Elina adalah seorang pengacara muda handal. Di usianya yang terbilang masih muda, dia sudah berhasil menyelesaikan banyak kasus penting di karirnya yang baru seumur jagung.
Demi dedikasinya sebagai seorang pengacara yang membela kebenaran, tak jarang wanita itu menghadapi bahaya ketika menyingkap sebuah kasus.
Namun kehidupan percintaannya tidak berbanding lurus dengan karirnya. Wanita itu cukup sulit melabuhkan hati pada dua pria yang mendekatinya. Seorang Jaksa muda dan juga mentor sekaligus atasannya di kantor.
Siapakah yang menjadi pilihan hati Elina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sayur Tanpa Garam
Sesampainya di Dublin, Gerald langsung disibukkan dengan kasus sang Paman. Kasus yang ditanganinya cukup rumit dan belum tentu bisa diselesaikan dalam waktu cepat. Selama berada di Dublin, pria itu tinggal bersama Pamannya, Ronan. Saking sibuknya, pria itu sampai tidak sempat mengabari Elina. Perbedaan waktu antara Dublin dan Bandung membuat Gerald kesulitan mencari waktu untuk menghubungi wanita itu. Di saat dirinya memiliki waktu luang, dia tahu waktu itu digunakan Elina untuk beristirahat.
Sama seperti halnya Gerald, Elina pun tengah sibuk mengerjakan kasusnya. Kasus penipuan asuransi yang ditanganinya tidak terlalu sulit untuk dikerjakan. Lewat bantuan Fathir, wanita itu mendapatkan banyak informasi dan bukti untuk menutup kasus ini. Sekarang, Elina sedang bertemu dengan Wulan, istri dari Hendra, pria yang kehilangan kendaraan roda empatnya.
Wulan berasal dari keluarga berada. Suaminya, Hendra, awalnya hanyalah pegawai biasa. Namun karena kinerjanya baik, membuat orang tua Wulan bersedia menikahkan anaknya dengan pria itu. Wulan juga sangat mencintai suaminya. Pernikahan mereka sudah berjalan selama lima belas tahun dan sudah dikaruniai dua orang anak.
Mobil mewah yang dinyatakan hilang dan mendapatkan penggantian dari perusahaan asuransi tercatat atas nama Wulan. Begitu pula orang yang mengajukan polis asuransi adalah wanita itu sendiri. Mobil tersebut memang mobil yang biasa digunakan Wulan sehari-hari. Saat mobil tersebut hilang, Hendra yang membawa mobil tersebut karena mobilnya sedang berada di bengkel.
Wulan datang bersama dengan pengacaranya. Dia terkejut ketika perusahaan asuransi melayangkan somasi padanya atas penipuan asuransi. Kasus belum sampai di pengadilan, masing-masing pihak masih berunding untuk menyelesaikan persoalan. Sekarang mereka sedang berada di ruang meeting kantor D&G Law Firm. Wulan tidak datang berdua saja dengan pengacaranya, tapi ada juga Hendra yang mendampingi.
“Seperti yang saya katakan minggu kemarin, klien saya tidak melakukan kesalahan apapun. Mobil tersebut benar dicuri, tidak ada rekayasa. Klaim pun diajukan sesuai prosedur. Terbukti dengan cairnya dana klaim. Jadi saya rasa somasi ini tidak masuk akal,” ujar Yudi, pengacara Wulan.
“Klaim yang kilen anda ajukan memang sudah sesuai prosedur, tapi kehilangan kendaraan yang diasuransikan adalah rekayasa. Klien anda sudah menipu klien saya dengan mengatakan kalau itu adalah pencurian,” sambar Wulan.
“Apa bisa anda jelaskan kronologi pencurian tersebut?”
Wulan melihat pada suaminya karena ketika pencurian terjadi, Hendra yang sedang membawa mobilnya. Beberapa kali Hendra berdehem untuk membersihkan tenggorokannya. Tak lama kemudian, dia mulai menceritakan apa yang terjadi hari itu.
“Saya sedang menghadiri seminar di salah satu hotel. Selama dua jam saya menghadiri seminar. Ketika selesai dan hendak kembali, saya tidak menemukan mobil saya.”
“Di mana Bapak memarkirkan mobil Bapak?”
“Di area parkir yang ada di dekat hotel.”
“Kenapa Bapak tidak parkir di hotel? Kenapa harus parkir di luar?”
“Waktu seminar sudah mepet dan saya tidak mau menghabiskan waktu untuk mencari parkiran. Sudah pasti parkiran akan penuh dan saya akan diarahkan ke basement 1 atau 2. Jadi saya memutuskan parkir di luar. Jaraknya tidak jauh dari hotel. Menurut saya itu lebih praktis.”
“Kenapa anda memarkir kendaraan di tempat yang tidak terdapat cctv?”
“Mana saya sempat mencari tahu kalau parkiran tersebut tidak terdapat cctv. Tapi itu lokasinya terbuka dan banyak dilalui banyak orang. Saya berpikir kalau memarkir di sana pasti aman.”
“Tapi kenyataannya tidak.”
“Ya.”
“Apa yang anda lakukan ketika mengetahui mobil anda hilang?”
“Apalagi? Ya saya langsung melapor. Saya juga bertanya pada tukang parkir di sana.”
“Apa yang dikatakan olehnya?”
“Karena hari itu banyak mobil yang terparkir, jadi mereka tidak memperhatikan satu per satu. Saya juga melaporkannya pada polisi. Di dekat tempat saya memarkir mobil, terdapat pecahan kaca yang berasal dari mobil saya.”
“Sekitar sepuluh hari yang lalu, Pak Yongki melihat mobil milik Bapak. Dikendarai oleh seorang perempuan. Namun sayang, dia kehilangan jejaknya. Saya langsung melakukan penyelidikan dan berhasil mendapatkan gambar perempuan itu.”
Elina mengeluarkan selembar foto seorang wanita. Berdasarkan informasi yang didapat dari Yongki, Fathir langsung melakukan penyelidikan. Setelah menelusuri cctv area yang disebutkan Yongki, akhirnya pria itu mendapatkan hasil. Lebih dulu Elina memperlihatkan foto tersebut pada Yongki.
“Apa ini perempuan yang Bapak lihat?”
“Iya.”
“Apa Bapak mengenal perempuan ini?”
Elina memperlihatkan foto di tangannya pada Hendra. Wanita itu terus memperhatikan ekspresi Hendra ketika melihat foto tersebut. keterkejutan nampak di wajah Hendra, namun pria itu buru-buru mengubah ekspresinya.
“Saya tidak mengenalnya. Tapi apa Bapak yakin kalau mobil itu milik saya? Bisa jadi itu mobil yang berbeda, hanya merk, jenis dan warnanya saja yang sama.”
“Ini mobil Ibu Wulan?”
Elina menunjukkan foto mobil yang berhasil didapat oleh Fathir. Sekilas Wulan melihat kalau mobil tersebut memang miliknya, namun kemudian dia menggeleng ketika melihat plat nomor yang berbeda.
“Ini bukan mobil saya.”
“Ibu yakin?”
“Tentu saja. Plat nomornya berbeda.”
“Saya juga sudah memeriksanya. Ternyata plat mobil tersebut palsu. Pemilik yang baru mengganti plat nomor dengan yang lain. Plat nomor yang terdaftar berasal dari mobil lain. Dan saat ini mobil beserta perempuan yang membawa mobil tersebut sudah berhasil kami tangkap. Tapi yang mengejutkan, wanita itu bilang kalau Pak Hendra yang memintanya mengambil mobil tersebut.”
“Bohong.. itu bohong.”
Wajah Hendra terlihat panik. Wulan sontak melihat pada suaminya. Dia masih belum percaya dengan apa yang dikatakan suaminya. Selama pernikahan, Hendra tidak pernah melakukan hal yang mengecewakannya. Hendra selalu menjadi suami dan ayah yang baik.
Karena Hendra tak kunjung mengaku, Elina memperlihatkan rekaman video. Rekaman tersebut diambilnya dari salah satu mobil yang terparkir di seberang parkiran di mana mobil Wulan berada. Dalam rekaman tersebut terlihat seorang wanita mendekati mobil. Dia membuka pintu mobil menggunkan kunci. Setelah pintu terbuka, dia melihat ke kanan dan kiri. Saat yakin tidak ada orang di sekitarnya, dia memecahkan kaca jendela menggunakan batu. Setelahnya dia segera pergi membawa mobil tersebut.
“Dari rekaman ini nampak jelas bagaimana perempuan itu membuat kejadian tersebut seperti pencurian. Pertanyaannya, dari mana perempuan itu mendapatkan kunci mobil?”
Suasana menjadi hening. Wulan terus memandangi suaminya, meminta penjelasan lebih dari Hendra. Tak tahan terus berada di situasi yang menekannya, akhirnya Hendra berkata jujur. Dia melihat pada istrinya.
“Maafkan aku. Aku memang merekayasa pencurian itu,” dengan suara pelan Hendra mengakui perbuatannya.
“Tapi kenapa, Mas?”
“Aku khilaf. Aku melakukan kesalahan dan aku diancam oleh perempuan itu. Kalau aku tidak memberinya mobil itu, dia akan membeberkan kesalahan ku padamu. Maafkan aku.”
“Memangnya apa kesalahan, Mas?”
Masih belum ada jawaban dari Hendra. Pria itu melihat pada Elina dan Yongki bergantian. Elina mengajak Yongki dan petugas pengadilan untuk keluar dari ruang meeting. Memberikan waktu berdua pada pasangan suami istri tersebut.
Dari balik dinding kaca, Elina bisa melihat bagaimana wajah Wulan menunjukkan kekecewaan. Hendra sampai berjongkok di depan wanita itu sambil memegangi tangan istrinya. mata pria itu juga nampak berkaca-kaca. Terlihat begitu menyesal dengan kesalahan yang dibuatnya. Yongki yang penasaran bertanya pada Elina.
“Sebenarnya ada masalah apa?”
“Bapak sudah menikah?”
“Sudah.”
“Apa Bapak tidak bisa menebak, masalah apa yang terjadi di antara mereka?”
“Jangan bilang kalau perempuan yang membawa mobil Ibu Wulan adalah selingkuhan suaminya.”
“Jawaban Bapak hampir mendekati kebenaran.”
“Maksudnya?”
“Pak Hendra memang pernah melakukan hubungan badan. Itu terjadi sekitar tiga bulan yang lalu. Saat itu Pak Hendra sedang ada tugas keluar kota. Dia dijebak oleh perempuan itu. Minumannya diberi obat per*ngsang, mereka ke kamar dan melakukan hubungan badan. Pak Hendra diancam, kalau tidak mau memberi sejumlah uang, maka apa yang mereka lakukan akan dibocorkan pada istrinya. Kalau Pak Hendra harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar, maka istrinya akan curiga. Makanya dia mengubah tawaran, memberikan mobil mewah istrinya sebagai uang tutup mulut. Inilah yang membuat dia merencanakan penipuan asuransi.”
“Ibu tahu dari mana?”
“Tentu saja perempuan itu sudah mengakui semua perbuatannya. Saya sudah menyerahkannya ke polisi. Sekarang dia berada dalam tahanan Polrestabes.”
“Saya tidak ada urusan dengan perempuan itu. Saya hanya mau uang klaim dikembalikan.”
“Tenang saja, itu akan terjadi. kasus ini tidak ada hubungannya dengan kasus pemerasan. Kasus itu menjadi pemicu adanya kasus penipuan asuransi. Orang yang berhak menuntut perempuan itu adalah Ibu Wulan. Karena dia yang paling dirugikan dalam hal ini.”
Kepala Yongki hanya mengangguk saja. Pandangannya kembali tertuju ke dalam ruangan. Nampak Hendar dan Wulan sudah selesai berbicara. Elina mengajak Yongki dan petugas pengadilan kembali masuk ke dalam ruangan. Kepala Hendra tertunduk ketika ketiganya memasuki ruangan. Wajah Wulan menunjukkan jejak bekas tangisan. Wanita itu menarik nafas panjang beberapa kali sebelum mengatakan keputusannya.
“Saya akan mengembalikan uang klaim asuransi. Tapi saya mohon, suami saya jangan dipidanakan. Dia melakukan itu karena terpaksa.”
“Kalau anda mau mengembalikan semua uang klaim, saya tidak akan membawa kasus ini ke pengadilan,” tegas Yongki.
Wulan menyanggupi melakukan permintaan Yongki. Wanita itu segera menanda tangani kesepakatan yang sudah dibuat oleh Elina. Dalam waktu 2x24 jam dia akan mengembalikan uang klaim asuransi. Selesai dengan urusannya, Yongki segera meninggalkan tempat tersebut. Begitu pula dengan petugas pengadilan. Kini hanya tinggal Elina bersama dengan Hendra dan Wulan.
“Perempuan itu sudah ditahan di kantor Polrestabes. Apa Ibu mau menuntutnya?” tanya Elina.
“Tentu saja. Dia sudah mengusik rumah tangga saya. Tidak akan saya biarkan dia lolos begitu saja,” mata Wulan nampak berkilat ketika mengatakan itu.
“Kalau begitu Ibu bisa datang ke kantor Polretabes. Ibu bisa menemui Aditya, dia bertugas di tim satu Jatanras, dia yang menangani kasus perempuan ini. Saat ini Pak Aditya tengah mengumpulkan korban serupa perempuan itu. Nantinya kalian akan bisa mengajukan tuntutan bersama.”
“Baik. Terima kasih Bu Elina.”
Wulan berdiri kemudian menyalami Elina disusul oleh Hendra. Keduanya segera meninggalkan ruang meeting tersebut. Elina segera membereskan berkas yang dibawanya lalu kembali ke ruangannya. Tak lama kemudian, wanita itu keluar lagi. Dia langsung menuju lift yang akan membawanya ke lantai empat.
Sesampainya di lantai empat, Elina menuju ruangan Gerald. Ruangan pria itu masih kosong. Hanya ada Olla di mejanya. Wanita itu mendekati Olla yang tengah serius mengurus pekerjaannya. Sadar ada yang mendekatinya, dia mengangkat kepalanya.
“Hai El..” sapanya.
“Hai.. Bang Ge masih belum kembali?”
“Belum.”
“Apa kamu tahu dia ada di mana? Maksudku apa dia masih mengerjakan kasus yang ada di Jakarta?”
Belum sempat Olla menjawab pertanyaan Elina, Damian lebih dulu sampai ke dekat mereka. Pria itu meminta Elina ke ruangannya. Dengan cepat wanita itu mengikuti Damian.
“Kamu mencari Ge?” tanya Damian to the point.
“Iya. Ini sudah dua minggu Bang Ge tidak kembali ke kantor. Apa pekerjaannya masih lama di Jakarta?”
“Dia sekarang sedang berada di Dublin.”
“Dublin?”
“Iya. Dia diminta menangani kasus Pamannya di sana. Apa Ge belum menghubungimu?”
“Belum.”
Dapat Damian lihat kekecewaan di wajah Elina. Wajahnya terlihat mendung. Pria itu menyandarkankan bokongnya ke meja. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya, sementara matanya terus memandangi Elina.
“Bagaimana kasus yang kuberikan?”
“Sudah selesai. Apa aku akan mendapat kasus baru?”
“Untuk sementara kamu membantu Vito saja. Kalau ada tugas baru, saya akan memberikannya padamu.”
“Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi.”
Damian hanya menganggukkan kepalanya saja. dengan langkah lesu, Elina keluar dari ruangan Damian. Sudah dua minggu Gerald tidak menghubunginya. Biasanya Gerald tak pernah absen memberi kabar padanya kalau pria itu mendapat tugas keluar kota. Terdengar helaan nafas beratnya, hubungannya dengan Gerald sekarang seperti berjarak. Gerald seolah enggan berhubungan lagi dengannya. Elina seketika menjadi takut, takut akan kehilangan sosok Gerald. Sosok yang selalu membantunya dan membuatnya nyaman. Tanpa sadar, Gerald sudah membuatnya bergantung pada pria itu. Tanpa Gerald di sisinya, Elina seperti sayur tanpa garam.
Setelah Elina pergi, Damian mengambil ponselnya lalu menghubungi Gerald. Butuh waktu beberapa saat sebelum rekannya itu menjawab panggilannya.
"Halo," terdengar suara Gerald dari seberang.
"Bagaimana perkembangan kasusnya?"
"Sepertinya tidak bisa selesai dalam waktu dekat. Masalahnya cukup rumit juga."
"Apa perlu kukirim Elina ke sana untuk membantumu?"
Terdengar kekehan Gerald atas lelucon yang dilemparkan Damian. Sampai hari ini, dia masih belum menghubungi Elina.
"Kenapa kamu belum menghubungi Elina? Apa kamu sengaja menghindarinya?"
"Tidak. Aku benar-benar sedang sibuk. Kalau aku menghubunginya, tidak cukup waktu hanya lima atau sepuluh menit saja."
"Hubungi saja dia. Tidak apa walau cuma sebentar, yang penting dia sudah mendengar kabar darimu. Kasihan dia, hampir setiap hari dia mengunjungi ruangan mu."
"Baiklah. Aku tutup dulu."
Panggilan di antara mereka segera berakhir. Setelah Damian menghubungi, Gerald memutuskan menghubungi Elina. Rasanya tak enak juga tidak memberi kabar pada wanita itu. Dia juga takut kalau Elina menyangka dirinya menghindar.
Sementara itu, Elina tengah duduk melamun di ruangannya. Dia masih enggan menemui Vito. Setelah menyelesaikan kasusnya, wanita itu ingin bersantai sejenak. Pikirannya terus tertuju pada Gerald. Seperti ada yang hilang saat pria itu pergi. Lamunan Elina buyar ketika mendengar suara getaran ponselnya. Wajahnya yang semula mendung langsung cerah ceria ketika melihat nama Gerald di layar ponsel. Dengan cepat wanita itu menjawab panggilan.
"Assalamualaikum, Bang Ge.."
***
Besok aku libur🤗
Belum tercerahkan akan rasa hatinya🫣🫣🫣
Untuk menebus kesalahannya terhadap Elina, Zahran di suruh menjauhi Jihan kaget kan....
Tenang tenang Elinna sebenarnya Ge sudah bucin sama kamu, cuma dia ingin memastikan lebih lagi
dan aku yakin Zahran tak akan sanggup untuk memenuhinya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍