Caca Cantika berniat membalas dendam pada Julie Abraham yang telah mengkhianati kakaknya Baim sampai sang kakak meninggal karena gantung diri.
Tak rela Julie berbahagia di atas penderitaan keluarganya, Caca pun berniat merebut suami Julie, Azhar Malik.
Berbagai cara Caca lakukan demi membalas dendamnya, namun sayangnya Caca malah benar-benar jatuh hati dengan Azhar. Bagaimana kelanjutan kisah Caca?
Dukung karya ini dengan add favorit, like, komen dan ⭐⭐⭐⭐⭐
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sama-sama Berbohong
Azhar tersenyum sinis, "Tidak salah? Bukannya kamu yang selama ini berselingkuh di belakangku? Sudahlah, minggir! Kepalaku pusing! Aku butuh ketenangan!"
Azhar masih hendak pergi, namun Julie pun tak mau kalah. "Kalau kamu pergi, aku akan bunuh diri!" ancam Julie.
Azhar mengepal tangannya dengan kesal. Buku jarinya memutih, rasanya ia ingin meninju sesuatu. Lagi-lagi ancaman dan terus ancaman Julie lakukan demi memaksanya menuruti keinginan Julie.
Azhar membuang nafas kasar. "Aku mau pergi kerja! Kamu mau, perusahaan Papi aku dipegang oleh Mommy dan manajemen? Bukankah kamu yang begitu ambisius menyuruh aku segera memegang perusahaan begitu Papi meninggal?!"
Julie pun bimbang. Memang ia yang menginginkan Azhar segera memimpin perusahaan sebelum mertua menyebalkannya yang mengambil alih.
"Oke, aku akan ijinkan kamu bekerja. Sebelumnya, aku mau kita bicara tentang masalah kita." Julie lalu menarik tangan Azhar kembali ke dalam kamar, tak mau seisi rumahnya tahu apa permasalahan dirinya.
Azhar pun menurut. Masih ada waktu sebelum ia berangkat ke kantor. Ia pun masuk ke kamar dan memperhatikan raut istrinya. Julie terlihat memikirkan apa yang akan ia katakan. "Aku akan jujur dan menceritakan semuanya. Baim adalah... cowok gila yang menyukaiku!"
Azhar mengernyitkan keningnya. "Fans kamu? Oh ya?!" Azhar kembali tersenyum sinis. Merasa Julie menganggapnya seperti anak kecil bodoh yang semudah itu bisa dibohongi.
"Aku mengenal Baim saat kita putus dulu. Mm... Aku hanya tau namanya Ibrahim, bukan Baim. Baim itu... lelaki culun yang tak pernah berpacaran sama sekali. Cupu. Penampilannya norak. Yang pasti bukan type aku. Kamu tau kan bagaimana type aku? Mana mungkin aku suka sama cowok seperti itu?!" karang Julie.
"Kami kebetulan kenal saat bekerja bersama. Salahku karena berbuat baik padanya. Kebaikan aku membuatnya berpikir kalau aku menaruh hati padanya, nyatanya enggak! Aku lagi patah hati setelah kita putus. Enggak bisa semudah itu aku move on! Kamu tahu bagaimana cintanya aku sama kamu bukan?!"
Azhar memutuskan duduk di tepi tempat tidurnya. Mendengarkan Julie mengarang cerita tanpa menginterupsi sama sekali.
"Baim lalu mulai mendekatiku. Aku menolaknya. Aku bahkan bersikap judes sama dia, tapi dia terus mendekatiku. Baim bilang, aku adalah wanita idamannya. Aku cinta sejatinya. Baim bahkan mendeklarasikan pada semua orang kalau kami berpacaran,"
"Aku pikir dengan aku menyuekkinya akan membuat ia sadar kalau aku tak menyukainya. Nyatanya tidak. Dia malah semakin ambisius. Bahkan tak terima saat kita menikah! Apa yang dia lakukan kemarin adalah salah satu bentuk ambisinya terhadapku! Baim tuh gila! He's sick! Psyco!" Julie lalu berlutut di bawah dan menggenggam tangan Azhar. "Kamu jangan pernah percaya pada orang gila itu! Please... Aku hanya cinta sama kamu! Hanya kamu yang aku miliki di dunia ini! Jangan pernah ragukan cintaku!"
Julie pun mulai menangis. Azhar pun luluh. Setiap tangisan Julie selalu mengiris hatinya. Membuat perasaan bersalah selalu menelusup ke dalam relung hatinya. Menjadikannya manusia paling kejam jika terus membiarkan Julie menangis.
"Maafkan aku, Sayang! Maaf! Aku sudah menyembunyikan semua ini sama kamu. Namun tak ada sedikit pun niat dalam diriku untuk membohongi kamu! Kamu percaya sama aku 'kan?!"
Azhar kembali menghembuskan nafas dalam. Jujur saja hatinya meragu akan kejujuran Julie. Namun kalau tidak begini, mau sampai kapan ia terus bertengkar dengan Julie dan membuatnya pusing sendiri?!
"Iya. Aku percaya sama kamu!" Azhar pun mengetes kejujuran Julie. "Mau aku hubungi pengacaraku untuk melaporkan Baim ke polisi?!"
Julie tersentak kaget. Ia tentu tak mau Azhar bertemu langsung dengan Baim. "Jangan! Aku tak mau masalah ini semakin melebar kemana-mana. Biar aku saja nanti yang memarahi Baim. Bagi aku, kepercayaan kamu adalah yang utama!"
Julie tak menyadari kalau jawabannya malah membuat Azhar makin tak mempercayainya. Namun Azhar menahannya. Toh dirinya tak lebih baik dari Julie. Pernikahannya dengan Caca juga sama saja dengan berselingkuh meskipun niatnya bertanggung jawab.
"Yaudah kalau kamu tak mau. Aku tak akan memaksa. Nanti kalau ada buket bunga dan karangan cokelat dari Baim lagi akan aku suruh security menolaknya." ujar Azhar menenangkan Julie.
"Lalu bekas lipstik siapa di kemeja kamu?!" Julie rupanya tak melupakan bekas lipstik yang sejak tadi ia curigai. "Aku sudah jujur sama kamu, berarti kamu juga harus jujur sama aku!"
"Tentu. Itu kerjaan Caca. Anak itu aku suruh ambilkan kemeja ganti karena kemeja aku keringetan sehabis meeting. Kamu tahu 'kan aku enggak suka kemeja yang bau? Anak itu ceroboh dan hampir kepeleset. Jadilah lipstiknya kena kemeja aku." karang Azhar dengan lancar.
"Benarkah?" Julie mengerutkan keningnya, mencari tahu kebenaran dari perkataan Azhar.
"Tanya Caca saja kalau tidak percaya! Anak polos itu pasti akan menjawab jujur!" jawab Azhar santai.
Julie membuang nafas kasar. "Malas. Aku kok enggak suka ya sama dia? Nyebelin gitu orangnya! Kamu enggak bisa ganti sekretaris baru saja?!"
"Nyebelin bagaimana? Caca itu anaknya asyik, pintar, rajin dan sering membantu aku menyiapkan bahan meeting. Ide-ide yang ia punya bahkan membuat rekan bisnis aku memuji kehebatannya." puji Azhar. Kali ini ia berkata jujur. Caca memang sekretaris multitalent.
Julie memanyunkan bibirnya. "Kok aku mendengar kamu terlalu banyak memujinya ya? Aku bisa cemburu loh!"
Azhar tersenyum. "Caca bukan saingan kamu! Aku pergi dulu ya! Hari ini aku pulang malam, atau mungkin aku nginep di hotel. Banyak meeting dan aku lagi mengerjakan proyek bisnis besar."
"Enggak pulang lagi?!" raut wajah Julie kembali menampilkan kekecewaan.
Azhar mengangkat kedua bahunya. "Mau bagaimana lagi? Aku pemimpin perusahaan sekarang. Waktuku tak lagi seperti dulu!"
"Baiklah! Mau aku bawakan makan siang?" Julie mencari alasan agar bisa menemui Azhar.
"Tak perlu. Justru meeting aku saat makan siang. Kamu pergilah yoga atau fitness. Aku pergi dulu ya!" Azhar pun meninggalkan Julie yang mengantarnya sampai depan pintu.
Azhar baru bisa bernafas lega setelah mobil yang dikendarainya meninggalkan rumah. "Huft... Rumah ini tak lagi menjadi rumah yang nyaman buatku. Kenapa aku malah lebih nyaman di apartemen Caca ya? Apa aku mulai lebih condong pada Caca dibanding Julie?" gumam Azhar.
Azhar menggelengkan kepalanya. "Tak mungkin! Tak mungkin cintaku terhadap Julie yang sudah bertahun-tahun lamanya hilang sekejap hanya karena seorang Caca Cantika?! Pasti ini karena rasa nyaman saja. Aku masih dan sangat mencintai Julie. Meski... Aku tahu ia tadi berbohong!" Azhar pun merasa sedih.
"Sudahlah! Anggap saja Caca sebagai pelipur laraku. Hari ini aku akan lanjutkan apa yang terjadi semalam. Meskipun saat aku mabuk, aku sudah melakukan yang lebih dari itu tetap saja aku mau mengulanginya lagi. Siapa tahu aku jadi ingat kejadian malam itu?!" Azhar pun tersenyum. Membayangkan Caca saja sudah membuat hatinya menghangat. Ia pun bersenandung ringan.
"Senangnya dalam hati...Kalau beristri dua... Oh seperti dunia... Ana yang punya...."
****
daripada panjang bertele tele
juli boleh la😊
yg di dukung😅