Saat semua mahasiswi mencari muka di hadapan Revan, si dosen tampan tapi dingin. Ayunda justru sudah kehilangan mukanya. Setiap kali bertemu Revan, Ayunda selalu dalam masalah yang membuatnya malu di hadapan dosennya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Dengan perlahan Revan menyentuh laptop itu untuk melihat tugas yang telah Ayunda buat. Revan kemudian menunjukkan beberapa bagian yang harus di revisi.
Ayunda yang semula berdiri di samping meja sofa kini duduk di lantai. Dia menggeser laptop di hadapan pak Revan ke arahnya. Kemudian Ayunda pun mulai memperbaiki apa yang di tunjukkan oleh dosennya itu.
"Apa boleh seperti ini pak ?" tanya Ayunda setelah beberapa kesalahan dalam skripsinya.
Revan pun bergeser untuk melihat ke layar laptop. Tanpa sadar kini mereka sudah duduk berdekatan. Revan duduk di sofa, sementara di depannya Ayunda duduk di lantai. Duduk menghadap laptop yang sama di atas meja.
Karena terlalu larut mengerjakan tugas, Ayunda tidak sadar jika malam semakin larut.
*
Ayunda mengerjabkan mata saat merasakan tidurnya tidak nyaman. Ayunda tersadar dan mendapati ternyata dia tidur duduk di lantai sambil menelungkup di meja sofa. Di hadapan laptop yang layarnya sudah gelap. Mungkin benda itu sudah kehabisan baterai.
Melihat benda itu, Ayunda baru ingat jika tadi dia sedang mengerjakan tugas skripsinya. Dan tadi dia bersama pak Revan. Ya, tadi dosennya itu ada di sini. Duduk di belakangnya.
Kemudian Ayunda langsung melihat ke belakang.
Astaga. Pak Revan. Batin Ayunda terkejut melihat dosennya itu juga sedang tidur di sofa.
Jantung Ayunda berdebar sangat kencang. Selama ini dia tidak pernah tidur satu ruangan dengan seorang pria manapun.
Takut ? tentu saja Ayunda takut. Almarhum ibunya selalu mewanti-wanti agar Ayunda tidak tidur dengan seorang pria sebelum menikah. Karena itu akan membuatnya hamil.
Dengan perlahan Ayunda membereskan buku-buku dan laptopnya agar tidak menimbulkan suara yang akan membuat dosennya itu terjaga.
Kemudian Ayunda masuk ke kamar untuk menyimpan buku dan laptop. Saat ini sudah pukul empat pagi. Mata Ayunda sudah seperti alaram otomatis. Setiap hari dia akan terjaga pada waktu yang sama.
Ayunda lalu mandi sebelum melakukan pekerjaannya setiap hari. Yaitu membuat kue.
Di dapur Ayunda bekerja dengan sangat hati-hati dan perlahan. Dia takut Pak Revan akan terbangun jika dia berisik di dapur yang hanya di sekat oleh lemari tv.
Alhasil hari ini Ayunda hanya bisa membuat dua macam kue. Tidak apa-apa. Setidaknya hari ini dia masih tetap ada pemasukan. Meskipun hanya sedikit.
Ayunda menyusun kue-kuenya dan siap untuk di antar ke pasar. Namun tiba-tiba suasana jadi terasa canggung ketika Revan datang.
"Se selamat pagi pak." ucap Ayunda gugup.
Ayunda berharap jika tadi malam pak Revan yang tidur duluan. Jadi dosennya itu tidak tau jika dia juga tertidur di sana.
Tapi kenyataannya tidak. Tadi malam Ayunda yang tidur lebih dulu.
"Pagi." balas pak Revan yang kemudian duduk di meja makan.
Masih dengan wajah bantal, tapi tetap kelihatan tampan. Revan terjaga karena mencium aroma harum dan manis yang berasal dari dapur. Aroma yang membuatnya ingin mencicipi.
"Untuk apa ini ?" tanya Revan yang melihat Ayunda memasukkan kue-kue dalam wadah.
"Kue-kue ini untuk di jual pak." jawab Ayunda apa adanya.
"Kamu mau menjualnya di mana ?" tanya Revan lagi.
Dia sudah tau Ayunda menjual kue. Tapi tidak tau gadis itu menjual kuenya di mana.
"Saya akan menitipkan kue-kue ini di pasar pak." jawab Ayunda dan Revan mengangguk.
Lalu Ayunda meletakkan segelas teh dan sepiring kue di atas meja untuk Pak Revan. Revan yang sejak tadi ingin mencicip kue itu langsung mengambil salah satu kue di piring dan memakannya. Meski sebenarnya dia belum mencuci muka.
Revan pasti mau melanjutkan pengobatan kakinya apabila Ayunda sudah bersamanya...
ko pindah kota macam mana cerita ma dosennya