Lanjutan Novel Liontin dan Devia Pura-Pura Amnesia
Mustika Naga Biru, slah satu pusaka keramat. Keberadaan Mustika Naga ternyata berdampak yang sangat luar biasa bagi yang memilikinya. Pemilik saat ini adalah keluarga besar Anderson yang di sebut Liontin.
Andara Putri Dharma , seorang gadis yang mempunyai keturunan dari Naga. Naga berwujud manusia bernama Mpu Bathara Naga atau Ki Bledek. Dara mempunyai misi untuk menumpas musuh bebuyutannya dahulu kala, bernama Azael atau Raja Ibliss saat ini.
Keturunan Naga yang lahir di hari dan weton yang sama, yang bisa mengendalikan Pedang Naga Langit setelah bersatu dengan Mustika Naga.
Davin, salah satu keluarga Anderson tertarik dengan Dara. Apalagi ia menyimpan Mustika Naga itu.
Dalam penyatuan itu ternyata memakan korban, yang tak lain adalah Raden Mas Satria Hadiningrat. Satria selama ini dilindungi Mustika Naga atau Liontin yang disimpan keluarga Anderson.
Dara dan Davin harus menyempurnakan Pedang Naga Langit. Dan ternyata....!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput Paman Gunawan
Tak lama kemudian Dara sadar. Ia di bantu Nyai Tunggadewi Panguripan dengan di berikan energi olehnya.
Dara masih belum kuat, dan di tangannya tergenggam Liontin milik Daniella. Mustika Naga Biru diberikan kembali kepada Daniella untuk ditempatkan kembali.
"Bukankah ini milikmu?" Ucap Ella ketika menerima Mustika Naga kembali.
"Biarkan disini nyonya, untuk melindungi bunda sampai empat puluh purnama. Sebentar lagi. Mustika itu akan datang kepadaku dengan sendirinya." Sahut Dara masih dalam pelukan Daniella.
Ella mengangguk kemudian membantu Dara untuk bangkit dan berdiri.
"Panggil bunda, saya lebih suka di panggil bunda daripada nyonya." Ucap Daniella sambil tersenyum.
"Baik Bunda." Dara memeluk Daniella dengan erat.
Baru kali ini ia di peluk orang lain yang begitu hangat selain ibundanya sendiri.
"Bunda!, bolehkah minta tolong?" Tanya Dara kepada Daniella.
Daniella mengerutkan keningnya kemudian mengangguk. Meski tidak paham apa yang akan di sampaikan oleh Dara.
"Bukankah kamu pernah menolong Devia?, kini bunda yang akan membalas kebaikanmu waktu itu." Ucap Daniella yang menyadari dari rentetan ucapan Dara.
Dara tersenyum, "Bunda tahu aku?" tanyanya.
Daniella mengangguk yakin, meski belum memperkenalkan diri, namun ucapannya tadi pagi, ia sudah yakin jika yang di hadapannya adalah Dara yang membantu membebaskan Satria dan memberikan ramuan obat untuk Satria.
"Apa yang harus bunda tolong kali ini?" Tanyanya.
"Paman Gunawan kondisinya sama seperti bundaku. sayangnya tidak mendapatkan perlindungan dari Mustika Naga yang ada disini. Saya ingin membawanya kesini Bun. Bolehkah?"
Daniella mengangguk, dan memperbolehkannya. Bahkan dengan tangan terbuka Daniella menerima Gunawan yang saat ini kondisinya seperti ibundanya Dara.
"Dara nanti kasih tahu saja dimana, biar nanti di jemput pakai ambulans." Ucap Ella
Dara pun memberitahukan tempatnya, namun Dara juga akan ikut serta kesana.
"Baiklah, nanti bunda juga akan ikut serta." ucapnya kemudian mengajak Dara keluar dari ruangan tersebut.
.
.
.
Nita saat ini masih di rumah kontrakan Dara. Semalaman ia menunggu Dara yang tak kunjung pulang. Bahkan ia sudah menghubungi ponsel Dara. Namun tidak ada jawaban sama sekali.
Apalagi pagi ini masyarakat dibuat gempar karena berita tentang kejadian semalam.
Beberapa mayat wanita di temukan di sebuah gedung yang tersambar petir. Niat Nita ingin menanyakan hal tersebut kepada Dara.
Nita pun menghubungi Alfian kemudian mereka bertemu di kontrakan Dara.
Alfian datang sendiri, kemudian menemui Nita dan langsung berangkat ke rumah sakit penampung korban yang ditemukan.
Sesampainya di rumah sakit, Alfian dan Nita mencari daftar korban.
Alangkah terkejutnya jika nama yang tertera terdapat nama Manda Inayah temannya. Kemudian Alfian pun menghubungi Alex.
Alex yang mendengar kabar pun langsung bergegas menuju rumah sakit tempat Alfian saat ini.
Alfian menunggu Alex di lobi rumah sakit bersama Nita.
Keduanya menunggu di salah satu bangku depan rumah sakit sambil membawa minuman mineral di tangannya.
"DARA....!!" Teriak Nita memanggil Dara.
Nita mengerutkan keningnya sebab melihat Dara bersama seorang lelaki tampan disebelahnya. Dan di sebelahnya lagi seorang wanita paruh baya. Tanpanya Dara begitu akrab.
"Nita....!, ngapain kalian disini?" Sahut Dara kemudian mendatangi Nita sebelum masuk rumah sakit.
"Manda..!, Manda ditemukan sudah membusuk. Dan sekarang lagi di otopsi. Kita lagi menunggu Alex!" Sahut Nita.
"Temenmu Nak?" tanya Daniella kepada Dara.
"Iya Bun..!" Sahut Dara kemudian memperkenalkan Nita dan Alfian kepada Daniella.
"Saya Nita Tante, temannya Dara." Sahut Nita
"Saya bundanya Dara!" Sahut Ella.
"Saya Alfian temennya Dara."
"Saya Davin.!" Sahut Davin saling berjabat tangan.
"Di temukan dimana?" tanya Dara kepada Nita.
"Di gedung yang tadi malam kesambar petir. Serem banget!" Sahut Nita.
Davin menatap Nita, kemudian beralih menatap Dara.
"Yang semalam emang ada korban Ra?" Tanya Davin kepada Dara.
Dara mengangguk kecil, meski tidak tahu kalau disana ada Manda temannya Nita.
"Elu tahu Ra?" tanya Nita.
"Tapi ga tahu kalau ada Manda disana!" Sahutnya singkat.
Mereka pun bercengkerama tentang Manda yang menjadi salah satu korban. Namun engga tahu penyebabnya dan tidak tahu motifnya.
"Maaf nyonya, ambulan yang mau dipakai sudah siap."
Salah satu petugas keamanan security memberitakan kepada Daniella, jika mobil yang mau dipakai sudah siap untuk di gunakan.
"Terimakasih pak Bono!" Sahut Daniella.
"Sama-sama nyonya. Mari silahkan." jawabnya.
"Baiklah, kami tinggal dulu ya!" ucap Daniella kepada Nita dan Alfian.
"Iya Tante..!" Sahut Nita. Kemudian menatap Dara.
"Ra!, kalian mau kemana?" tanyanya penasaran. Apalagi dibsebelah Dara, Davin selalu menempel terus.
"Menjemput paman Gunawan." Sahut Dara, kemudian pamit dan mengikuti Daniella.
Sebuah ambulan yang dengan peralatan medis lengkap keluar. Bahkan mobil itu khusus milik keluarga pemilik rumah sakit. Sehingga orang seperti Alfian menebak. Jika yang bersama Dara adalah salah satu di antara pemilik rumah sakit tersebut.
Rumah sakit Ganendra adalah rumah sakit khusus milik keluarga Anderson dan di kelola oleh keluarganya.
Sebuah mobil sedan mewah keluar di ikuti mobil ambulan di belakangnya. Dara melambaikan tangan ke arah Nita dari mobil sedan tersebut. Membuat Nita semakin tidak percaya.
Bagaimana mau percaya, jika tadi Daniella memperkenalkan diri sebagai bundanya Dara. Lalu siapa lelaki tampan di sebelah Dara. Itulah yang menjadi pertanyaan Nita saat ini.
"Keluarga orang nomer satu, tapi hidup sangat sederhana." Ucap Alfian ketika melihat rombongan mobil pergi dari area rumah sakit.
Nita menyetujui ungkapan Alfian tersebut. "Bahkan mau turun dan menyapa kita." Ucapnya.
Namun Nita kemudian berfikir, apakah Dara akan melupakannya setelah bertemu keluarganya saat ini.
Dalam pikirannya Nita, jika Dara sedang mengurus semua keluarganya yang hilang, maka Nita tidak berfikir buruk tentangnya. Terlebih tadi Dara bilang akan menjemput Paman Gunawan.
Padahal beberapa waktu lalu arwahnya muncul di hadapannya dan Dara. Apakah yang sebenarnya terjadi?.
Tak lama kemudian Alex pun datang, bahkan Alex bersama keluarga Manda datang ke rumah sakit. Alfian dan Nita pun menyambutnya, kemudian mereka menuju ruang jenasah.
.
.
.
Sementara Dara saat ini sudah sampai di tempat pondok yang di bangun oleh Paman Hendra.
"Selamat siang nyonya!" Ucap Paman Hendra kepada Daniella yang turun bersama Dara.
"Selamat siang Tuan, Saya kesini mengikuti anak saya ini untuk menjemput pamannya yang bernama Gunawan."Ucap Daniella lembut sambil menggandeng Dara.
Paman Hendra pun mengerutkan keningnya, sebab Ella bilang anaknya, yang tak lain adalah Dara.
"Ahh, ceritanya panjang tuan!" Lanjutnya.
"Ya ya ya, mari silahkan masuk." Ucap Paman Hendra.
Dan mereka pun masuk ke dalam pondok. Lalu melihat kondisi Paman Gunawan yang kritis dan masih di rawat di tempat ini.
"Kenapa tadinya tidak di bawa ke rumah sakit?" Tanya Daniella kepada Paman Hendra.
"Kami sebenarnya sudah menyerah waktu itu. Namun Neng Dara bilang, mungkin itu... Ahh, saya rasa neng Dara sudah menceritakan."
Daniella tersenyum kemudian mereka bertukar pendapat mengenai Paman Gunawan. Dara memintanya untuk di bawa ke tempat bundanya di rawat saat ini.
Karena disana akan dilindungi oleh Mustika Naga yang nyatanya telah disimpan oleh Daniella.
"Jadi Nyai Restiana sudah ketemu?" tanya Paman Hendra kepada Dara. Dan Dara pun mengangguk.
"Baiklah, karena keputusan disini sudah menjadi kuasa neng Dara, kamu hanya bisa mengikuti perintah." Sahut Paman Hendra sambil tersenyum.
Mendengar itu Davin yang berada di samping ibundanya mengernyitkan keningnya. Karena perkataan Paman Hendra. terutama karena semua keputusan adalah di tangan Dara.
"Jadi dia sekarang pimpinan sini?, ini bahkan seperti sebuah markas. Berarti yang di luar sana anak buah Dara semua? Ya ampuuuunnn. Ini anak masih kecil tapi sudah mempunyai kuasa seperti ini!" Gerutu Davin dalam hati.
Dugghhh....
Dara menendang kaki Davin membuatnya mengaduh. "Kejam...!" umpatnya.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kenapa jadi cinta romantis🤣🤣🤣
dirubah oeeee
sama Noveltoon
Horor, horor tahuu🤣🤣🤣