti di depan bengkel yang sebenarnya belum di buka resmi itu.
Orangnya tinggi tapi kurus, rambut sedikit panjang dan badannya tatoan.
"Lek!, nambal bisa?" Ucap orang itu kepada Pak Toha.
"Bisa mas!, tubles ya?" Ucap Pak Toha.
Beruntung pak Toha sudah mempersiapkan untuk melayani ban bocor dan penambahan angin. Sehingga ketika ada orang yang minta tambal ban seperti saat ini bisa di layani.
"Iya Lek!" ucapnya sedikit keras.
Amir diminta pak Toha melanjutkan pekerjaannya. Sementara pak Toha melayani penambalan ban.
"Belakang ya mas?"
"Iya lek!" Sahutnya lagi.
Orang tersebut lalu melihat sekeliling tempat itu, tampak baru di tempat ini.
"Bengkel baru ya Lek?" tanyanya, kemudian duduk di salah satu bangku yang tersedia.
"Iya, tapi sebenarnya belum resmi buka!" Sahut Pak Toha.
"Ehh!!, kok kaya kenal motor yang di bongkar itu ya!" Ucapnya bertanya kepada pak Toha.
"Oh itu yang punya bengkel!, tuh orangnya baru datang!" sahut pak Toha sambil menunjuk Devan yang baru datang menggunakan motor baru.
"Em....Mas..!!"
Orang yang menambal ban itu tampak terkejut, kemudian ia gugup melihat Devan yang baru turun serta membuka helmnya.
Devan mengerutkan keningnya, sambil menatap orang itu.
"Kamu....!!" Ucap Devan menggantung.
"Ampun mas!, saya kapok!" ucapnya sambil menganggukkan kedua telapak tangannya di depan.
Tentu itu menjadi perhatian Pak Toha dan Amir.
"Jangan di ulang lagi!" Ucap Devan, kemudian duduk di dekat pak Toha.
"Iya mas!, maaf!"
"Ya santai saja!" sahut Devan.
Devan kemudian menatap orang itu kembali.
"Namamu siapa?" tanya Devan.
"Dido mas!" sahut Dodo.
"hmmm!, temen-temen mu masih suka balap liar?" Tanya Devan.
"Engga tahu mas!, semenjak balapan itu saya kabur!, saya takut ketangkap polisi!" Sahut Dodo.
"Kalau takut ya jangan berani-berani nya main balapan begitu!"
"Iya mas!" Sahut Dodo kembali.
"Kamu ngapain?"
"Nambal ban mas!"
"Dah ga usah bayar lek!, biar buat dia aja. Anggap aja untuk pembuka!"
"Iya mas Evan!" sahut Pak Toha.
Pak Toha tetap melayani, meski Dodo tidak membayar, karena permintaan dari Devan ini.
"Motornya kenapa mas?" tanya Dodo yang sudah mulai lega. Ternyata Devan buka orang yang suka ketemu terus main hantam seperti perkiraannya tadi.
"Sebenernya rusak sebelum balapan itu!, oli bocor. Niatnya cuma bongkar motor itu udah. Eh malah jadi bengkel begini!" Sahut Devan.
"Bagus mas!, alatnya juga lengkap ini!" Ucap Dodo, kemudian menyebut alat-alat yang biasa ada di bengkel pada umumnya. Dan ternyata bengkel baru milik Devan itu sangat lengkap peralatannya.
"Iya!" Sahut Devan sambil menyulut sebatang rokoknya.
"Rokok nih!"
"Iya mas!" Sahut Dodo sambil mengambil sebatang rokok dari tangan Devan.
"Misal temen-temen saya!, saya saranin kesini boleh mas?" tanyanya kepada Devan.
"Boleh!, lho kamu kerja apa?" tanya Devan sambil menjawab pertanyaan Dodo.
"Kalau saya biasa ngecat mas!, modifikasi!"
"Ya udah kamu sekalian disini!, bawa temenmu kalau mau modif. Biar pak Toha yang menangani. Tapi kalau ada yang ngecat?, kamu yang ngerjain bagaimana?" ujar Devan kepada Dodo.
"Serius mas!, kebetulan saya nganggur!"
"Serius!, butuh alat apa?" Ucap Devan.
"Kayaknya sudah lengkap disini!" Sahut Dodo.
Devan pun menyarankan Dodo untuk mengecek kembali peralatan yang di butuhkan saat ini. Jika ada yang kurang, nanti Devan akan menambahnya.
Selesai ban di tambal, Dodo pamit untuk mengambil peralatan yang ia punya. Selain itu, Dodo ingin membagi kabar kepada teman-temannya, jika di tempat Devan bersedia untuk memodifikasi motor mereka.
"Kok kayak ngeri ya mas!, pemuda itu?" Ujar pak Toha kepada Devan.
"Tapi kalau aku ngeliat!, dia anak baik sebenarnya. Hanya karena terbiasa dengan lingkungannya saat ini. Semoga disini!, sesangar apapun orangnya, tapi mau berkarya dan jadi orang baik!"
"Bukan'e yang kayak gitu sukanya berantem ya mas!" Ucap Amir.
Devan hanya tersenyum, "Paling entar kalau lihat Nisa, ampun-ampunan dia!"
"Kok bisa!"
"Paling di ajar, kayak kemarin!"
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ibu tirinya, Nisa???
lanjut thor ceritanya
lanjutkan
jadi semangat bacanya deh
kog bisa2nya kek gitu
kan mayan ada devan yg jadi jaminan
cwek tuh perlu bukti ucapan juga lhooo
pokoknya yg bilang habiskan semua nya 😅😅😅😅