NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Tamat
Popularitas:404.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 30

“Kang Gandi disini? Sedang apa?”

“Lastri, apa yang kau lakukan ditempat sunyi ini?” Gandi masih memegang parang, menatap penuh rasa curiga, enggan menjawab pertanyaan.

“Ini!” Lastri mengangkat tinggi-tinggi tangannya. “Aku memetik sayur pakis, mau di oseng nanti sore.”

“Kakang sedang apa?” tanyanya ulang seraya tersenyum manis.

“Tidak ada, cuma bersantai saja.” Saat dirasa tidak ada bahaya dan telah percaya, kembali Gandi memasukkan senjata tajamnya.

“Oh … boleh aku temani tidak? Kebetulan bi Mina belum pulang, masih rewang.” Sayur pakis tadi ia masukkan ke dalam tas kain.

Gandi mengangguk, sedikit bergeser agar Lastri bisa duduk di bawah tumbuhan rimbun dan terlindungi dari teriknya matahari.

“Apa di kota tak ada yang jual sayur pakis?”

Lastri tersenyum samar, tatapannya tetap ke depan, memandang hutan keramat. “Jarang, adapun harganya mahal. Hampir sama dengan membeli lauk, kalau disini kan gratis.”

Mata bagaikan burung Elang itu menatap sisi wajah Lastri, yang sedang tersenyum masam.

Lastri sengaja melakukan pendekatan dengan Gandi. Diantara antek kepercayaan juragan Bahri, pria kejam inilah yang paling ditakuti.

Gandi terkenal disiplin, hati-hati, setiap gerak-geriknya terencana dan tidak mudah percaya. Maka dari itu Lastri harus sedikit lebih sabar, berbasa-basi demi menarik simpati dan dipercayai.

Dua jam sudah Gandi dan Lastri berbagi cerita ringan, lalu si wanita pamit pulang.

“Dia berbeda dari kebanyakan wanita. Cerdas, lugas, tak terlihat menggoda tapi penuh pesona,” gumamnya lirih, netranya menatap punggung Lastri. Tidak menyadari kalau suara lirihnya dapat didengar oleh korban yang dulu ia perlakuan bagaikan hewan.

“Kena kau! Tinggal sedikit lagi, maka akan kuliti! Sebagaimana dulu diriku kau siksa, gunduli, gauli lewat lubang dubur.” Ada suara gemuruh dalam dadanya, sekeras apapun mencoba menetralkan perasaan, tetap bayangan mengerikan sekaligus menjijikan itu selalu berhasil mematik kobaran api amarah.

.

.

Hari ini, menjadi hari bersejarah bagi warga transmigrasi. Dua keluarga kaya raya, pemilik perkebunan paling luas, telah mempererat hubungan melalui pernikahan keturunan mereka.

Lastri berdiri di tanah lapang bersama para warga, menyaksikan sendiri sosok yang dulu berjanji akan membahagiakan dirinya, tapi semua itu tipuan belaka demi bisa meniduri nya. Setelah bosan, ia pun di oper kepada bawahan Bahri, dilecehkan, digilir, disiksa, dibunuh.

“Betul kata Herman, mitos tentang Ular kemarin terpatahkan. Buktinya, tak terjadi apa-apa. Lihatlah pengantin pria sangat gagah, dan wanitanya cantik luar biasa.”

“Selama ada Ki Jaya, dan Mak Indun, hal-hal mistis sampai Iblis sekalipun, mana berani mendekat apalagi mencoba mencelakai. Beruntung kita tinggal satu kampung dengan dukun sakti itu.”

Masih banyak lagi pujian yang ditujukan bagi Ki Jaya dan juga istrinya, serta mulut-mulut manis mengelu-elukan pasangan pengantin.

“Kita lihat, apa setelah ini kalian masih memuji mereka, atau malah mencaci maki.” Lastri keluar dari kerumunan, berlari kecil menuju suatu tempat.

Khusus hari ini, bu Mina tidak datang, beralaskan tidak enak badan. Tentu saja demi keselamatan dirinya sendiri.

Juragan Bahri tersenyum jumawa, melihat ratusan bahkan mencapai angka seribu para warga yang memadati tanah lapang di seberang jalan huniannya. Terlebih mendengar pujian, serta seruan terima kasih atas jamuan makanan gratis.

Barisan gerobak berjejer rapi, ada menu sate, bakso, soto, permen kapas, kue putu ayu, minuman cendol dawet, teh manis, jeruk manis, dan makanan tradisional lainnya. Semua warga bebas menikmati tanpa perlu mengeluarkan uang sepeser pun.

Pesta rakyat ini disambut antusias, tetangga kampung Tani, berduyun-duyun datang dengan tujuan melihat pengantin dan ikut berpesta pora.

‘Bodoh! Dungu!’ hatinya menertawai masyarakat yang telah ia kelabui.

Baik Bahri dan Sugeng, tak mengeluarkan uang pribadi, sepeserpun kekayaan mereka tidak berkurang.

Dana pesta akbar ini berasal dari pemotongan upah warga yang bekerja di kebun mereka, dan membeli hasil panen dengan harga mencekik leher.

Warga tak bisa berbuat apa-apa selain menerima, dikarenakan Bahri dan juga Sugeng, satu-satunya pengepul di daerah mereka. Setiap kali ada pengepul baru, tidak lama kemudian sosoknya menghilang.

“Betapa rakusnya mereka. Macam tak pernah makan enak saja!” nyonya Samini mencibir tiga anak kecil yang berebut gula-gula kapas.

“Jangan kau hiraukan! Cukup dengarkan saja sanjungan dari mereka. Usai pesta ini, keluarga kita akan lebih disegani lagi.” Bahri menegakkan punggung, dia dan sang istri serta besannya duduk diatas panggung pelaminan, di sebelah singgasana Hardi dan Ayu.

"Terima kasih ya Kang, pesta pernikahan impian ku kau wujudkan dengan mudah." Ayu menggenggam tangan suaminya, sepanjang acara wajahnya selalu sumringah.

"Apapun akan kulakukan demi menyenangkan hatimu, Ayu." Ia cium punggung tangan berkulit mulus itu.

Langsung saja warga yang melihat bersorak, mereka ikut bahagia.

Tak berselang lama, langit yang semula cerah, tiba-tiba mendung. Udara tak hanya panas tapi pengap. Angin berhembus dari segala arah berkekuatan rendah, meningkat membuat rambut tergerai para wanita berayun.

“Kok, tiba-tiba langit gelap?”

"Sepertinya mau badai?"

Para pedagang mulai panik, menutup dandang air mendidih, tapi belum beranjak .

Laju angin kian kencang menerjang tenda berkerangka besi, menerbangkan kain hiasan. Dentuman halilintar memekakkan gendang telinga.

Lilin-lilin menyala berguna untuk pengusir Lalat, terjatuh di atas taplak meja, nyala api langsung merambat.

“Lari!”

“Berlindung!

“Mamak!

“Bapak!”

Pekikan ketakutan itu bersahut-sahutan. Suara tangis anak kecil melengking, beberapa orang terjatuh, terinjak-injak oleh lainnya yang panik mencari tempat berlindung.

Belasan sapu lidi yang ditancapkan bawang merah, bawang putih, cabai, sebagai penangkal hujan, terlempar jauh.

Tubuh Mak Indun nyaris terbang terbawa angin. dia sedari tadi menjaga agar kemenyan terus mengepulkan asap. Sang suami tidak ikut, Ki Jaya melakukan ritual dari hunian mereka.

Blangkon Bahri dan Sugeng terbang tersapu angin, rangkaian bunga digenggam Ayu, terlepas.

"Turun! Cepat turun!"

Nyonya Samini panik, ia menarik kain jarik. Mempelai wanita dan pria melakukan hal sama, tergesa-gesa turun dari pelaminan.

Musik berdendang langsung dimatikan, para biduan desa melompat dari panggung.

Keadaan kacau balau, porak-poranda. Gerobak pedagang bergelimpangan, kuah di dalam dandang tumpah ruah. Langit menggelap, mendung menggantung di cakrawala.

Suara hujan terdengar seperti derasnya air terjun. Guntur menggelegar, cahaya kilat halilintar seakan membelah langit.

“Assu! Katanya dukun sakti mandraguna guna tak terkalahkan. Mengatasi hujan saja tak mampu, malah mendatangkan angin topan!”

“Sudah diperingatkan, tak boleh menyakiti Ular Weling! Ini malah dicincang! Akibatnya kita semua menanggung hukuman dari Jin penunggu hutan terlarang. Herman sialan!”

Caci maki itu terdengar meskipun tak nyaring dikarenakan teredam derasnya air hujan. Para warga berkumpul di tanah lapang, menjauhi atap-atap tenda. Banyak dari mereka mengalami luka ringan.

"HERMAN! Susul Ki Jaya!" Bahri berteriak, memerintahkan anteknya menerjang hujan.

Langsung saja titah itu dilaksanakan tanpa adanya penolakan. Herman menaiki motor bekas mendiang Pendi, lajunya sedikit oleng tapi tidak terjatuh.

Berulangkali pria yang sudah basah kuyup itu menyeka wajah agar pandangan tak terhalang air hujan.

"Hujan sialan!" Hatinya meradang, karena badai dia yang disalahkan.

Herman tidak menyadari kalau ada bambu petung sebesar paha anak remaja melintang ditengah jalan, gas tangan diputar habis.

Honda Win 100 itu jumping, Herman tak sempat berpikir, tangannya terlepas dari setang motor.

Argh!

Brak!

Bugh!

.

.

Bersambung.

1
Fia Ayu
Di tunggu kakak syantik😍
Sri
terima kasih thor ini cerita horor yang ke 4 yang aku baca kayaknya kalo aku pengen baca genre honor aku kan cari novelmu
ˢ⍣⃟ₛˢᵉʳᵖᶦʰᵃⁿ ˢᵘˡᵗᵃⁿ/Fhania🦐
salam sayang Thor. makasih banyak udah di ksih bonchap🤗🤗
Amaranggana
toel-toel notif yaa kak othor ,supaya ndak ketinggalan.
terimakasih
Amaranggana
Masya Allah,....baiknya kak othor bela2in membuat chapter bonus.
Selamat datang Resendriya...semoga berkah hidup dan aman tiara aral melintang atau sesesak jln hidup Ibumu Nak.
Mawar Hitam
Siap menanti dan meninggunya kak Resendriya..
Dhafitha Fitha Fitha
ah ngerti aja ni emak satu
ita rosita
terima kasih kaka ditunggu season 2nya/Heart//Heart//Heart//Rose//Rose/
Iis Yuningsih
semangat ka cublik di tunggu cerita terbarunya ya 💪🏻💪🏻💪🏻🥰🥰🥰🥰
wasiah miska nartim
thooooooor jangan tinggalkan diriku😭😭😭😭😭😭😭😭
Imas Masripah
Thor aku kebayang film horor jadul suasana di perkampungan yg masih kental dengan hal" mistisnya.
Cublik: Vibes nya zaman baheula ya Kak 😁
total 1 replies
_yuniarti.sherli_
kak cublik tau2 dah tamat aja, makasih banyak yaa, cerita sangat seru bikin deg deg an, bikin penasaran juga, sukses selalu kaa
Airiznatiar Rifkhi
KLO BS kak cublik ad season 2 ny..
ank ny Sawitri.
untuk crita dendam kesumat ini..bgus skli kak..saya suka.😍😍😍
Cublik: Terima kasih banyak Kakak 💜
Ini ada satu bonus chapter 🥰
total 1 replies
Imas Masripah
sy baru mampir KK, soalnya sy orang nya penakut sekali /Grin/
Aas Biah
luar biasa
putri
menunggu kisah anaknya sawitri dan Yusuf 😍
Cublik: Terima kasih Kakak 🥰
total 1 replies
Isti Anah
kereeeen /Rose//Rose//Rose//Rose/
Cublik: Terima kasih Kak ❤️
total 1 replies
Seroja
suka
Cublik: Terima kasih banyak Kak 🥰🥰
total 1 replies
Ulum Miftaa
cerita yg luar biasa
Cublik: Terima kasih Kakak 🥰
total 1 replies
ynt_
kerennn sumpah ga bertele tele, langsung sat set dan ga ngebosenin
Cublik: Terima kasih banyak Kak 💜💜
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!