Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perawat dan Petugas Keamanan
Beberapa detik sebelumnya.
Anna telah menunggu momen Sherly mendekatinya seperti ini. Saat Sherly mengangkat selimut yang menutupi kakinya. Anna mendengarkan ejekan seniornya itu, lalu mendekatkan tubuh ke arah Sherly dan melayangkan sebuah tamparan sekuat tenaga.
PLAKK!!
Semua orang di ruangan itu terkejut.
Sherly merasakan rasa nyeri dan panas menjalar di pipinya. Geram, ia pun melayangkan tamparan balasan ke arah Anna.
Hap.
Tangan Sherly tertahan di dekat pipi Anna.
Anna tersenyum mengejek. “Terimakasih, Ton!” ucap Anna ke arah Tony. Lalu ia memencet ‘nurse call’ untuk memanggil perawat yang berjaga. “Aku sudah memanggil perawat! Kalau Mbak Sherly macam-macam, aku akan minta perawat memanggil petugas keamanan.”
“Dengan Nurse Irna, Mbak Anna ada yang bisa dibantu?” terdengar suara perawat dari ‘bed head’ panel di atas kepala tempat tidur Anna.
“Saya merasa terganggu dengan pengunjung di kamar saya suster! Tolong diminta untuk keluar!”
“Baik!”
Terdengar suara panggilan ditutup.
“Kurang ajar kamu Anna!” maki Sherly. Ia hendak menjambak Anna, namun seperti tadi Tony siap menjadi tameng buat Anna.
“Udahlah kak Sherly, ayo kita pergi sebelum susternya datang!” Risha menarik Sherly. Mereka tidak tahu bahwa di ruang VIP ini sistem pemanggilan perawatnya dua arah seperti telepon.
Sherly menepis tangan Risha dan masih ingin melampiaskan kemarahan nya. Namun Risha menahan Sherly dengan memeluk pinggangnya.
Terdengar pintu ruang rawat dibuka dan seorang suster bersama petugas keamanan tampak datang.
Tony senang bahwa perawat itu memiliki inisiatif untuk membawa petugas keamanan bersamanya
Sementara Sherly. Huh!! wanita itu menghentak lantai. Kesal.
“Ayo kita keluar, Kak Sherly!” Gadis dan dua orang lagi ikut menarik dan membujuk Sherly sebelum petugas keamanan itu bertindak.
“Lepas!” bentak Sherly kepada rekan-rekan nya itu. Pandangan nya bertemu dengan petugas keamanan yang tampak masih sedang membaca situasi. Sherly memegang pipinya yang panas. “Di sini saya korbannya!” seru Sherly kepada petugas keamanan itu. “Dia telah menampar saya!” Tunjuk Sherlu ke arah Anna.
Petugas keamanan tampak bingung. Bagaimana cara pasien yang sedang terbaring di tempat tidur menampar seorang yang sehat.
Anna kasihan melihat satpam yang kebingungan. “Kalau gitu buat laporan aja sekalian!” tantang Anna. “Kita buktikan saja siapa yang salah!”
Petugas keamanan dan perawat tampak menunggu reaksi Sherly.
“Karena ini ruang perawatan pasien, dan pasien merasa terganggu, harap mbak-mbak semua meninggalkan ruangan!” Perawat akhirnya berkata, lalu melihat bros WG yang ada di dada Sherly. “Dan Pak William sudah berpesan, kalau ada hal yang mengganggu pasien ini, harus dilaporkan segera kepada beliau. Apa saya perlu melaporkan ini, Mbak Anna?” tanya perawat ke arah Anna.
Sherly dan rekan nya memucat. Ia sudah dua kali mendapatkan peringatan dari Direktur Utama karena berurusan dengan Anna. Ia tidak ingin mendapat peringatan yang ketiga kalinya karena itu akan membuat karirnya berakhir.
Sial. Seharusnya aku memang tidak membuat masalah hari ini, umpat Sherly dalam hati. Cukup datang buat melihat si anak baru tak tahu diri ini menderita.
“Lihat saja nanti! Semua ini tidak bisa berakhir begitu saja Anna!” Sherly memberi ancaman kepada Anna, lalu keluar dari ruang perawatan Anna dengan sengaja menyenggol bahu perawat.
“Terimakasih Nurse Irna!” ucap Anna saat rombongan pembuat keributan itu keluar dari kamar Anna.
“Sama-sama Mbak Anna. Oh,ya sebentar lagi dokter akan visite untuk memutuskan Mbak bisa pulang atau tidak siang ini,” jawab perawat.
“Saya juga permisi, Mbak. Maaf, tadi saya tidak bisa berbuat apa-apa!” ucap petugas keamanan merasa bersalah.
“Enggak apa-apa, Pak. Saya ngerti kok! Terimakasih sudah datang!” Anna tersenyum sambil mengangguk. “Terimakasih juga, Sus!” ucap Anna ke arah perawat.
Perawat serta petugas keamanan itu mengangguk lalu meninggalkan ruang rawat Anna.
Tony menatap Anna dengan membesarkan bola matanya, “Lo beneran udah bisa pulang siang ini?” tanya Tony tak percaya. “Emang udah gak sakit?” Tony mengecek tangan Anna yang luka lecet.
Anna meringis. “Sssh. Masih sakit tau!” Anna memukul tangan Tony. “Kalau masih sakit kenapa mau dibolehin pulang?” Sebenarnya Tony akan lebih senang jika Anna pulang ke apartemen. Ia lebih bebas untuk merawat Anna. Apalagi ibu Tony katanya juga mau datang untuk merawat Anna.
Anna menghela nafas. “Gue pikir sebaiknya emang pulang aja, Ton,” ucap Anna pelan. “Lo liat sendiri, kan? Gue malah gak bisa istirahat. Satu persatu cewek-cewek muncul bikin keributan di sini!” Anna mencoba untuk bersandar.
Tony membantu mengatur posisi bagian atas tempat tidur agar Anna dapat bersandar dengan nyaman. “Iya juga sih. Lagian, kalau Lo di apartemen, ibu lebih mudah buat bantu ngejagain elo!” sambung Tony.
“Lo nyuruh ibu Lo ke sini?” Anna membelalak.
Tony menyisir rambut dengan tangan nya, cengengesan. “Iya. Kan biar ada yang bantuin Elo!”
“Aish! Apa-apaan sih Ton. Gue kan sakit gak parah-parah amat. Malah ngerepotin Tante Nimas.”
Tony menjauh dari Anna menuju sofa. Matanya benar-benar mengantuk karena habis begadang semalam. “Gak apa-apa sih, Ann. Jangan sungkan! Ibu emang mau berkunjung ngelihat gue. Ya sekalian aja bantuin elo nanti.”
“Ta-”
“Ah. Udah Ann. Gue ngantuk!” potong Tony, berbaring di sofa. Tony menutup mata, indera penciuman nya malah mencium aroma parfum yang tertinggal. Sial! umpat nya. Pasti si Dirut itu tidur di sini semalam. Cih! Berat banget nih saingan gue.
Tony memutar posisi tidurnya dengan arah memunggungi Anna agar Anna tidak melihat bahwa rasa kantuknya agak hilang karena membayangkan lelaki lain telah bermalam bersama Anna.
***