NovelToon NovelToon
Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Suaminya tidur dengan mantan istrinya, di ranjang mereka. Dan Rania memilih diam. Tapi diamnya Rania adalah hukuman terbesar untuk suaminya. Rania membalas perbuatan sang suami dengan pengkhianatan yang sama, bersama seorang pria yang membuat gairah, harga diri, dan kepercayaan dirinya kembali. Balas dendam menjadi permainan berbahaya antara dendam, gairah, dan penyesalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Konspirasi...

Rania baru saja menutup pintu ketika Niko bangkit dari sofa. Pria itu berdiri di tengah ruang tamu, bersedekap, ekspresinya tidak menunjukkan kekhawatiran sedikit pun.

      "Akhirnya pulang juga." ucapnya dingin.

      "Gimana? Kamu berhasil meyakinkan mereka?"

Rania menatapnya sebentar, lalu meletakkan tasnya perlahan di meja. "Nggak," jawabnya singkat.

Tak perlu menjelaskan kemana ia kemarin sampai tak pulang. Tak payah memberi tahu kalau ia sempat pingsan di tempat yang tak seharusnya tadi, karena ia tahu Niko tak peduli semua itu.

Niko mengangkat alis, lalu berjalan mendekat dengan ekspresi kecewa yang dibuat - buat.

     "Gagal? Serius, Rania? Kamu dikasih tugas begitu saja... dan kamu gagal?"

     "Niko, kamu tahu sendiri itu bukan salahku. Tim yang menangani proyek itu.. dan gak semudah itu meyakinkan Atmadja Holdings..."

      "Udahlah," potong Niko cepat. "Selalu alasan. Kamu tuh selalu nyari pembenaran." Ia mendengus kasar. "Makanya aku bilang, kalau yang ngadepin itu Wulan, pasti selesai. Dia luwes. Nggak kaku kayak kamu. Nggak heran Askara nggak mau negosiasi sama kamu."

Rania terdiam. Matanya menatap kosong beberapa detik, seolah mencoba mencerna kata - kata suaminya barusan. Tapi sebelum bisa merespons, Niko menambahkan,

     "Mama juga bilang hal yang sama. Kamu itu terlalu dingin, terlalu serius, kurang genit. Gimana orang bisa suka kerja sama kamu?"

Kalimat itu seperti tamparan. Tapi Rania hanya tersenyum tipis. Senyum paling dingin yang pernah ia keluarkan.

     "Jadi, sekarang aku gagal karena aku nggak genit?" suaranya tenang. Pelan. "Karena aku nggak tahu cara menggoda klien?'

Niko tidak menjawab, tapi ekspresi wajahnya cukup memberi jawaban.

Rania menatap lantai sejenak, lalu mendongak. "Kalau kamu lebih suka perempuan yang suka bermain mata, atau yang menggunakan tubuhnya untuk bisa bernegosiasi dengan klien, maka memang Wulan orangnya.."

Wajah Niko memerah.

       "Rania... jaga omongan kamu!" bentak Niko.

     "Kenapa? Kamu bilang aku kurang genit kan, tak seperti Wulan?"

       "Oh ya.. aku tahu kamu pergi sama dia. Ke tempat yang dari dulu aku minta datangi bersama, tapi selalu kamu tolak. Ternyata karena kamu ingin pergi sama... Wulan." Rania tersenyum sinis. "Dia memang pintar merayu..."

       "Rania..!" Bentak Niko

       "Kenapa? Takut aku buka semuanya?" suara Rania mulai meninggi. "Kamu pikir aku nggak tahu kalian tidur sekamar? Dan kamu pikir aku nggak tahu.. kalian pernah...."

       "Diam!" Niko menepis udara, tangannya terangkat. Nyaris...

Tapi Rania sudah mundur satu langkah. Keseimbangannya goyah, dan ia jatuh terduduk di lantai. Ia terdiam, matanya membulat, menatap suaminya seperti melihat orang asing.

Butuh beberap detik sebelum Niko sadar apa yang nyaris ia lakukan.

Namun semua sudah terlambat.

Dan dari balik pintu yang sedikit terbuka, Ibra merekam semuanya dengan senyum kecil di wajahnya.

Tak lama setelah itu, video itu terkirim ke satu nomor. Wulan membukanya, lalu tersenyum puas. Tawa kecil keluar dari bibirnya, seolah segalanya berjalan sesuai rencana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi itu langit Ibukota mendung, seperti suasana hati Rania yang tak kunjung cerah sejak semalam. Tapi ia datang juga. Dengan langkah berat, mata yang bengkak karena kurang tidur, dan kepala berdenyut karena stres yang tak henti, Rania berdiri di depan gedung megah bertuliskan Atmadja Holdings.

Sebelum ia melangkah masuk, pikirannya sempat kembali pada kejadian semalam. Pertengkaran hebat yang tak hanya menguras emosi, tapi juga nyaris meretakkan sisa - sisa harga dirinya sebagai seorang istri. Usai pertengkaran itu, Niko tak berkata apa - apa. Ia hanya mengemas barang Ibra dengan kasar, dan membawa bocah itu pergi. Tanpa menjelaskan, tanpa berpamitan.

Tapi Rania tahu ke mana arahnya. Sudah sering seperti itu. Setiap kali Niko marah dan tak sanggup berhadapan dengannya, pria itu akan kabur ke rumah orang tuanya. Tempat di mana Rania selalu dianggap sebagai sumber masalah.

Rania tak mengejar meski ada Ibra disana, ia tak ingin Ibra kebingungan.

Rania menghela napas lelah ketika hendak masuk ke lobi. Tidak, ia tak akan menyerah. Bukan karena Askara akan lunak, bukan karena ia yakin segalanya bisa diselesaikan dalam sehari, tapi karena satu hal.. ia tak mau dipenjara, atau mendapat celaan sebagai istri dan menantu yang gagal.

Di lobi, satpam menatapnya dengan ekspresi dingin dan jenuh..sama seperti malam sebelumnya. Tapi Rania tetap bicara sopan, memohon agar ia bisa bertemu dengan Askara Julian Atmadja.

Asisten pria itu hanya keluar sebentar, lalu kembali dengan jawaban singkat, "Maaf, Bapak sedang sangat sibuk."

Rania mengangguk. "Saya akan menunggu."

Ia duduk di kursi lobi , menggunakan blus putih dan celana panjang abu - abu yang rapi tapi sedikit kusut. Ia tak peduli. Bahkan saat beberapa pegawai lewat dan menatap aneh padanya.. mungkin mengira ia wanita yang baru saja dicampakkan atau pengemis proyek yang tak tahu malu.. Rania tetap menunduk, menunggu.

Waktu terus berjalan. Siang menjelang sore, sore menjelang malam. Tak ada satu pun kabar datang.

Ia sempat membeli air mineral dari vending machine, bahkan mencoba berdiri dan bertanya lagi ke resepsionis, tapi jawabannya tetap sama, "Bapak belum bisa ditemui."

Malam mulai merambat. Lobi mulai sepi. Pegawai mulai pulang satu - satu. Rania masih di sana. Bahkan ketika lampu - lampu di kantor mulai meredup, ia belum bergeming.

Hingga akhirnya pukul sembilan malam lewat, seorang cleaning service menyapanya dengan ragu. "Bu... kantor sudah mau tutup... "

Rania mengangguk pelan. Kakinya terasa kaku saat ia berdiri. Langkahnya lunglai saat ia keluar dari gedung yang megah itu.. yang hari ini, sekali lagi, menolaknya tanpa ampun.

(Bersambung)....

1
yuni ati
Mantap/Good/
Halimatus Syadiah
lanjut
Anonymous
buat keluarga Niko hancur,, dan buat anak tirinya kmbali sama ibux,, dan prlihatkn sifat aslix
Simsiim
Ayo up lagi kk
Kinant Kinant
bagus
Halimatus Syadiah
lanjut. ceritanya bagus, tokoh wanita yg kuat gigih namun ada yg dikorban demi orang disekelilingnya yg tak menghargai semua usahanya.
chiara azmi fauziah
kata saya mah pergi aja rania percuma kamu bertahan anak tiri kamu juga hanya pura2 sayang
Lily and Rose: Ah senengnya dapet komentar pertama 🥰… makasih ya udah selalu ngikutin novel author. Dan ikutin terus kisah Rania ya, bakal banyak kejutan - kejutan soalnya 😁😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!