Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.
Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.
Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Kematian dan Era Kegelapan
DUUUMMMM!!!
Langit runtuh dalam gemuruh tiada henti, petir menyambar dari celah retakan langit yang terbuka. Daratan bergetar, terbelah membentuk jurang-jurang yang menyala oleh api hitam—pantulan dari kekuatan kehendak dewa siluman yang telah sepenuhnya merasuk ke tubuh Kui.
WUUUSH!!
Bayangan tubuh Kui melesat seperti hantu yang tak bisa ditangkap mata biasa. Dalam satu kedipan, serangan pertamanya menghantam dada Zhang Wei, mengirim tubuh sang pendekar menabrak lempengan batu raksasa.
BRAK!!
Batu itu runtuh menimpanya, namun tak ada waktu untuk bernapas.
ZRAKK!!
Gelombang angin memotong dari belakang, menembus bahu kirinya, diikuti kilatan hitam dari atas yang menghantam bahu kanan. Darah menyembur ke segala arah.
Zhang Wei mencoba bertahan, namun tubuhnya sudah dipenuhi luka bakar, sayatan, dan retakan tulang yang tak terhitung. Napasnya berat, dadanya naik turun tak stabil, dan kilau dari api kosmik Nirvana mulai meredup.
DUG!
DUG!
DUG!
Ratusan binatang roh kembali mengepungnya dari segala penjuru. Beberapa menyerbu dari udara, yang lainnya dari tanah dan bawah tanah, menggempur secara bergelombang dan tak memberi celah sekecil apapun.
CZZZZZZT!!!
ZRASSHHH!!
Petir-petir melesat menabrak zona perlindungan terakhirnya.
BWOOOOM!!
Ledakan api gelap menutupi langit di atasnya.
Sementara itu Kui melayang di udara, tangannya terbuka lebar, keenam sayapnya mengepak perlahan—memanipulasi arah medan pertarungan bagai dewa yang memegang nasib dunia.
"LIHATLAH! Inilah akibatnya jika menentang keagunganku!"
suara Kui menggema ke seluruh penjuru alam rahasia Qianlong, keras dan merendahkan, mengiringi setiap dentuman kehancuran yang ia ciptakan.
Zhang Wei mencoba berdiri. Tangannya gemetar saat menyentuh tanah, lututnya bergetar, darah menetes deras dari pelipis dan mulutnya.
Tak ada pil.
Tak ada formasi pelindung.
Tak ada rekan.
Tak ada waktu.
Hanya kehendak.
Dan kehendak itu kini mulai redup.
BWAANG!!
Sebuah ledakan brutal mengguncang dari sisi kanan. Pedangnya, penghancur semesta, terlepas dari genggaman dan meluncur jauh… tertanam di tanah puluhan meter dari tempatnya berdiri.
Tubuh Zhang Wei terhuyung, matanya terbuka setengah. Dalam satu tarikan napas berat…
SLAAARRGHH!!
Cakar hitam Kui menembus dada kanan Zhang Wei tanpa ampun.
Waktu seakan berhenti.
Darah mengucur deras, menodai tanah dengan warna merah tua. Detak jantung Zhang Wei melambat. Matanya terbuka penuh, lalu melemah. Tubuhnya menggigil pelan, sebelum akhirnya terkulai dalam genggaman musuhnya.
“Zhang Wei!!”
teriak Lian Xuhuan yang muncul dalam wujud semi-roh, matanya melebar penuh kepanikan, suara yang biasanya tenang kini pecah oleh ketakutan dan keputusasaan.
Namun semuanya sudah terlambat.
Kui menyeringai, menarik tangannya dari tubuh Zhang Wei yang terkulai lemas.
“Dengar ini, dunia!”
teriaknya sambil mengangkat tubuh Zhang Wei ke langit.
“Pendekar harapan kalian… telah berakhir!”
DOOOOMM!!
Suara itu disambut oleh ribuan raungan binatang roh dan letusan magma dari dalam bumi. Hutan di kejauhan terbakar, langit menurunkan abu hitam pekat, dan tanah kehilangan sinar suci spiritualnya.
Dunia baru…
dunia kegelapan…
akan segera dimulai.
***
Pusaran energi di langit semakin liar, membentuk celah-celah yang memancarkan cahaya hitam keunguan. Suara pekikan sesekali terdengar, namun bukan suara makhluk hidup—itu adalah gema kehendak yang tidak berasal dari dunia fana.
Di dataran netral, ratusan ribu kultivator dari berbagai kekuatan besar berkumpul dalam formasi siaga penuh. Aura pertempuran memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang menyesakkan. Namun kini, muncul perdebatan tajam di antara para pemimpin aliansi.
“Segel saja alam rahasia itu sekarang juga!” seru seorang tetua berjubah ungu dari Klan Langit Selatan, wajahnya mengeras. “Jika tidak, apa kalian pikir kita akan selamat bila kehendak itu berhasil keluar?!”
“Zhang Wei adalah penyebab semua ini! Dia membawa kehancuran sejak awal!” timpal tokoh lain dari Sekte Seribu Sinar. “Kalian semua terlalu percaya pada anak muda yang telah melanggar hukum alam!”
Sejumlah suara mulai mendukung mereka, mengangkat aura dan berteriak lantang. Bahkan beberapa pemegang kendali formasi mulai merapatkan barisan, siap menyegel dimensi.
Namun sebelum ada yang bergerak lebih jauh…
WUUUUUUNG!!!
Aura perak menyembur dari tubuh Ming Rui, Kaisar Agung Langit Perak. Dalam sekejap, tanah bergetar hebat dan langit seperti ditarik ke bawah. Suara petir membelah udara, menciptakan celah-celah cahaya yang mengoyak awan. Suhu udara langsung turun drastis, dan tekanan di sekeliling membuat puluhan tetua terpaksa mundur beberapa langkah.
“Siapa pun yang menyebut nama Zhang Wei dengan tuduhan tanpa bukti... akan berhadapan langsung denganku.” Suara Ming Rui datar, tapi setiap katanya seperti gemuruh dewa. “Dia berada di dalam bukan untuk dirinya sendiri. Dia berjuang sendirian untuk melindungi dunia ini!.”
Semua suara mendadak lenyap. Bahkan yang hendak membuka formasi langsung menghentikan gerakannya, menunduk tanpa berani menatap matanya. Aura Ming Rui tak lagi bisa dikendalikan dengan damai. Bahkan Rong Fan, yang biasanya tenang, menyipitkan mata dan diam-diam mengaktifkan teknik penyeimbang energi, takut kawannya kehilangan kendali sepenuhnya.
Sementara itu, empat rekan Zhang Wei—Fei Yuan, Ruo Lian, Yan Zhuan, dan Shen Dou—berdiri di sisi lapangan, napas mereka masih terengah setelah keluar dari alam rahasia.
Mereka belum tahu secara pasti apa yang terjadi di dalam. Pesan terakhir yang mereka terima dari Zhang Wei hanyalah satu hal:
Kehendak dewa siluman telah menyatu dengan salah satu siluman. Dunia dalam bahaya. Kalian harus keluar dan memberi tahu semuanya.
Yan Zhuan mengepalkan tinjunya. “Dia tidak menjelaskan siapa atau apa yang sebenarnya terjadi…”
Fei Yuan menggeleng, suaranya rendah. “Tuan Muda pasti tahu kita tidak akan bisa membantunya jika tetap berada di dalam. Dia ingin kita selamat… dan memperingatkan dunia.”
Shen Dou menatap langit yang diliputi aura aneh. “Dan sekarang… dunia hanya punya waktu sedikit untuk bersiap.”
Ruo Lian menatap gerbang dimensi yang berdenyut, seperti jantung yang bersiap meledak.
“Aku tidak tahu apa yang akan keluar dari sana,” bisiknya. “Tapi aku tahu satu hal pasti… Jika kita kehilangan Tuan Muda, maka harapan dunia akan runtuh bersamanya.”
Semua mata kini kembali tertuju pada celah dimensi yang perlahan bergetar hebat. Suara-suara asing, tekanan yang tak dikenal, dan ketegangan antara dunia dan sesuatu yang hendak menembusnya, semakin memuncak.
Tidak ada lagi pertanyaan.
Tidak ada lagi perdebatan.
Hanya waktu… dan keberanian untuk bertahan menghadapi bencana yang akan lahir.
tetap semangat berkarya Thor, msh ditunggu lanjutan cerita ini