Berpisah selama tiga tahun, berjumpa kembali dengan kondisi yang tambah menyakiti hati Askana Arga. Bagaimana tidak saat kembali berjumpa dengan pujaan hati Pricilla Anima dia tak sendiri lagi tapi bersama balita dan memanggil dengan sebutan *mama*.
Apakah itu anak Pricilla atau bukan, yuk ikuti kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arbai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Pricilla sedang berada di balkon kamarnya, melamun sedari tadi.
Sejak jamuan makan malam yang sudah siap di hidangkan untuk malam ini, tapi Ricill pamit pergi selera makannya hilang, walaupun menjadi pertanyaan di benak penghuni meja makan. Keinginannya sekarang hanya ingin menyendiri.
Ricill sedari tadi melamun memandang turun cahaya yang di pendarkan oleh lampu taman bagian rumah utama, ia memikirkan adiknya Neira.
Neira adik satu-satunya, membuat namanya rusak di media, hanya lewat ketikan. Seakan akan dunia harus meneriaki Ricill sebagai penjahat di cap kakak yang menelantarkan adiknya, tanpa tahu justru sang adik yang meninggalkan buah hati kepada kakaknya.
Ricill terluka atas semua itu, tapi ia berusaha menepisnya, dan berharap adiknya hadir di acara nya nanti.
Apakah hubungan mereka memang sudah terputus?
Apakah adiknya di undang kepernikahan nanti?
Apakah adiknya sudah tahu bahwa kakaknya akan segera menikah?.
Ricill ingin mempertanyakan itu, tapi pada siapa?.
Ingin bertanya ke Arga tapi calon suaminya itu tidak pernah lagi menginjakkan kaki kerumah utama, terakhir mereka bertemu saat syuting iklan itu berjalan.
Karena Ricill orang yang tidak enakan, jadi pertanyaan itu ia simpan di hati nya dan membuat relungnya sakit.
Drrtt Drrrt
Getaran ponsel Ricill menandakan seseorang menelpon, dan Ricill segera merogoh ponsel disakunya, ternyata panggilan video dari Arga dan ia segera mengangkatnya
"Halo kak" Ricill mengarahkan hp ke wajahnya
"Haii, , kenapa menangis?" tanya Arga lewat panggilan video itu, karna melihat ada bulir air mata Ricill terlihat.
"Heh" Kaget Ricill dan mengusap air matanya dengan punggung tangan.
Bahkan aku tak menyadari air mataku keluar
"Ada yang mengusikmu?" tanya Arga
"Gak kok, mungkin hanya kelilipan tadi" Ricill menyelah
"Kalau belum siap buka sosial media, jangan di paksakan" Arga mengira kesedihan Ricill timbul karena komentar jahat di media
"Please deh, aku tak selemah itu" seru Ricill
"Lalu, kenapa menangis?"
"Siapa yang nangis, cuman kelilipan kok" masih menyelah
Arga diam bukan berarti percaya, justru mencari penyebab lewat pandangan Ricill yang baginya terlihat menyimpan sesuatu.
"Kak, kenapa akhir-akhir ini gak pernah kerumah utama?' Ricill mengalihkan topik
"Kamu nangis karena rindu aku?"
Pertanyaan di jawab pertanyaan membuat Ricill mengerucut kan bibirnya, hingga seberang sana sudah gemas melihatnya
"Iiiisssh" Ricill menaikkan bola matanya malas
"Maaf, acara kita sudah dekat, pesan ibu kita tidak boleh dulu bertemu sampai acara tiba, agar nanti pertemuan bikin pangling" iya itu pesan ibu Auris ke Arga, bahkan menyuruh penjaga gerbang mengusir Arga jika berani menerobos masuk ke rumah utama.
"Lalu panggilan video begini termasuk gak boleh dong, kan tatap muka" Ricill
"Kayaknya boleh boleh saja, kan virtual" kata Arga di sebrang sana sambil memegang dagu berpikir
Arga menceritakan kesibukannya akhir akhir ini, mulai dari dokumen bertumpuk di meja kerja ,meeting dadakan, pertemuan luar kota bahkan keluar negeri dan ada beberapa part cerita Reza saat kelimpungan atur jadwal, bagi Ricill part Reza lucu dan ia tertawa mendengarnya
"Setelah pernikahan kita, kamu ada tempat impian ingin kamu kunjungi?" tanya Arga di sela sela tawa mereka
"Pulau pasir putih di kota xxx " jawab Ricill semangat
"Yakin?, gak mau keluar negeri?" Arga meyakinkan
"Emang negeri apa yang kakak tawarkan, padahal negeri sendiri sudah di kelilingi tempat wisata yang indah?" seru Ricill
"Ekhhhm, bukan tidak indah di negeri kita hingga menawari mu di luar negeri, tapi negeri orang kamu mungkin sedikit bebas, mungkin hanya sedikit mengenali mu jika kita keluar negeri" maksud Arga
Ricill menatap wajah Arga lewat ponselnya, sedikit terharu mendengar penuturan tersebut, dan itu semua benar di negeri ini tatapan gunjingan untuknya masih dimana mana.
"Begini cill, aku juga belum bisa membawamu ke negeri jauh, di negeri xxx yang terkenal sebagai kota cinta" tawar Arga
"What. mau mau, aku mau kesana" Ricill kaget kegirangan, itu salah satu negara impiannya juga
"Oke, ini deal ya?"
"Tapi ibu menakuti ku kemarin kak, katanya harus lebih giat olahraga agar mengimbangi kekuatan mu, bahkan mengajariku hal dewasa" Ricill mengatakan itu sambil menggigit kuku kuku nya
Arga menghela nafas panjang mendengar Ricill
Ibu ada ada saja . Arga
"Kita kesana hanya refreshing, bukan adu tenaga" Arga menimpali kekhawatiran Ricill
Ricill mengira perbincangan lewat panggilan video ini akan segera berakhir, ternyata belum karna Arga kembali bertanya.
"Kalau ada sesuatu ingin kamu sampai kan dan kami ragu, tanyakan padaku" Arga bertanya dengan pelan, karna ia yakin Ricill menyembunyikan sesuatu.
"Kak. Hmmmm apa Neira juga di undang" harap harap cemas
"Iya, mereka di undang oleh ayah sebagai sesama pembisnis, dan memungkinkan mereka semua hadir tapi aku tidak yakin apa mereka tahu kedua mempelai adalah kita, kamu tahukan Ayah sangat privasi. Bahkan undangan yang tersebar di kantor berbeda dengan undangan petinggi dan rekan bisnis Ayah" jelas Arga
Mendengar itu Ricill memejamkan matanya dan terlihat cairan bening dari pelupuk matanya
"Kamu kecewa?" Arga bertanya di seberang sana dan Ricill menggeleng
"Gak kak, aku hanya tersadar ternyata hubungan persaudaraan kami sekeruh itu ya, " Ricill mengalihkan wajah dari ponselnya dan segera menghapus air matanya
Arga tahu, Ricill pasti menginginkan adiknya andil di pesta pernikahan, bagaimanapun Neira tetap adiknya, tapi Neira tidak menganggap Pricilla adalah kakak.
...----------------...
Di rumah Herlambang (mertua Neira)
"Papa dapat undangan pernikahan anak dari Direktur Wilders group" Herlambang menginfokan di meja makan dan di dengar oleh istri dan anak-anaknya
"Tuan Ferdinand dan Ny Auris lutihayu kan?" timpal Widia istrinya
"Iya, Sebenarnya aku sudah tahu jauh hari lewat rekan bisnis tapi papa gak expect bakal di undang "
"Mereka cuman punya anak satu kan laki laki?, kalau tidak salah namanya Askana " Widia mengambil undangan pernikahan di atas meja yang sedari tadi di letakkan oleh suaminya
"Wow, Tuan Ferdinand sangat privasi, bahkan nama calon pengantin tidak tercetak di sini hanya inisial A and P, jangan bilang di pesta nanti kita di larang bawa kamera" tebak Widia dan di angguki suaminya
"Iya itu yang harus di patuhi jika berkenan hadir" Herlambang menjelaskan
"Yaaaa, payah gak bisa naikin view dong" keluh Neira
"Memungkinkan kakakmu hadir Neira, diakan BA produk Wilders" Widia memandang menantunya dengan tatapan penuh arti dan Neira tertawa karena tahu maksud tatapan itu, rencana akan dia lakukan di pesta nanti
Kelicikan seseorang bisa merusak dirinya sendiri tapi tokoh di keluarga Herlambang masih menikmati masa jaya nya, entah rencana apa yang akan mereka lakukan.
Mereka lupa setiap orang ada Masanya
*bersambung
Mohon dukungan nya