NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 30.

Author's Pov.

Perasaan berbeda dirasakan oleh Fany, hari ini Sean yang mengantar dirinya memeriksakan kandungan. Meski agak terasa aneh, tapi Fany tidak menghiraukan itu. Yang terpenting, hari ini adalah miliknya.

Mendengar Bayi mereka baik-baik saja, Sean merasa lega. Bahkan Sean suka menemani Fany pergi memeriksakan kandungannya. Ia merasa menjadi ayah yang paling bahagia bisa menemani Fany pergi ke dokter kandungan. Ia jadi menyesal kenapa selama ini membiarkan Fany pergi sendiri.

"Fan, periksa yang berikutnya, aku akan menemanimu lagi. Melihat dia baik-baik saja, aku merasa lega." Ucap Sean sambil mengusap perut besar Fany. Saat ini mereka tengah berada di dalam mobil, dalam perjalanan pulang setelah memeriksakan kandungan Fany.

"Kau sungguh ingin menemaniku lagi?" Tanya Fany.

"Tentu saja. Sangat menyenangkan bisa melihat dia baik-baik saja. " Jawab Sean.

"Kalau begitu, kau harus memutuskan sesuatu!" Ujar Fany membuat Sean sedikit berkeringat dingin. "Kau harus menentukan siapa namanya kelak." Lanjut Fany. Sean membuang nafas panjang. Ia pikir Fany akan menuntut dirinya untuk memilih antara Fany dan Arinka. Ternyata Fany hanya meminta hal kecil seperti itu.

"Ehm, kita kan belum tahu, anak kita laki-laki atau perempuan." Ucap Sean.

"Kamu rangkai saja dua nama. Laki-laki dan peremuan." Ujar Fany.

"Hm, baiklah." Jawab Sean akhirnya.

"Aku tidak sabar melihat dia lahir." Celoteh Fany sambil mengusap perutnya dengan lembut.

"Dia pasti akan jadi anak yang lucu dan menggemaskan." Komentar Sean.

"Tentu saja." Jawab Fany. Ia terdiam sejenak sebelum ia memanggil Sean lagi.

"Sean, bolehkan kau membelikan kami es krim? Sepertinya aku menginginkan Es krim saat ini. " Ujar Fany mengutarakan keinginannya.

"Baiklah. Kita beli es krim." Jawab Sean menyanggupi.

Hari ini, ia akan bersenang - senang. Melupakan apapun yang kini sedang mengganjal di pikirannya.

.......

"Hah, akhirnya sampai juga. Aku mengantuk sekarang." Ujar Fany sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur. Setelah seharian pergi bersama Sean, ia jadi merasa lebih baik.

"Kalau begitu, kamu tidur saja dulu! Aku akan memasak untuk makan malam kita." Ucap Sean.

"Sean, itu tugasku." Protes Fany.

"Tidak apa-apa. Aku bisa melakukannya kapan pun mulai sekarang." Jawab Sean. Sean mencium kening Fany singkat kemudian mengusap puncak kepala Fany seperti anak kecil. "Aku masak dulu." Lanjut Sean sambil pergi ke dapur.

"Aku tidak ingin hari ini hanya berlalu sampai disini. Aku ingin ini selamanya." Ucap Fany pada dirinya sendiri. Menikmati kebersamaan bersama Sean yang kini jadi lebih jarang, Fany akan menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya. Ia akan meyakinkan Sean bahwa dirinyalah yang harus ia pilih sebagai masa depannya.

.....

Pagi-pagi sekali, setelah menyiapkan sarapan, Sean terburu-buru pamit pada Fany akan pergi ke kantor. Padahal Fany masih berharap ia dan Sean memiliki waktu yang sama seperti kemarin. Tapi, Jika Sean sudah mengatakan bahwa ada urusan penting, Fany tidak bisa mencegahnya.

"Apa kau akan pulang saat makan siang nanti?" Tanya Fany melihat Sean yang tergesa-gesa memasukkan beberapa lembar kertas ke dalam tas kerjanya.

"Entahlah, mungkin tidak." Jawab Sean singkat. Ia mendekati Fany setelah memasukkan semuanya, dan mencium puncak kepala Fany. "Baiklah, aku berangkat dulu, kau baik - baiklah dirumah!" Lanjut Sean kemudian.

"Ya, hati-hati di jalan!" Ucap Fany yang di jawab dengan acungan jempol.

Fany menatap kepergian Sean dengan begitu tidak rela. Andai waktu bisa berputar kembali dan berhenti tepat dimana ia dan Sean kemarin hanya berduaan seharian, mungkin Fany tidak akan pernah merasa sebosan sekarang ini.

Sean sudah memasak sarapan untuknya. Tapi, pria itu justru tidak memakan apapun sebelum berangkat bekerja. Mungkin karena lupa karena terlalu Terburu-buru. Untuk itu, setelah sarapan Fany berinisiatif untuk mengantar sarapan Sean ke kantor. Sean tidak boleh melewatkan sarapannya meskipun itu hanya sepotong roti pun.

Fany cepat-cepat menghabiskan sarapannya dan memasukkan beberapa nasi dan lauk ke dalam kotak makan yang biasa Sean bawa. Kemudian ia pergi ke kantor Sean dengan menyewa taksi online langgananya.

Setengah jam kemudian, Fany sampai di kantor Sean. Ia turun dari taksi online dan berpesan pada sopir taksi untuk menunggunya. "Pak, tolong tunggu sebentar saja. Saya tidak lama." Ucap Fany.

"Baik nyonya." Jawab sopir taksi online itu.

Fany kemudian masuk ke dalam gedung tinggi itu dan langsung pergi ke ruangan Sean berada. Seperti biasa, saat Fany masuk ke dalam gedung itu, tatapan merendahkan banyak Fany tuai dari beberapa pegawai Sean yang mengenal dirinya. Tapi, Fany mengacuhkannya karena ia tidak ingin menambah beban pikirannya dengan memikirkan hal yang tidak penting semacam itu.

Belum sampai di depan ruangan Sean, Fany melihat Sean berjalan bersama Arinka yang menggandeng lengannya dengan mesra. Tentu saja Fany merasa marah sehingga ia menghampiri mereka dan menarik Arinka untuk memisahkannya dari Sean.

"Fany." Gumam Sean terkejut. Kemudian ia melihat Fany membawa kotak makan di tangannya. Membuat Sean mengerti kenapa Fany bisa datang ke kantornya lagi.

"Apa yang kau lakukan?" Protes Arinka pada Fany yang menatapnya garang.

"Apa kau benar-benar sudah tidak tahu malu? Kau baru saja bermesraan dengan suamiku." Ujar Fany.

"Fan, tolong tenang sedikit! Ini di kantor." Ucap Sean menengahi.

"Siapa yang peduli? Mereka hanya akan memakiku, bukan kalian." Jawab Fany kemudian mendorong Arinka sampai wanita itu terjatuh ke lantai dan mengaduh kesakitan.

"Fany." Tegur Sean. Pria itu hendak membantu Arinka berdiri tapi Fany lebih dulu menahannya dengan memegang tangan Sean.

"Biarkan saja dia! Jangan sentuh dia lagi!" Ucap Fany dengan nada pelan seperti biasanya.

"Kau mendorongnya sampai jatuh dan kesakitan. Bagaimana jika dia kenapa-kenapa? " Ujar Sean.

"Jadi, kau lebih peduli padanya?" Tanya Fany merasa kecewa dengan jawaban Sean yang sama sekali tidak membelanya.

"Sean. Kau sudah pernah berjanji padaku, kau tidak akan melupakannya begitu saja kan?" Arinka membuka suaranya sehingga Sean berhenti ditempatnya.

"Janji? Janji apa?" Fany bertanya karena merasa memang ada sesuatu yang disembunyikan oleh Sean sehingga pria itu tidak bergerak saat Arinka mengungkit kata janji.

"Sean berjanji, bahwa perasaannya tidak akan pernah berubah terhadapku. Jika memang ada wanita lain di dalam hidupnya sekarang, Sean akan meninggalkannya demi aku." Ucap Arinka.

"Apa itu benar, Sean?" Tanya Fany pada suaminya yang hanya berdiri mematung.

"Sean katakan saja! Ini adalah kesempatan yang bagus bagi kita. Kita sudah lama menantikan ini, bukan?" Arinka berdiri dan bergelayut di samping Sean.

"Fan, aku-"

"Cukup! Aku sudah mengerti." Ucap Fany memotong ucapan Sean kemudian pergi tanpa bisa Sean cegah.

"Fan."

"Sean. Biarkan saja dia pergi!" Ujar Arinka sambil menahan Sean agar tidak pergi mengejar Fany.

"Arinka, maaf. Tapi, aku tidak bisa membiarkannya pergi." Ucap Sean.

"Apa maksudmu?" Tanya Arinka.

"Lebih baik, kita berhenti saja! Aku tidak ingin kehilangan mereka." Jawab Sean akhirnya.

"Sean. Kau pasti bercanda kan?" Tanya Arinka agak kecewa dengan keputusan Sean. Perlahan ia melepaskan genggaman tangannya pada lengan Sean.

"Aku yakin sebagai wanita pasti kau tahu bagaimana perasaan Fany. Terlebih kau pernah hamil juga. Ini sangat berat bagi dia. Dan-" Ucap Sean menggantung.

"Kau sudah jatuh cinta padanya?" Tebak Arinka. Sean menganggukkan kepalanya pelan. "Sejak kapan?" Tanya Arinka lagi.

"Sejak pertama kali melihatnya." Jawab Sean. Arinka menundukkan kepalanya. Sean akan pergi tapi wanita itu kembali menghentikannya dengan menggenggam lengan Sean lagi.

"Lima menit lagi rapat. Tolong jangan pergi dulu!" Ucap Arinka. Sean ingat, bahwa rapat kali ini memang sangat penting, mungkin ia akan menemui Fany dan menjelaskan perasaannya segera setelah rapat selesai.

"Baiklah." Jawab Sean kembali ke dalam ruangannya meninggalkan Arinka yang masih tidak percaya bahwa Sean telah berpindah hati pada wanita yang kini menjadi istrinya.

Bersambung....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
Queisha Calandra: terimakasih....!❣️❣️❣️❣️
total 1 replies
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!