NovelToon NovelToon
Destined For U

Destined For U

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Murni
Popularitas:16.3k
Nilai: 5
Nama Author: Net Profit

Mati-matian berusaha dan berakhir gagal membuat Deeva enggan membuka hati, tapi sang ibu malah menjodohkannya tepat dimana perasaannya sedang hancur. Diantara kemalangannya Deeva merasa sedikit beruntung karena ternyata calon suaminya menawarkan kerjasama yang saling menguntungkan.

"Anggap gue kakak dan lo bebas ngelakuin apa pun, sekalipun punya pacar, asal nggak ketahuan keluarga aja. Sebaliknya hal itu juga berlaku buat gue. Gimana adil kan?" Arshaka Rahardian.

"Adil, Kak. Aku setuju, setuju, setuju banget." Deeva Thalita Nabilah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hilang

‘’Permisi bu, saya izin mengambil tas dan pulang.’’ Ucap Deeva pada guru matematika yang sedang mengajar di kelas, ‘’ini surat izin keluarnya dari BK bu.’’ Lanjutnya seraya menunjukan kertas kecil bertuliskan izin keluar yang dilengkapi dengan data diri dan kelasnya beserta dibubuhi tanda tangan guru BK.

Guru matematika menerima kertas tersebut, memeriksanya dengan seksama kemudian mengizinkan Deeva untuk pulang. ‘’nanti tugasnya tanya ke teman yang lain yah. Meskipun pulang duluan tugas harus tetap dikerjakan. Semoga kedepannya hal-hal yang kurang baik tidak terulang lagi yah.’’ Pesannya pada Deeva. Meski kasus pertikaian Deeva dan Qila belum dibahas oleh para guru tapi dari banyaknya siswa yang cerita saat absen tadi cukup membuat guru matematika itu paham apa yang sedang terjadi diantara murid-muridnya.

Deeva mengangguk, paham. ‘’Iya bu, terimakasih untuk nasihatnya. Kedepannya saya akan lebih hati-hati dalam bersikap.’’

Tak seperti kebanyakan siswa yang setiap dinasihati akan menjawab dengan janji akan bersikap lebih baik, tidak melakukan kesalahan yang sama atau berjanji tidak akan mengulangi maupun berjanji akan menjadi siswa yang lebih baik, Deeva hanya menjawab akan lebih berhati-hati dalam bersikap, karena bagi Deeva, dirinya tak salah. Semua yang ia lakukan hanya bentuk pembelaan diri supaya tak diremehkan dikemudian hari.

Sebagai siswa yang pernah aktif dalam kepengurusan OSIS bahkan membantu menjadi komite disiplin di sekolah, ia paham betul bahwa cikal bakal bullying muncul bukan hanya karena adanya pelaku yang bertindak semena-mena tapi juga dipengaruhi oleh korban yang selalu menuruti perintah dan lemah. Sekali ia menurut pada siswa yang bersikap paling kuasa di sekolah maka sudah dipastikan sampai lulus ia akan menjadi ka cung. Dan sekolah yang harusnya jadi rumah kedua yang menyenangkan akan berubah jadi neraka. Terdengar sa dis bukan? Tapi begitu kenyataannya keadaan sekolah bagi para siswa yang terkena bullying.

 Deeva berjalan ke tempat duduknya. Teman sebangku yang biasa menyandarkan kepala di meja tiba-tiba bangun saat dirinya mengambil tas.

‘’Harusnya tadi gue ikut berantem yah di kantin, biar bisa pulang cepet.’’ Cibir Dewa.

Deeva hanya memicingkan matanya pada Dewa, ‘’aneh.’’ Batinnya.

Biasa hanya memperhatikan lelaki dengan sejuta pesona dan prestasi seperti Dirga di sekolah lama, kini mau tak mau dia jadi memperhatikan Dewa yang serratus persen berbeda jauh dengan Dirga. Andai bisa milih sih Deeva nggak mau peduli, tapi yang namanya teman sebangku peduli nggak peduli pun tetep merhatiin. Karena jika terjadi apa-apa, misalnya tak hadir maka teman sebangku adalah orang pertama yang akan ditanyai oleh guru. Terlebih kalo dipikir-pikir Dewa juga pernah menyelamatkannya dari toilet sekolah. Entah memang lelaki itu nakal seperti kata siwa-siswi yang lain atau hanya karena dia belum terlalu mengenalnya, Deeva tak mau ambil pusing. Yang ia inginkan saat ini hanya menenangkan diri.

Dari sekian banyak hari-hari berat yang pernah ia lalui, Deeva merasa hari ini yang paling berat. Berada di tempat baru yang mengharuskan ia beradaptasi ulang malah harus menemui teman sekelas yang tak menyenangkan, guru BK yang menurut Deeva kurang kompeten karena tak mengusut masalah dari awal malah langsung memaksa dirinya dan Aqila untuk berdama, kemudia yang paling membuat Deeva kesal adalah satu-satunya orang yang saat ini ia anggap keluarga malah ikut-ikutan menyalahkan dirinya.

Deeva menghela nafas panjang, sudah berulang kali tapi nyatanya tak berhasil membuat dirinya tenang. Deeva lantas memutuskan duduk di taman sekolah, tepatnya di dekat kolam ikan. Memperhatikan ikan emas yang berlalu lalang sedikit membuatnya tenang. Meskipun tak sebagus ikan hias di rumahnya tapi pemandangan ikan berenang kesana-kemari cukup menyejukkan mata.

Deeva melihat sisa pakan ikan di samping kolam, ia lantas mengambilnya dan menjatuhkannya ke kolam sedikit demi sedikit. ‘’jadi ikan kayaknya enak yah. Nggak usah nyari makan sendiri ada yang ngasih. Nggak ada yang marahin juga.’’ Gumam Deeva.

‘’Hm pengen jadi ikan aja dah gue.’’ Ucapnya sambil tertawa. Menertawakan berapa ngenesnya dia semenjak data ke kota gudeg ini. Rasa-rasanya tak ada hari yang damai selain saat dirinya membeli seragam sekolah waktu itu.

‘’Apa lo bilang? Pengen jadi ikan?’’ entah dari mana tiba-tiba Shaka sudah ada di belakangnya dengan tampang mengejek.

‘’Baru juga masalah segini lo udah pengen jadi ikan. Kalo lo jadi ikan bakal gue bakar, dioles kecap sama margarin terus kasihin si kopoy kayaknya dia bakal suka banget.’’ Lanjutnya.

Deeva tak menganggap keberadaan Shaka, ia lanjut memberi makan ikan hingga pakan di tangannya habis. Tanpa bicara Deeva berjalan menuju parkiran. Mengabaikan Shaka yang terus ngomel di sampingnya, dari mulai ejekan jadi ikan sampai ngomel-ngomel ala orang tua.

"Gue nunggu sampe tiga puluh menit nggak nonggol-nonggol. Ditelpon nggak diangkat, di chat nggak di read.”

“Gue tuh masih banyak kerjaan di kantor, Deev. Gue sempet-sempetin kesini demi lo.’’

‘’Bisa nggak sehari aja lo tuh jangan bikin masalah. Biar hidup gue damai gitu.”

Deeva hanya menatap Shaka sekilas dengan wajah kesalnya kemudian masuk ke dalam mobil. Menyimpan tasnya di belakang, mengenakan sabuk pengaman, kemudian diam membisu.

‘’Kita ke kantor dulu, gue masih banyak kerjaan. Kalo nganterin lo pulang terus balik lagi ke kantor kurang efektif. Nggak apa-apa yah? Lo boleh istirahat di ruangan gue.” Ucap Shaka.

Deeva masih tak bergeming.

“Lo marah? Gue ada salah?” ucapnya lagi.

Lagi-lagi Deeva hanya menatap sekilas Shaka, tapi kali ini dilengkapi dengan hembusan nafas Panjang yang menunjukan betapa lelahnya dia.

“Lo marah? Gue ada salah? Hm, situ waras nanya kayak gitu. Udah dari kemarin marah-marah mulu, hari ini datang main nyalahin tanpa nanya sebab. Atau minimal tanya keadaan gue gitu. Bener-bener dewasa hanya sebatas usia.’’ Batin Deeva.

Selama perjalan Deeva benar-benar tak bicara sepatah kata pun. Beberapa karyawan memperhatikan saat dirinya berjalan di belakang Shaka. Ketika sampai di lantai tiga, Shaka meminta Deeva masuk ke ruanganya.

"Tunggu di dalem, gue ada rapat di ruangan sebelah sana.’’ Ucapnya seraya menunjuk ruangan di bagian ujung lantai tiga. Tanpa menunggu Deeva masuk, Shaka meninggalkannya.

Sejam berlalu, rapat selesai. Shaka langsung menuju ruangannya. Ia bahkan menolak ajakan makan siang. Karena rekan bisnisnya mengajaknya makan Shaka jadi teringat Deeva yang menunggunya di ruangan, gadis itu pasti belum makan.

‘’Fa, pesenin makan siang. Nasinya dikit aja, banyakin protein sama sayuran.” Ucapnya pada Raffa.

“Yang biasanya aja biar nggak ribet yah.”

“Nggak, harus banyakin sayur. Nasinya dikit aja.” Setidaknya hanya baru itu yang Shaka pahami tetang Deeva. Gadis itu benar-benar mengatur pola makannya, ‘’buat Deeva. Lo cari-cari aja dah menu diet.’’ Lanjutnya.

‘’Itu bocah ada disini? Ini masih jam sekolah woy.’’

‘’Ada, di ruangan gue.’’ Dan secepat kilat Raffa mendahui Shaka, ‘’gue tanya langsung aja ke anaknya, Shak.’’

Belum sempat Shaka masuk, Raffa sudah keluar dari ruangan. ‘’Bohong lo! nggak ada itu bocah.’’

"Serius lo?’’ Shaka terkejut, ‘’sebelum rapat gue suruh nunggu disini.’’ Lanjutnya seraya buru-buru mengambil ponsel dan menghubungi Deeva. Si al, telepon berdering tapi diikuti suara dering ponsel dari dalam ruangannya. HP Deeva ada di ruangannya, lengkap dengan tas dan sweater yang tadi di kenakan Deeva.

Shaka memijit keningnya, pening.

“Jangan-jangan Deeva kabur lagi, mana dari tadi di sekolah itu anak ngadat pengen dianterin pulang ke Bandung. Pengen dibeliin tiket kereta juga. Gimana kalo dia bener-bener kabur?’’ gumam Shaka.

‘’Aduh mam pus gue kalo beneran kabur itu anak.’’Shaka menjambak rambutnya, frus ta si.

.

.

.

Lanjut jangan?

like komennya dulu kakak

1
Srie Handayantie
kakak cnhh , pdhal calon suami 🤭
Srie Handayantie
Mampang mumpung di bila euy Aya NU bening sikattt
Srie Handayantie
gak tenang banget yaa hidup kamu tuh deeva 🤦 ada2 saja yg bikin erosi
linanda eneste
sediiih... saking mamanya jg sibuk terus
Rita
tinggal ngmg maaf sdh dijodohin
Rita
duh Bil andai kau tau
Rita
😂😂😂😂aku karo bojoku beda 8thn ketueen yo
Rita: wow jodoh dlm artian g jauh2
Net Profit: standar kalo mnrt aku kak

kalo aku sama bojoku ya kayak kara dirga, seumuran. kita bahkan sekelas waktu SMA🤣
total 2 replies
Rita
kakak abal2🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
kuat Deev
Rita
😜😅😂😂😂😂😂😂ya juga sih
Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
awas Bill kena semprot Shaka bisa langsung iffile kaku hahah
Ummah Intan
kepikiran jg klo lg ngambek ampe ga fokus kerja
Ummah Intan
selamat hari merdeka
Maria Kibtiyah
hehe mangkanya shaka jgn galak2
Net Profit
pertama😙😙😙
sum mia
galau...galau... situlah Shaka....emang enak....

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
sadar Shak.,..pikiiirrr....dan renungkan.... jangan hanya marah-marah mulu . dan selalu Deeva yang disalahin .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Erna Wati
alkhamdulillah up juga Thor nuhun
Linda Ayu Tong-Tong
aku pengen getok kepalanya shaka boleh gk thor..ahahah
Silvie Dpurple
lanjut park shakanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!