Masa depan yang bahagia telah tiada, Yuki dengan alat sihir yang diberikan oleh ayahnya kembali ke masa lalu untuk memperbaiki masa depan yang rusak.
Yuki terlempar ke tahun 2099 dimana dia dijual sebagai seorang budak dan dibeli oleh wanita dari keluarga bangsawan bernama Theresa Clorish dan diangkat menjadi penjaga keluarga Clorish.
Selain menjadi penjaga keluarga Clorish, Yuki juga harus menghentikan sesuatu yang akan menghancurkan masa depan dengan kekuatan mutan miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aidiel Batagor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Keluarga
Keesokan harinya Yuki kembali untuk menjalani eksperimen tidak manusiawi itu lagi. Sekarang mereka mencoba untukmelakukan eksperimen diluar akal sehat manusia.
"Kita akan menciptakan sebuah karya yang melampaui batasan manusia." Ucap salah satu dokter.
"Batasan apa?." Tanya dokter lain.
"Tentu saja keabadian, kita hanya perlu menyempurnakan anak ini sedikit lagi supaya tujuan kita tercapai." Jawab dokter itu.
Yuki hanya bisa mendengar rencana para dokter itu dengan keadaan terbaring lemah. Seumur hidupnya dia menghabiskan waktunya terpenjara di laboratorium tidak manusiawi ini sebagai bahan percobaan yang akan dijadikan sebuah senjata untuk berperang.
Jika suatu saat dia berhasil pergi dari tempat ini, hal pertama yang ingin dilihat olehnya adalah salju, sebuah fenomena yang ingin dilihatnya secara langsung karena selama ini dia hanya mendengar dari orang-orang di laboratorium jika salju sangat menggangu pekerjaan mereka.
"Hai Yuki, kamu baik-baik saja?." Tanya dokter wanita itu menghampiri Yuki.
"Dokter, aku ingin.... melihat salju." Ucap Yuki dengan nada pelan.
Dokter itu hanya tersenyum dan mengelus kepala Yuki untuk menenangkannya sambil mengatakan jika nanti mereka akan melihat salju bersama. Mendengar hal itupun membuat Yuki senang dan memegang erat tangan sang dokter.
Dokter lain meminta dokter wanita itu untuk menjauh dari Yuki karena mereka akan kembali melakukan percobaan padanya.
"Dokter tidak aku tidak mau." Minta Yuki dengan wajah sedih.
"Tenang saja, setelah ini kamu akan mendapatkan hasil yang sepadan." Ucap dokter itu.
Mereka kembali menyuntik Yuki dengan berbagai macam jenis jarum suntik ke seluruh tubuhnya. Yuki berteriak kesakitan dan dokter wanita itu merasa tidak tega melihat Yuki menderita seperti itu dan dia memilih untuk tidak melihat prosesnya.
Setelah beberapa menit melakukan eksperimen, para dokter hendak menguji apakah eksperimen keabadian mereka pada Yuki berhasil. Namun disaat mereka akan melakukan pengujian tersebut, salah satu mutan wanita dengan kode nama X mengamuk dan menyebabkan kekacauan.
Mutan itu menghancurkan beberapa fasilitas di lab tersebut dan membunuh beberapa dokter yang bekerja. Para dokter segera mengevakuasi Yuki ke tempat yang aman, sementara beberapa dokter lain berusaha menenangkan mutan tersebut.
"Tenangkan dirimu, tenangkan dirimu." Ucap salah satu dokter mencoba untuk menenangkannya.
Namun mutan tersebut tidak peduli dan malah menyerang dokter itu hingga tewas. Dokter lain pun berusaha untuk melarikan diri darinya karena mutan itu adalah mutan tingkat tinggi karena hasil dari eksperimen seorang penyihir murni yang diberikan serum super dan merubahnya menjadi seorang penyihir mutan.
Yuki yang digendong oleh dokter wanita itupun memeluk erat sang dokter yang sedang berlari melarikan diri karena kekacauan yang terjadi.
"Dokter aku takut." Ucap Yuki sambil memeluk dokter itu dengan gemetar.
"Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja." Ucap sang dokter menenangkan Yuki.
Disaat mereka akan kabur melewati pintu darurat, mutan tersebut menutup akses ke pintu tersebut dengan menjatuhkan berbagai macam benda dengan sihirnya.
Karena tidak ada cara lain mereka pun berlari ke arah yang berbeda, namun mutan itu tetap mengejar mereka tanpa henti. Dia terus menghancurkan apa yang menghalanginya untuk bisa mendapatkan apa yang dia mau.
Dokter itu membawa Yuki ke atap gedung laboratorium, mereka berada di tempat yang sangat tinggi jauh dari permukaan tanah. Mereka berdua terpojok karena sang mutan telah menutup semua jalan mereka untuk kabur.
"Mundur! Kau boleh membunuhku tapi jangan bunuh anak ini!." Teriak sang dokter.
Mutan itu tidak menanggapi ucapan sang dokter, dia justru bersiap untuk menyerang dan membunuh mereka berdua. Dokter itu terlihat sangat panik saat melihat mutan itu berjalan ke arah mereka.
Saat mutan itu ingin melayangkan sihirnya, Yuki melepaskan dirinya dari pelukan sang dokter dan menggunakan tubuhnya sebagai tameng agar sang dokter tidak terluka oleh serangan mutan itu.
Sang dokter yang melihat hal itupun syok mendapati sihir mutan tersebut menghancurkan badan Yuki.
"Yuki!!!." Teriak sang dokter menghampiri tubuh Yuki yang telah hancur.
Mutan tersebut menghampiri dokter itu dan bersiap untuk membunuh sang dokter, namun mutan itu menyadari ada satu hal yang berbeda dari dokter tersebut, yaitu dia tidak pergi untuk menyelamatkan dirinya dan memilih untuk diam sambil memeluk tubuh Yuki.
"Kenapa kau tidak lari menyelamatkan dirimu?." Tanya mutan itu.
"Alasanku untuk hidup sudah tiada, anak inilah satu-satunya alasanku untuk tetap hidup. Tanpa dirinya hidupku tidak berarti apa-apa." Jawab dokter itu sambil mengeluarkan air mata.
"Begitu ya, maka aku akan membantumu untuk menemui bocah ini." Ucap sang mutan.
Dokter itu hanya tersenyum mendengar hal itu dan pasrah untuk dibunuh oleh mutan tersebut. Gelombang sihir yang terkumpul ditangan mutan itupun ditembakkan tepat pada kepala dokter tersebut.
Kepalanya hancur seketika karena kekuatan sihir mutan tersebut. Mutan itu kemudian pergi dan berniat untuk menghancurkan seluruh laboratorium bersama dengan orang yang ada di dalamnya.
Sesaat setelah mutan itu pergi, perlahan tubuh Yuki mulai meregenerasi dan membuat Yuki kembali mendapatkan kesadarannya. Dia kebingungan dengan apa yang dialaminya, padahal tadi dia telah dihancurkan oleh mutan tersebut dengan kekuatan sihir miliknya.
Yuki menoleh ke arah orang yang memeluk tubuhnya dan membuatnya terkejut lalu perlahan menangis. Dokter yang dia anggap sebagai ibunya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Yuki tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan menangis sejadi-jadinya seperti seorang anak yang mainannya direbut oleh anak lain.
"Kenapa? Kenapa dokter meninggalkanku?." Ucap Yuki sambil menangis tak karuan.
Selama ini dokter itulah yang membuat hidup Yuki menjadi sedikit lebih baik dan bahagia. Orang yang sangat penting baginya karena telah membantunya untuk bertahan dari seluruh penderitaan yang dia alami selama ini.
Karena tidak tahan lagi, Yuki berteriak kencang dan berlari ke pinggir gedung tersebut untuk mengakhiri hidupnya. Dia melihat ke bawah dengan keraguan di dalam hatinya namun karena sudah tidak tahan dengan apa yang terjadi Yuki melompat dari gedung lantai 4 dan jatuh menghantam tanah.
Tubuhnya yang hancur beserta dengan tulangnya yang keluar dari tubuhnya berserakan di trotoar. Tidak ada satupun orang yang menyaksikan kejadian yang mengerikan itu, namun ini semua belum berakhir.
Tubuh Yuki kembali meregenerasi seperti sebelumnya dan kembali mendapatkan kesadarannya. Yuki benar-benar kebingungan dengan apa yang terjadi pada dirinya dan beranjak pergi dari tempat itu dengan penuh darah.
"Kenapa? Ada apa denganku?." Tanya Yuki kebingungan.
Dia berlari ke daerah padat penduduk dan orang-orang yang melihat Yuki penuh dengan darah merasa iba dengan apa yang menimpa dirinya.
Beberapa orang menawarkan bantuannya untuk membantu Yuki, tetapi Yuki tidak menghiraukannya sama sekali dan terus berlari menyusuri kota.
Setelah sampai di daerah pinggiran kota, Yuki jatuh pingsan didepan sebuah halaman rumah seseorang. Seorang wanita pemilik rumah yang melihat itupun terlihat iba dengan kondisi Yuki dan membawanya masuk ke rumahnya.
Setelah pingsan dalam waktu yang cukup lama, Yuki terbangun dan mendapati dirinya berada di sebuah kamar dan tertidur di atas kasur.
Tak berselang lama pemilik rumah tadi muncul bersama seorang pria dan memeriksa keadaan Yuki. Mereka terlihat kebingungan karena luka yang dialami Yuki sembuh seketika.
"Nak apa kau baik-baik saja?." Tanya pria itu.
Yuki hanya mengangguk kecil mendengar pertanyaan pria itu, sementara mereka berdua benar-benar sangat kebingungan bagaimana luka parah yang dialami oleh Yuki bisa sembuh secepat itu.
"Aku melihatmu berjalan sempoyongan didepan rumahku dan kamu jatuh pingsan, jadi aku membawamu masuk kedalam dan merawat luka-lukamu, tetapi sekarang lukamu itu menghilang entah kemana." Ucap wanita itu.
Yuki tidak ingin menjawab pertanyaan wanita itu dan lebih memilih untuk diam. Karena tahu Yuki mungkin mengalami sebuah trauma, jadi wanita itupun memeluk Yuki dengan erat dan membuat Yuki sedikit terkejut.
"Siapa namamu?." Tanya wanita itu.
"Namaku....Yuki." jawab Yuki dengan pelan.
"Yuki ya...nama yang bagus, dari dulu kami selalu ingin memiliki seorang anak, iyakan sayang?." Tanya wanita itu pada pria yang ternyata suaminya.
Pria itu mengangguk dan mendekat ke arah Yuki lalu mengelus kepala Yuki untuk menenangkannya. Yuki merasakan sebuah perasaan yang sama seperti dengan dokter yang sangat menyayanginya sewaktu di laboratorium.
"Bagaimana Yuki? Apa kamu ingin menjadi bagian dari keluarga kami?." Tanya wanita itu.
Mendengar hal itu, Yuki merasa sangat bahagia lalu menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju dan membalas pelukan wanita itu. Perasaan bahagia memenuhi seisi ruangan itu, perasaan antara sedih dan bahagia bercampur aduk menjadi satu.
Yuki berhasil mendapatkan mimpi nya yaitu memiliki sebuah keluarga, dan pasangan kekasih itu juga berhasil mendapatkan mimpinya yaitu memiliki seorang anak, kini sebuah keluarga yang sangat bahagia telah hadir di hidup mereka.