Di dunia dark web, satu nama ditakuti: LOOTER. Tak ada yang tahu identitas aslinya, hanya bahwa ia adalah algojo bayaran dengan keterampilan militer luar biasa. la bisa menyusup, membunuh, dan menghilang tanpa jejak. Kontraknya datang dari kriminal, organisasi bayangan, bahkan pemerintah yang ingin bertindak di luar hukum.
Namun, sebuah misi mengungkap sesuatu yang seharusnya terkubur: identitasnya sendiri. Seseorang di luar sana tahu lebih dari yang seharusnya, dan kini pemburu berubah menjadi buruan. Dengan musuh di segala arah, LOOTER hanya punya satu pilihan -menghancurkan mereka sebelum dirinya yang lenyap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khabar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
[DIBURU ATAU MENJADI PEMBURU]
Dengan arahan dari Elora, Looter langsung menyuntikkan cairan antivenom kedalam tubuhnya dan selebihnya dia amankan untuk keperluan mendatang.
Di siang hari yang mendung, Looter sudah tahu bahwa rencana musuh tidak akan berjalan mulus. Sebelumnya, mereka sempat menyewa jasa seorang pria bernama Riga untuk membeli sniper guna mendukung operasi penculikan.
Namun, Looter telah lebih dulu mendeteksi rencana itu. Sebelum Riga sempat mengantarkan senjata itu, Looter sudah lebih dulu sampai ke tempat transitnya.
Teror itu dimulai dari suara. Suara panik Riga terdengar melalui HT ketika ia memohon tolong, "Tolong! Aku disini... bantuan!" sambungan itu langsung terputus sebelum musuh sempat merespon.
Dalam hitungan detik, Looter menyelinap ke ruang tersembunyi, dan tanpa ampun, ia membunuh Riga dengan pisau tempurnya yang berkilau dalam cahaya lampu samar, sebuah aksi yang sangat cepat dan brutal.
Sesaat itu, dua pria yang ditugaskan untuk memantau Alya yang telah diculik mulai mendengar percakapan melalui radio. Mereka mendengar suara Riga yang memohon tolong, namun hanya sekejap, lalu terminasi secara tiba-tiba.
Kebingungan dan ketakutan mulai menghantui mereka. Mereka tahu sesuatu tidak beres. Sementara itu, Looter sudah merencanakan seluruh aksi dalam bisu.
Mereka kini menjadi buruannya.
Dan sesuatu yang aneh mulai terjadi. Suara berdesis halus seperti serangga yang berdengung di saluran radio mereka, walau mereka tidak sedang menyalakannya.
Saat salah seorang dari mereka mencoba membuka GPS, layar hanya menampilkan satu titik merah yang perlahan mendekat... mendekat... hingga tiba-tiba layar padam.
Langkah pertama Looter dimulai dengan membunuh cahaya. Seluruh jaringan listrik di kompleks tua tempat para penculik bersembunyi padam dalam sekejap.
Generator cadangan terbakar oleh sabotasenya, menyisakan hanya suara napas dan jantung mereka sendiri. Gelap total
Tak lama, satu dari mereka, si pria berjaket hitam, merasakan benda hangat menggantung di lehernya. Sebuah jam tangan berdetak dengan jarum merah menyala, terpasang entah sejak kapan
"0:45"
Ia membuangnya ke lantai. Detik terakhir meledak kecil, hanya menghasilkan percikan dan api kecil tempatnya duduk. Tapi pesan sudah terkirim: Looter ada di dekat mereka.
Semalaman mereka berdua tak tidur. Setiap sudut gelap tampak seperti mata, setiap bayangan seakan bayangannya. Pagi menjelang, salah satu dari meraka memutuskan melarikan diri.
Namun, saat ia membuka pintu belakang, tubuhnya terpental ke belakang.
Paku baja menancap ke lututnya. Dia berteriak histeris. Darah membasahi ubin lantai. Dari kegelapan lorong, terdengar suara peluit kecil berdenting, nada pendek.... Nada maut...
Ia merangkak, meninggalkan temannya.
Pria itu panik, mengangkat senjata. Tapi tak ada musuh. Hanya udara yang terasa semakin sesak. Di layar kamera pengawas, wajahnya sendiri terlihat... dan kemudian satu kalimat muncul dari feed rekaman yang sudah dibajak
>"Hanya satu dari kalian yang akan melihat matahari lagi"
Tubuh pria pertama ditemukan tergantung di jendela belakang markas mereka, satu matanya terbuka dengan tatapan kosong. Di bawahnya tertulis dengan darah;
"Harga satu peluru"
Pria kedua menjerit dan melarikan diri sejauh mungkin, membawa mobil dan sandera ke tempat persembunyian darurat. Ia berniat negosiasi. Mungkin bisa menawarkan Alya untuk keselamatannya.
Di tempat persembunyian itu, ia menyalakan lampu remang. Alya masih pingsan, wajahnya di tutupi kain hitam. Dengan tangan gemetar, ia menarik kain itu.
Dan seketika tubuhnya membeku.
Sebuah lencana kecil tergantung di saku tas Alya yang sempat dia lihat menyakinkannya.
"T-Tidak... putri dari Deputi Utama Sektor Keamanan Sipil?"
Foto-foto lama di markas pusat muncul di benaknya. Ia tak salah. gadis ini adalah putri dari salah satu petinggi besar mereka. Wajahnya pucatnya makin pias.
"Kita... kita nyulik anak dari... dari orang itu?!" teriaknya kepada dirinya sendiri.
Ia mundur beberapa langkah, napasnya sesak. Tanganya gemetar ingin menelepon, namun saat ia berbalik ke belakang....
Looter berdiri di sana.
Ekspresi yang dingin, tenang dan tidak bernapas berat sama sekali. Di tangannya, darah menetes dari sebuah pisau yang baru saja mengakhiri hidup rekannya.
Wajahnya dingin. Hitam pekat bajunya menyatu dengan dinding. Hanya matanya yang menyala tajam di antara kabut yang semakin dingin.
Pria yang tersisa, bernama Ray mundur gemetar hingga tersudut ke dinding di belakangnya. Ray mencoba bicara, namun suaranya hanya gemetar seperti angin di malam hari.
"A-Aku... aku bisa jelaskan..."
"Terlambat," ucap Looter.
Looter mendekat dengan pisau yang berputar di tangannya, menggesekannya ke dinding hingga akhirnya dengan cepat ujung yang tajam menembus ruas dada Ray.
Ray merasa dunianya semakin kabur kesadarannya perlahan hilang, mulutnya penuh mengeluarkan darah. Tak sempat menjerit. Tak sempat menyesal.
"Kau mencuri sesuatu yang bukan milikmu," bisiknya pelan.
Tubuh itu roboh, dunia Ray pun menghilang.
Dan Looter berdiri, dalam keheningan, menatap Alya yang masih belum tahu siapa pria yang baru saja menyelamatkannya.
To Be Continued.....