April terpaksa bekerja lagi setelah melahirkan dan kehilangan anaknya. Eric mengusir dan menceraikannya.
April menjadi menerima tawaran menjadi baby sister di sebuah rumah mewah milik CEO bernama Dave Rizqy. Dave sendiri baru saja kehilangan istrinya karena kehilangan banyak darah setelah melahirkan.
April mendapati bayi milik Dave sangat mirip dengan bayinya yang telah tiada. April seketika jatuh cinta dengan bayi tersebut dan menganggap sebagai obat dari lukanya.
Saat bayi milik Dave menangis,
April tidak tega lalu ia menyusui bayi itu.
Siapa sangka dari kejadian itu, mengubah hidup April menjadi ibu susu anak CEO.
Lalu bagaimana dengan perasaan Dave sendiri apakah ia akan menikahi April yang merupakan bekas dari orang lain ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Tuan Connor, kita jadi pergi sekarang ?" tegur Janeta yang membuyarkan lamunan pria jomlo itu.
Connor datang sekitar pukul 11. Setelah Dave meneleponnya meminta untuk mengantar Janeta ke alamat rumah yang telah di share, Connor tak langsung berangkat. Ada rasa enggan di hatinya. Karena sebuah tuntutan akhirnya ia pun berangkat juga.
Connor tak berhenti menatap. Entah sejak kapan ia begitu mengagumi wanita asing yang berdiri di hadapannya ini. Beberapa hari yang lalu, Janeta memang mirip dengan ODGJ. Tapi, setelah berpenampilan layaknya seseorang wanita pada umumnya, Janeta seperti sosok yang lain yang lebih cantik dan sedap dipandang. Sampai - sampai Connor lupa apa tujuannya datang ke mari.
"Ah, iya. Nona," sahut Connor sedikit kikuk.
"Panggil saja aku Janeta." Ia tersenyum ramah yang membuat hati Connor seolah meleleh.
"I-ya Janeta. Kamu sudah siap ?"
"Hm." lalu Janeta menarik kopernya. Usai mengantar David ke sekolah tadi, April membantu menyiapkan berbagai macam baju ganti luar dan dalam. April juga menyelipkan beberapa lembar untuk biaya hidup ke depannya meski Janeta menolak.
"Biar aku bantu." tawar Connor dan langsung menarik koper.
Janeta merasa terbantu dengan adanya Connor karena koper itu sangat berat atau mungkin tubuhnya yang ringkih yang kurang bertenaga.
April datang sambil membawa sesuatu di tangan. "Janeta, ini makan siangmu. Kamu bisa menghangatkan lagi nanti jika ingin memakannya."
Janeta menoleh, "Kenapa repot sekali, aku bisa membeli di luar."
"Lebih baik bikin masakan rumahan sendiri kan dari pada jajan di luar," timpal April lalu membuat keduanya tertawa.
"Kamu benar. Baiklah !" menerima kotak makan itu.
Connor sudah siap dan berada di kemudi, Janeta masuk ke dalam mobil.
"Kalau ada waktu luang, mampirlah !" ucap Janeta sebelum pergi.
"Itu pasti, jangan khawatir ! Aku pasti akan mampir ke rumah barumu." April tidak bisa ikut, karena ia sedang datang bulan dan merasakan nyeri yang sangat di perutnya.
Connor melajukan mobilnya pelan, lalu membuka obrolan agar suasana tidak terlalu canggung.
"Kamu tidak takut tinggal di rumah baru sendirian ?"
"Rasa takut sudah kerap aku alami saat aku diasingkan. Mungkin aku akan mencari hewan sebagai peliharaan di rumah agar tidak kesepian."
"Itu ide yang bagus." Connor tak lagi bertanya,
memahami perasaan Janeta yang masih membawa luka.
"Aku sarankan kamu memelihara kucing saja." ujar Connor bersemangat.
"Kucing ? Hm, sudah lama aku tidak melihat kucing. Itu juga tidak buruk."
Lalu sebelum tiba di rumah baru, Connor memperlihatkan toko hewan yang ada.
"Kita mampir ke sini ?" tanya Janeta sembari membaca tulisan yang tertera di depan toko.
"Ya, sekalian lewat. Kamu bisa pilih satu atau beberapa kucing yang kamu suka." Connor turun dari mobil lalu di susul Janeta.
Janeta melihat kucing yang lucu di dalam sana. Ia bingung harus memilih.
"Yang jantan saja." Connor memberi saran.
"Baiklah, aku pilih yang ini." Janeta memilih seekor kucing dengan berambut oranye.
Saat Janeta akan melakukan transaksi pembayaran, Connor menahannya. "Biar aku saja." bahkan Connor membelikan lengkap dengan kandang dan pakan kucing. Janeta tersentuh melihat sikap baik pria di depannya ini.
Connor mengantar wanita berambut pirang itu ke rumah barunya dengan menempuh waktu setengah jam dari kediaman Dave.
"Ada yang bisa aku lakukan untukmu?" tawar Connor dan akan bersiap jika diperintah.
"Aku bisa mengurus sendiri. Terimakasih sudah mengantarku, Tuan Connor."
"Ah, itu tidak masalah. Baiklah, aku akan pergi. Jika ada masalah, kamu bisa menghubungiku."
Janeta menggeleng samar dan tersenyum tipis, "Anda sangat baik. Sayangnya, aku tidak punya handphone untuk menghubungi seseorang. Tapi, itu tidak masalah. Aku akan membeli nanti jika sudah punya uang banyak."
Connor lupa kalau Janeta adalah pendatang baru di kota ini tanpa perbekalan apa pun.
"Ah, iya. Baiklah. Aku pulang sekarang." lalu Connor buru - buru pergi.
Janeta mendesah kesal. Ia tidak ingin merepotkan orang lain dan harus berubah untuk tidak bergantung. Lalu ia memasuki rumahnya. Rumah minimalis itu nampak menawan baginya. Ia menelusuri ruangan dan menemukan satu kamar yang ia yakini akan menjadi kamarnya.
Janeta lalu membuka koper dan memindahkan semua pakaian yang diberikan April ke dalam lemari.
Setelah bersih - bersih membuatnya merasa lapar. Ia ingat dengan bekal yang April berikan. Ia segera mencari yang tadi lupa menaruhnya di mana.
.
.
Dave pulang dengan hati berdebar - debar. Ia menyimpan sesuatu di belakang punggungnya agar saat April menyambutnya nanti, bisa memberinya kejutan.
Dave mulai memasuki rumah dan ini tidak seperti biasanya, April tak menyambutnya.
"Dimana dia?" gumamnya dan menduga kalau April sedang bersama David.
Dave terus melangkah berharap bertemu April seketika itu juga. Hanya terlihat David yang tengah mewarnai sendiri di depan tv.
"David, kamu kok sendirian, mana ibumu ?" tanya Dave celingukan.
"Eh, Ayah sudah pulang. Ibu lagi tiduran di kamar." ujar David melihat ayahnya lalu kembali fokus mewarnai.
"Ini masih sore, tumben dia tiduran." Dave pun ingin melihat keadaan istrinya yang ia curigai telah terjadi sesuatu.
Dave langsung menuju kamar David, karena biasanya ia berada di sana.
Setelah memasuki kamar David, Dave tak mendapati sosok April di sana, "Hm, kemana dia ?" gumamnya lalu pergi dari sana.
Niatnya untuk memberi kejutan, gagal.
Dave pun menyusuri menuju kamarnya.
Alangkah terkejutnya ia mendapati April tengah tidur di kasur dengan posisi meringkuk seperti menahan sakit.
"April, ada apa denganmu ?"
April yang tak menyadari suaminya sudah pulang segera bangkit. "Kak Dave ?"
Dave meletakan tas dan hadiah kejutan di atas malas lalu bergegas menghampiri April untuk melihat keadaannya lebih dekat. "Kamu keringat dingin. Sakit ?"
"Iya, nih perut aku. Sakit banget !" ujar April sambil meringis menahan nyeri.
"Hah, ayo aku antar kamu ke rumah sakit !" Dave langsung membopong tubuh April.
April memekik, "Kak Dave, apa yang kamu lakukan !"
"Aku akan mengantarmu untuk periksa."
"Turun kan aku ! Tidak perlu periksa, cukup di oles - oles minyak saja."
"Hah, kok gitu ?" Dave pun menurunkan kembali istrinya. "Katanya sakit ?"
"Iya, aku nyeri datang bulan. Sudah lama tidak merasakan nyeri, baru kali ini. Rasanya, sakit ... banget !" jelas April sambil mengusap dahinya yang basah berkeringat.
"Kasihan banget. Apa yang bisa aku lakukan untukmu ?"
"Ambilkan aku minyak esensial, tolong !" ucap April memelas.
"Iya, tunggu aku akan mencarinya." Dave mana tahu minyak esensial itu seperti apa. Ia pun mendatangi Soraya dan menanyakan masalah datang bulan.
Soraya mengernyitkan dahi seolah tidak percaya jika majikannya sudah terbuka hatinya dan begitu peduli dengan nyonya rumah. Soraya pun bergegas mengambilkan minyak tersebut.
"Anda mau saya kasih tahu caranya ?" tawar Soraya yang langsung mendapat respon cepat dari Dave.
"Ya, bagaimana caranya ?"
Soraya menujukkan telapak tangannya dan memperagakan menggosok di depan perut dan punggung.
Kalau tahu begini caranya, Dave tidak akan bertanya. Dave merasa sangat malu dan bergegas pergi.