NovelToon NovelToon
Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:17.6k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

Dulu aku menangis dalam diam—sekarang, mereka yang akan menangis di hadapanku.”

“Mereka menjualku demi bertahan hidup, kini aku kembali untuk membeli harga diri mereka.”

“Gu Xiulan yang lama telah mati. Yang kembali… tidak akan diam lagi.”
Dari lumpur desa hingga langit kekuasaan—aku akan memijak siapa pun yang dulu menginjakku.”

“Satu kehidupan kuhabiskan sebagai alat. Di kehidupan kedua, aku akan jadi pisau.”

“Mereka pikir aku hanya gadis desa. Tapi aku membawa masa depan dalam genggamanku.”

“Mereka membuangku seolah aku sampah. Tapi kini aku datang… dan aku membawa emas.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

Ulan menyendiri di balik deretan pohon jagung yang meranggas. Hembusan angin membawa aroma debu dan panas siang yang tak henti menggigit. Dengan hati-hati, ia membuka amplop bersegel militer itu. Tangannya bergetar

kali ini bukan karena akting. Meskipun ia tahu isi surat itu, membacanya secara langsung tetap menyesakkan dada.

Tulisan resmi di kertas berkop militer itu tegas dan dingin, namun tiap kalimatnya seperti palu yang menghantam dada.

"Kepada Nyonya Gu Xiulan,

Dengan penuh penyesalan, kami menyampaikan bahwa suami Anda, Sersan Jiang Weiran, gugur dalam mimpi berbahaya saat menjalankan misi penyamaran tingkat tinggi.

Kami menghargai pengorbanannya yang luar biasa dan menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Sebagai bentuk penghormatan dan kompensasi, terlampir surat jaminan tunai sebesar Rp2.000 (dua ribu rupiah) yang dapat ditukar di bank militer wilayah administratif manapun.

Selain itu, kami telah menindaklanjuti permintaan almarhum Jiang Weiran mengenai aspirasi Anda. Maka dengan ini, Anda ditunjuk sebagai petugas pembelian di Pabrik Baja Negara Wilayah Selatan.

Mohon menindaklanjuti surat ini dengan mendatangi kantor militer terdekat untuk pengurusan lanjutan.

Hormat kami,

Komando Wilayah Khusus"

Ulan membaca dengan kepala tertunduk, sementara matanya memburam. Tangis tak bisa ditahan lagi. Bukan karena Weiran pergi,

Tapi tetap saja... satu minggu. Hanya tujuh hari.

Dan sekarang ia harus menjadi seorang janda,janda militer.

Isak tangisnya semakin jelas. Suara sesenggukan itu menembus ladang yang sunyi.

Seorang bibi baik hati, yang dikenal sebagai janda dari tetua desa, buru-buru menghampirinya. “Ya ampun, Ulan… Astaga, anak ini…malang sekali nasib mu” katanya sambil memeluk bahu Ulan.

“Bibi ..Aku… aku baru saja menikah… Tapi sekarang… dia…” kata Ulan tersendat-sendat.

Suasana mendadak menjadi hening. Bahkan ibu-ibu yang sebelumnya sibuk mengeluh tentang cuaca mulai mendekat. Satu per satu mereka mendengar kabar bahwa Ulan menerima surat kematian suaminya. Seorang prajurit. Seorang patriot.

“Baru seminggu dinikahi…”

“Dan sekarang dia ditinggal jadi janda…”

“Kasihan banget…”

Kata-kata itu menyebar seperti api kecil di rumput kering.

Bibi yang tadi memeluknya menatap warga desa dan berkata, “Ini bukan hanya kehilangan bagi Ulan. Tapi juga bagi kita semua. Kita kehilangan seorang prajurit.”

Ulan tidak menjawab.

Ia hanya menggenggam erat surat itu di dadanya, seakan takut surat itu akan terbang dan menghilang

“Ayo, Nak,” bisik si bibi lembut, “kita pulang dulu… Kau butuh istirahat…”

Langkah mereka meninggalkan ladang jagung yang tak tumbuh, meninggalkan bisik-bisik dan tatapan iba yang menusuk. Ulan, tiba tiba saja harus menyandang status baru

Kapten yang dimintai izin agar ulan pulang lebih awal hanya geleng geleng kepala.

Panas siang belum juga reda, tapi desas-desus sudah menyebar seperti angin puyuh.

Gosip gosip ini segera memancing Nenek Gu datang ke rumah Ulan. awalnya dia juga sedang bekerja di ladang. tapi begitu mendapatkan kabar ini dia langsung meninggalkan ladang dan berlari pergi ke rumah Ulan.Dan tidak sendiri,ia datang dengan suara yang meledak-ledak, memaki, memfitnah, dan menuduh cucunya sebagai pembawa sial.

Kabar jika ulan menjadi janda adalah kabar yang paling bahagia sejauh yang dia dengar Setelah rumahnya kemalingan.

" Ulan haha, apa kataku, Kau adalah gadis pembawa sial, yang menikahimu pun akan sial.hahaha Baru seminggu menikah, suaminya sudah mati! Memalukan! puih... Ini bukan janda mulia, ini janda pembawa petaka!"

Nenek Gu berdiri di depan rumah Ulan dengan dada membusung dan suara lantang, seperti tengah berbicara di pasar. Wajahnya penuh amarah, namun juga penuh semangat. Kata-kata pedasnya seperti tombak yang ditancapkan ke dada Ulan.

Setidaknya itu yang dipikirkan oleh penduduk desa. beberapa orang masih duduk di rumah Ulan untuk menenangkannya. Tapi sekarang apa yang mereka lihat ada seorang nenek yang tidak punya hati.Dia bahkan tertawa tentang kemalangan cucu sendiri.

"Sejak kecil kau sudah sial. Ibunya pun perempuan keras kepala! Jika saja mendengar apa kataku, sejak awal mungkin rumah kami juga tidak akan sesial ini. tapi sekarang dia janda! Hahaha aku puas, Ulan Janda pembawa sial!

Hahahaha.

Suara itu nyaring, menggaung ke sudut-sudut desa. Para pekerja di ladang yang mendengar keributan itu segera meninggalkan cangkul dan sabit mereka. Dalam waktu singkat, kerumunan terbentuk di depan rumah Ulan.

Beberapa berbisik-bisik. Beberapa menahan napas. Beberapa hanya ingin tahu apa yang terjadi.

Ulan berdiri di depan pintu rumahnya dengan wajah basah oleh air mata. Bukan hanya karena malu, tetapi karena lelah. Ini terlalu banyak. Terlalu kejam. Tapi hari itu,entah kenapa,ada api kecil yang menyala dalam dirinya.

Dia melangkah maju, matanya menatap langsung pada sosok neneknya, dan suaranya menggema", “Iya, aku janda. Tapi janda prajurit. Aku tidak malu. Bahkan negara mengakui aku. Tapi nenek? Nenek cuma bisa memaki cucunya sendiri di depan orang banyak! Apa itu kehormatan?"

"menghina seorang martil, bisa dituntut ke polisi. nenek bisa mendapat hukuman keras bukan saja hukuman penjara tapi juga akan didenda. apa nenek tidak takut?"kata ulan keras.

Meskipun pernikahan mereka pura-pura surat yang diterima tadi juga sebenarnya hanya pura-pura. Tapi identitas pura pura ini ,sudah cukup untuk membuka mulut penduduk desa

Termasuk neneknya yang jahat ini.

Kerumunan mulai mendesah. Ada yang mengangguk. Ada pula yang saling melirik. Suasana memanas.

Tepat saat itu, ayah angkat Ulan,Paman Lu,muncul dari belakang , langkahnya tertatih karena kakinya yang pincang. “Cukup!” katanya tegas. “Ulan adalah anakku sekarang. Kau wanita tua tak berhak menyakitinya lagi!”

Kepala desa, kakak Paman Lu, juga muncul dan berdiri di sisi sang adik. “Nyonya Gu, jaga kata-katamu! Kau tak punya hak menghina anak yang sekarang bukan bagian dari keluargamu.”

biasanya jika ditegur oleh kepala desa, orang seperti nenek juga akan ciut nyalinya.Namun, entah karena marah atau karena malu ditegur di depan umum, Nenek Gu berteriak, “kalian semua ikut membesarkan anak durhaka ini! hati-hati saja akan ketularan sial!!"”

Dalam luapan amarahnya, ia mendorong Paman Lu,mungkin tidak terlalu keras, tapi kaki pria itu memang lemah. Tubuhnya terjungkal ke belakang dan…

BRUKK!

Akhhh.

Kepalanya segera membentur batu besar di halaman.

“Ayah..!!**” teriak Ulan panik, berlari ke arahnya.

Darah mulai mengalir dari pelipisnya, membasahi tanah yang kering dan panas. Kerumunan terdiam dalam ngeri. Beberapa wanita menjerit. Beberapa pria langsung mendekat, menahan tubuh Paman Lu agar tidak bergerak terlalu banyak.

Kepala desa berlutut di sampingnya, menggenggam tangan sang adik dengan mata bergetar.

"Adik....Adik , seseorang cepat bantu dia!!"panggil kepala desa dengan cepat tapi tangannya sudah menggigil. ketika dia menyentuh kepala adiknya ini sebenarnya sudah banyak darah.

Kepala desa diberitahukan sebenarnya ada sisa peluru di kepala nya. dokter juga menyebutkan, usianya mungkin tidak lama lagi. faktor usia ditambah dengan sisa kecelakaan di masa lalu apalagi kondisi mentalnya memburuk setelah dikembalikan dari militer.

Kepala desa sudah siap, tapi ketika melihat darah yang begitu banyak, dia tidak tahan lagi.

Kepala desa menangis meminta bantuan.

Segera beberapa pria besar datang menghampiri . Saat itulah mereka sadar selain kepalanya yang berdarah, mata tuanya tidak pernah terbuka lagi.

Ulan panik ,dia tidak bisa menahan tangis. Ia mengguncang lengan ayah angkatnya, “Ayah! Ayah jangan tidur! Ayah bilang kau akan melindungiku! Kau belum boleh pergi…”

Nenek Gu mundur beberapa langkah. Wajahnya pucat pasi. Kata-kata masih menggantung di ujung lidahnya, tapi tidak ada satu pun yang bisa dikeluarkan. Tidak ada yang bisa membela dari perbuatannya.

Seseorang dari kerumunan berbisik keras, “ nyonya gu sudah keterlaluan..."

“Dia menuduh Ulan sial… tapi lihat, siapa yang menyebarkan kesialan itu sekarang?"

"ulan sial sejak mendapatkan dia sebagai nenek, liat, ulan sudah bahagia sejak keluar dari rumah itu tapi sekarang... astaga..

Yang lain menimpali, “Kalau bukan karena mulutnya yang tajam, takkan ada yang jatuh!"

Saat para pria mengangkat Paman Lu untuk dibawa ke balai pengobatan, Ulan mengepalkan tangannya di dada. Di antara air mata dan kepedihan, lahir sebuah tekad.

Dia tidak akan lagi menjadi gadis yang diam. Tidak akan membiarkan dirinya diinjak hanya karena masa lalunya. Dia adalah janda seorang prajurit. Dia adalah Putri dari ayah Lu, bukan lagi bagian dari keluarga Gu.

Segera ayah angkat bulan dibawa ke rumah sakit desa. jaraknya sekitar 20 menit.

Dokter desa yang melihat kondisinya juga terkejut. Dia segera melakukan tugasnya memeriksa luka yang sangat mengerikan di bagian kepala .

Suasana di rumah sakit desa masih dipenuhi bisik-bisik, wajah-wajah muram, dan mata-mata penuh emosi.

Di dalam ruangan itu, Ayah Lu masih terbujur kaku di atas ranjang. Beberapa warga desa mulai berdatangan, entah karena empati atau sekadar ingin tahu.

Beberapa waktu kemudian,Dokter desa,berdiri di tengah ruangan dengan wajah yang gelap. Ia berbicara pelan kepada kepala desa dan beberapa warga terdekat.

“kepala desa, lukanya tidak bisa dianggap ringan. Apalagi dia sudah memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan luka lama dari perang. Terjatuh dengan keras seperti itu… luka di kepala…CK darahnya terlalu banyak keluar.”

"Jadi bagaimana dokter?"katanya ulan dengan wajah sedih yang tidak dibuat-buat.

Dokter hanya geleng-geleng kepala. harapan hidup hampir nol.

"dokter , kepala desa ayu bawa ayah pergi ke rumah sakit Kota. peralatan dk di sana cukup lengkap, ayo paman , jangan tinggal di sini" kata ulan buru-buru.

Tapi dokter sendiri tidak menyarankan itu. orangnya benar-benar sudah tidak memiliki nafas, percuma jika dibawa pergi ke kota.

Kepala desa hanya menutup matanya. sudah lama dia menyiapkan mental. tapi ketika hari itu tiba, dia masih tidak bisa menahan sedih.

"ulan," kata kepala desa. "ayahmu sudah pergi"

Ulan tidak terima dan dia hanya bisa menangis selagi meraung. dia ingin membawa ayah angkatnya kayak gini ke kota. Masalah uang dia akan menyediakannya sendiri, dia punya uang sekarang.

Tapi ide ini langsung ditolak.

Toh orangnya memang sudah meninggal, Jadi untuk apa lagi.

Semuanya akan sia-sia.

"ulan bersabarlah nak"

“Semua ini gara-gara si tua itu,” salah seorang warga menimpali dengan suara kesal. “Sudah sejak lama mulutnya itu seperti racun. Selalu menyalahkan orang lain, bahkan cucu sendiri…”

“Ulan itu… diperlakukan seperti musuh, dia tidak suka jika ulan bahagia "

Yang lain mengangguk-angguk.

Suasana percakapan mulai memanas, suara-suara naik satu per satu, menyalahkan nenek Gu yang selalu menjadi biang keributan .Nenek Gu yang tidak bisa bicara sangking terkejutnya, merasa lemas. dia tidak percaya hanya karena mendorong sedikit, pria tua itu langsung meninggal.

ini tidak mungkin.

"aku.. aku tidak sengaja sungguh aku tidak sengaja..."

Mendengar apa yang dikatakan dokter saja dia sudah menggigil ketakutan. Wajahnya juga menjadi sepucat kertas

"kepala desa aku ..aku tidak sengaja "

Aku..

"nyonya gu .Aku sudah lama mentoleransi perilakumu . Kau selalu membuat masalah dan aku selalu menekannya. Tapi sekarang masalah yang kau buat itu sudah tidak bisa ditoleransi lagi"kata kepala desa dengan mata yang memerah.

"Seseorang ikat wanita tua ini dan membawa ke kantor polisi"tambahnya lagi.

Nenek gu langsung lemas dan terduduk di lantai. bahkan ketika dirinya diikat sebagai seorang pendosa dia juga tidak melawan.

Matanya sudah kosong, seperti pikirannya yang blong.

Tetapi di tengah riuhnya pembicaraan itu, tiba-tiba terdengar bunyi "Dug!

Semua orang langsung menoleh.

Ulan,yang sejak tadi duduk memeluk tubuh ayah angkatnya, dengan air mata yang tak berhenti jatuh,tiba-tiba ambruk ke lantai.

“ULAN!!” teriak kepala desa, langsung berlutut.

Dokter desa terkejut, buru-buru menghampiri dan memeriksa denyut nadinya. Beberapa warga membantu mengangkat tubuh gadis itu ke ranjang kosong di sisi ruangan.

“Dia pingsan…” ucap dokter sambil memeriksa tekanan darahnya, “ tekanan emosionalnya terlalu berat.”

Seorang wanita desa buru-buru membasahi kain dan menempelkan ke dahi Ulan. Beberapa orang lain membantu membuka jendela agar udara lebih segar masuk. Namun meski sudah dibaringkan dan dirawat, Ulan tetap tidak sadarkan diri.

Dokter menggeleng perlahan. “Dia… sepertinya tenggelam dalam pikirannya sendiri. kita hanya perlu menunggu dia bangun sendiri"

Kepala desa duduk di tepi ranjang pesakitan .Dia memandang wajah Ulan yang tenang namun basah oleh air mata. Ia menghela napas panjang.

“Dia kehilangan ayah angkat… satu-satunya keluarga saat dia mendengar kabar suaminya sudah berkorban… Ini terlalu banyak untuk seorang gadis yang baru 15 tahun.”

Seisi ruangan terdiam.

Beberapa orang mulai menangis pelan, dan yang lainnya hanya menunduk penuh sesal.

“Kenapa harus dia yang menanggung semua ini…”

“Dunia ini memang kadang kejam pada orang yang baik…”

Di balik jendela, matahari perlahan turun ke ufuk. Sinar jingganya menyelinap masuk, menyentuh wajah pucat Ulan yang terbaring diam,seolah waktu pun ikut berduka atas apa yang telah terjadi.

Sementara itu,Nenek Gu telah dibawa keluar dengan digiring oleh dua petugas, namun gema suaranya yang menangis dan meronta masih membekas di udara.

Dia meminta belas kasihan, tapi tidak satupun yang mau membantunya.

Nenek gu mulai menuai karma.

1
Andira Rahmawati
lanjut..kok up nya cuman satu sihh thorr..jadi makin penasaran kannn ku nya😊😊
lanjut thorrr terusss semangatt💪💪💪❤️
Imelda Imelda
Thor lanjut,yg bnyak up nya.....
Etty Rohaeti
lanjut
Imelda Imelda
Thor up yg banyak.......
Etty Rohaeti
terima kasih dan tetap semangat Thor
Cilel Cilel
lanjut thor dah mulai menarik
Andira Rahmawati
mantap ulan...
🪷Mrs.Mom05🪷
🌹🌹🌹🌹🌹
Fauziah Daud
trusemangattt
Cilel Cilel
lanjut thor dah mulai menarik
Andira Rahmawati
lanjut thor....makin seru ceritanya..
Cilel Cilel
lanjut thor dah mulai menarik
Fauziah Daud
syabas ulan.. trusemangattt
Rani Muthiawadi
kurang byk thor
Cilel Cilel
lanjut thor
Rani Muthiawadi
bagus bgt
Rani Muthiawadi
up lagi thor smangat
Cilel Cilel
harus kuat dan kuat
Cilel Cilel
lanjut thor dah mulai menarik
Andira Rahmawati
kok ulan mau aja sih di titipi tugas untuk yuxin....kalo perlu buat ulan jadi wanita kuat tdk gampang di bodohi lagi..thor..
tetap semangat..💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!