Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.
Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.
Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
Reiner bersama Leon dan Marlon rupanya mendatangi kediaman neneknya. Pria yang kini mengenakan kacamata hitam itu meminta Leon untuk langsung menabrak pintu pagar yang di jaga oleh seorang penjaga. Ia tak sabar.
BRUAK!
Seketika alarm tanda bahaya berbunyi. Nenek Reiner keluar dengan di temani oleh seorang pengawal. Semula mereka berpikir jika itu adalah musuh mereka, tapi ketika sudah turun ke lantai dasar, nenek Reiner langsung membulatkan matanya lantaran melihat Reiner berdiri dengan muka berang.
"Apa kau gila? Apa yang kau lakukan Reiner?" nenek Rainer berteriak. Tak percaya dengan aksi brutal cucunya yang berani membuat kekacauan di rumah besarnya.
Pria itu lalu maju dengan aura dingin yang terasa mencekam. Ia sungguh muak dengan semua hal yang dilakukannya wanita tua itu.
"Ini mungkin akan menjadi terakhir kalinya aku berbicara wajar padamu. Berhenti membuat masalah. Kau meminta Xena mendekati ku, hah?"
Marlon dan Leon langsung bertukar pandang ketika mendengar Reiner berteriak kepada neneknya. Jadi Reiner marah karena hal itu? Reiner di jodohkan?
"Tentu saja. Apa kau buta? Dia perempuan cantik dan terhormat. Aku juga kenal dengan keluarganya. Itu akan sangat sepadan dengan kita!"
PRYANG!
"Hentikan omong kosong mu!" Reiner semakin marah dan langsung membanting beberapa pajangan mahal yang bisa ia jangkau.
Beberapa pengawal di sana terlihat hendak maju, tapi wanita tua itu melarang pengawalnya. Ia membiarkan Reiner dan menunggu hal apalagi yang bakal di lakukan anak itu. Begitu pikir nenek.
"Bagiamana pun, kau adalah cucu ku!" ucapnya menatap dingin Reiner.
Reiner seketika tertawa kecut kala mendengar ucapan ironis itu. Teringat akan semua hal pahit di masalalu yang menempanya menjadi seperti saat ini.
"Aku tidak peduli dengan dengan kehidupan mu. Terserah kau mau melakukan apa. Tapi ku peringat kan padamu, jangan ganggu hidup ku!'
Nenek Reiner kecewa mendengar ucapan Reiner. "Semua gara-gara perempuan sialan itu!"
Reiner langsung merangsek maju karena kesal, membuat Leon juga Marlon seketika berteriak menghadang.
"Tuan kendalikan diri anda, itu adalah nenek anda!" ucap Marlon dengan muka khawatir karena jika sudah marah, Reiner benar-benar tak pandang bulu.
"Benar tuan, kalau sampai terjadi sesuatu, urusannya akan panjang!" Leon memperingati tak kalah khawatir.
Sang nenek yang di cengkeram lengannya hanya bisa menahan geram. Reiner yang di peringati oleh kedua anak buahnya perlahan-lahan melepaskan cengkeramannya.
"Sekali lagi ku katakan, aku tidak perduli siapa kau. Jangan menyentuh barang milik ku. Kau tau seberapa nekatnya aku kan?" tukas Reiner lalu berbalik pergi dan langsung di ikuti oleh kedua anak buahnya.
"Reiner, berhenti kau!" teriak sang nenek sembari meletuskan sebuah pistol.
Reiner berhenti, namun tak membalikkan badannya. Ia tahu jika perempuan itu memang bukan orang sembarangan.
"Kau harus meneruskan estafet kepemimpinan keluarga!" lanjut sang nenek kali ini dengan nada menekan.
Reiner kembali tersenyum kecut demi mendengar kata 'Keluarga'. Ia mantap melangkah pergi dan tak memperdulikan ucapan neneknya lagi.
"Reiner!"
"Reiner!"
Nenek Reiner merasa frustasi dengan kebrutalan cucunya. Ia yang tiba-tiba sesak napas langsung di bantu oleh pengawalnya untuk masuk ke dalam.
Setelah berada di dalam mobil kembali, Reiner langsung memejamkan matanya seraya menyenderkan kepalanya dengan sangat frustasi. Marlon yang tahu akan hal itu langsung memberikan obat kepada Reiner.
***
Reiner meminta kedua anak buahnya untuk meninggalnya di mansion. Ia sangat stres sehabis bertemu neneknya. Marlon menggunakan kesempatan itu untuk menemui Gina. Bagiamana pun perempuan itu memiliki skill berkelahi yang cukup baik, dan sudah menolong anggota mereka.
Leon yang melihat Marlon terus menerus mengetik sebuah pesan di ponselnya jadi mengerutkan kening. "Sebenarnya siapa yang mau kau temui?"
Marlon terdiam sebelum akhirnya menjawab, "Nanti kau juga akan tahu!"
Leon mendecak. Orang gila mana yang mengajak seseorang keluar, namun tidak menjelaskan akan bertemu dengan siapa.
Ia lalu mengikuti petunjuk Marlon, pria gila yang sukar di tebak pola pikirnya. Dan setelah tiga puluh menit berkendara, mereka rupanya menemui Gina yang sudah kembali bekerja.
"Heh, bukannya tempat ini adalah yang pernah kalian gunakan untuk bertemu dengan tamu nya tuan Reiner dulu?" kata Leon sembari mengamati sekeliling.
"Ingatan mu cukup baik. Padahal kau langsung pergi saat itu!"
Leon mencebikkan bibirnya. "Memangnya kau mau menemui siapa?"
Dan seperti yang bisa di tebak, Marlon tak menjawab namun langsung masuk ke dalam. Membuat Leon langsung mengumpati pria itu.
Mereka kini duduk di meja yang letaknya paling jauh. Dari saja Marlon melihat Gina yang sedang bekerja melayani banyak tamu. Marlon tak sadar, bila ia sudah memperhatikan Gina selama beberapa waktu. Dan Leon yang sudah selesai dengan ponselnya jadi mengikuti arah pandang Marlon yang cukup tegang.
"Biji matamu bisa keluar kalau kau tak berkedip lebih dari satu menit!"
Marlon yang di sindir langsung menyuguhkan raut masam. Pria itu terlihat berpikir, hingga beberapa saat kemudian, "Pesanlah sesuatu, aku akan segera kembali!" ucapnya sembari menepuk pundak Leon.
Leon yang tiba-tiba di tinggal merasa kesal karena Marlon terlihat cukup 'sialan' hari ini. Leon tidak tahu, bila Marlon hendak menemui Gina di dalam. Tapi saat tiba di ruangan yang letaknya lebih dalam, ia melihat Gina sedang cek cok dengan seorang laki-laki.
"Karyawan kurang ajar, sungguh tak memiliki etika!"
"Apa kau bilang, kau yang kurang ajar anjing! Kau menyentuh payudara ku seenaknya!" Gina terlihat memberikan perlawanan.
"Bohong!"
"Kau yang bohong!"
"Perempuan sialan!"
Marlon semakin mendekat dan mulai mendengarkan sedikit demi sedikit tentang petunjuk pembahasan. Dan saat tangan pria cabul itu hendak melayangkan tamparan ke pipi Gina, dengan cepat Marlon menarik tangan pria itu.
"Arghhh!" pria itu seketika mengerang dan membuat Gina membuka matanya sebab tak jadi di tampar.
Namun setelah matanya terbuka, ia membelalak sebab melihat Marlon memutar tangan pria itu hingga menimbulkan bunyi yang mengerikan.
"Heh, apa kah sudah gila. Lepaskan tanganku brengsek!" teriak pria itu yang kesal dengan orang asing yang tiba-tiba menyiksa dirinya.
Seketika keadaan di sana menjadi agak runyam. Para pengunjung lain tampak tegang demi menyaksikan perkelahian.
"Minta maaf kau!" tukas Marlon dengan tatapan tajam.
"Minta maaf apa, aku tidak....Aaaa!" pria itu berteriak karena tangannya di tarik semakin parah oleh Marlon. Marlon tidak suka di bantah.
"Lima detik!"
Pria itu masih enggan meminta maaf kepada Gina. Dan karena kesabaran Marlon yang setipis tisu, pria itu harus kembali berteriak demi merasakan tangannya yang seolah mau patah.
"Arghhh! Ba-baik, baik, aku minta maaf. Aku sengaja menyentuh payudaranya!"
Mendengar hal itu Marlon malah semakin menarik keras tangan di pria hingga pria itu menjerit dengan sangat kencang. Ia lalu melepaskan tangannya dan membuat pria itu lari tunggang-langgang dengan tangan yang teramat sakit.
Gina yang melihat Marlon sekejam itu sampai menelan ludah grogi.
"K- kau sudah datang?" tanya Gina sembari mengatur napas. Ia jadi takut kepada Marlon.
Dilan yang mendapatkan laporan soal kekisruhan di cafenya, seketika berlari menuju ke tempat kejadian perkara dan tertegun kala melihat anak buah Reiner ada di sana.
"Apa yang kau perbuat. Kenapa selalu membuat masalah?" Dilan langsung memarahi Marlon sebab mengira jika pria itu telah membuat kekacauan di sana.
Maka Gina buru-buru mengklarifikasi. "Kak Dilan, ini tidak seperti yang kakak lihat. Tuan Marlon malah menolong saya barusan!" ucap Gina langsung maju menengahi dua pria yang saling menatap tak suka.
Marlon menatap tajam Dilan. Ia lalu berbalik sembari berkata kepada Gina, "Ku tunggu di luar!"
Dilan terlihat bingung dengan perkataan Marlon. Apa yang sebenarnya terjadi. Dengan wajah agak sungkan, Gina meminta izin kepada Dilan. "Maaf kak, saya...izin menemui dia sebentar!"
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir