Bagaimana jadinya jika seorang muslimah bertemu dengan mafia yang memiliki banyak sisi gelap?
Ketika dua hati berbeda warna dan bertemu, maka akan terjadi bentrokan. Sama seperti iman suci wanita muslimah asal Indonesia dengan keburukan hati dari monster mafia asal Las Vegas. Pertemuannya dengan Nisa membawa ancaman ke dunia gelap Dom Torricelli.
Apakah warna putih bisa menutupi noda hitam? Atau noda hitam lah yang akan mengotori warna putih tersebut? Begitulah keadaan Nisa saat dia harus menjadi sandera Dom Torricelli atas kesaksiannya yang tidak sengaja melihat pembunuhan yang para monster mafia itu lakukan.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LiBaW — BAB 11
PEMAKSAAN
Sebisa mungkin Nisa menahan kepalanya agar tidak semakin dekat dengan pria itu. Namun Dom masih menahan nya hingga wajah mereka semakin dan Nisa berpaling sebisa mungkin, tapi lagi-lagi pria itu menariknya kembali hingga kontak mata mereka saling beradu pandang.
Tak ada yang bisa Nisa lakukan selain memejamkan mata rapat-rapat. “Hasbunallah Wanikmal Wakil... Hasbunallah Wanikmal Wakil... (Cukuplah Allah bagi kami dan dia sebaik-baiknya pelindung)..” Berulang kali Nisa berucap kata yang sama sehingga Dom berkerut alis.
Tentu pria itu tahu, karena Nisa mengatakan artinya dalam bahasa inggris.
“Kau meminta pelindung kepada sesuatu yang tidak bisa melindungi mu.” Ucap Dom yang langsung membuat Nisa membuka matanya.
“Tuhanku melindungi ku dengan caranya yang tidak kau sadari.” Balas Nisa dengan berani jika sudah bersangkutan dengan nama Tuhan nya.
Sementara Dom yang masih menatap tajam, pria itu mencoba mencerna ucapan Nisa hingga dia melepaskannya. Tanpa dia sadari bahwa Allah sudah melindungi Nisa darinya bukan.
Napas Nisa memburu dan jantungnya benar-benar berdegup tak karuan saat dia kembali duduk di samping Dom. Sungguh! Pria itu hampir saja melecehkannya, mungkin sudah melecehkannya dalam hal lain.
“Aku berterima kasih karena kau sudah menolongku dari pria itu, tapi biarkan aku pergi, jauh darimu itu lebih baik.”
“Tidak ada kesempatan lagi. Suka ataupun tidak, kau akan tinggal bersamaku.”
“Kalau begitu aku akan menceritakan pembunuhan yang sudah kau dan anak buahmu lakukan agar kau membunuhku.” Ucap Nisa yang menoleh dan menatap tajam.
Mendengar itu, Dom hanya menatapnya balik, lalu pria itu beranjak dari kursinya.
“Lakukan jika kau bisa kabur dariku.” Balas Dom dengan nada santai lalu pergi.
Melihat kepergian Dom setelah pria itu mengatakannya, tentu saja Nisa seperti terkena serangan jantung mendadak. Bahkan takdir yang membawanya kembali kepada pria itu.
...***...
Mansion Vesper — Las Vegas
“CAMPBELL!!!!” teriak seorang wanita yang tengah memanggil pelayan setianya. Lebih tepatnya kepala pelayan di mansion Vesper saat ini.
Seketika pria dengan pakaian warna hitam bergaris putih serta topi khusus, datang menghampiri sosok wanita yang memanggilnya tadi.
“Iya Nyonya? Anda butuh sesuatu?” tanya Campbell (57th) pria tua namun belum pernah menikah dan dia merupakan seorang pria tulen namun ada alasan tersendiri kenapa Campbell tidak menikah dan memilih melajang. Karena dia tidak memiliki alat kelamin, akibat dari sebuah tragedi di masalalu yang membuat penisnya harus dipotong. Anggap saja seperti penyakit atau ketidakberuntungan.
“Aku menyuruhmu membuat teh, apa yang sedang kau lakukan sejak tadi huh?” ketus seorang wanita paruh baya yang merupakan istri kedua dari Christian, Ada Vesper (52th).
Banyak maid di sana yang takut dengan mulut pedas Ada, termasuk Campbell si kepala pelayan saat ini. Namun meski begitu, mereka lebih takut kepada Dom Toricelli setiap kali melihat pria itu datang sekedar berkunjung untuk membahas sesuatu dengan Christian.
“I-iya Nyonya, saya baru saja melerai maid yang berkelahi, Anda tahu kan, mereka— ”
“Aku tidak peduli, itu adalah urusan mu. Sekarang pergi dan ambilkan minumanku.” Pintanya dengan tatapan tajam.
Wanita itu melirik sinis kepergian Campbell, hingga mengangkat kedua alisnya dan menutup majalah nya saat dia tak bisa tenang setelah mendengar kabar bahwa Dom kembali beberapa menit lagi. “Hffuuu— Ini membuatku pusing.” Gumamnya yang tak habis pikir.
“Apa yang membuatmu pusing?” tanya Sarai yang baru saja menghampirinya dan menatap nya penuh tanya.
“Tidak ada. Hanya masalah kecil!” jawab Ada tersenyum tipis, namun Sarai yang merupakan anak kandungnya, tentu dia tahu bagaimana sikap dan sifat ibunya itu.
Dia tahu bahwa Ada tidak begitu menyukai Dom, entah karena masalah apa? Tapi dia yakin, ibunya tidak menyukai Dom.
“Aku akan berkunjung ke mansion Dominic, apa Ibu mau ikut?”
“Kenapa kau ke sana?”
“Hanya berkunjung, hampir enam bulan Dom menetap di California. Dustin juga merindukannya.” Jelas Sarai yang memang tidak seperti ibunya.
Ada terlihat malas dan berpaling. “Tidak. Pria itu juga tidak pernah mengharapkan kehadiran ku. Lagipula, Jones akan datang dari.” Ucap Ada membuat Sarai berkerut alis.
Wanita cantik itu mengangguk-anggukkan kepalanya kecil dan menatap pasrah ke ibunya. Sekalipun dia tidak pernah bertanya masalah apa antara ibu dan Dom.
“Anak itu hanya membuat onar, berhenti memanjakan nya atau dia akan berbuat hal yang lebih konyol lagi.” Tegas Sarai menatap tajam ke Ada untuk mengingatkan bahwa adiknya Jones Vesper (30th) bukanlah pria baik-baik.
“Kau memang lebih menyayangi saudara tirimu itu daripada adikmu sendiri. Ibu dapat memahaminya!” balas Ada yang mulai beranjak pergi begitu saja.
Tentu, Sarai mencoba menahan emosinya agar tidak menjadi anak durhaka.
Tapi memang benar apa yang Ada katakan. Sarai lebih menyukai Dom sebagai kakak tirinya daripada Jones adik kandungnya sendiri yang memiliki sikap diluar kendali. Benar-benar gila!
...***...
Selama perjalanan, Nisa hanya diam menatap keluar jendela hingga langit yang mulai menunjukkan bahwa matahari sudah berada hampir di tengah-tengah.
“Bisa kita mencari masjid terdekat. Aku ingin beribadah!” ucap Nisa yang saat ini menatap ke Mike dan Dom yang duduk di sebelahnya.
“Aku tidak punya waktu untuk itu.” Tolak Dom tanpa menoleh.
“Tapi aku punya banyak waktu untuk itu.” Balas Nisa dengan tegas sehingga pria itu menoleh menatapnya.
“Aku bosnya, dan berhentilah membantah jika kau tidak ingin aku menutup mulut seksi mu.” Ancam Dom yang langsung membuat Nisa berpaling menahan marah dan malu saat pria itu mengatakan soal mulut seksi.
“Dasar pria tidak tahu malu.” Gerutu Nisa.
.
.
.
Mansion Dominic — Las Vegas
Kedua mata Nisa menatap tao percaya dengan Mansion yang dia lihat saat ini, sebuah mansion yang lebih indah dan besar meski bernuansa mencengkram, namun cukup elegan.
Nisa menatap ke punggung lebar sosok pria bernama Dom Toricelli itu. -’Siapa dia? Apa pekerjaan nya sebenarnya? Lindungi aku Ya Rabb!‘ batin Nisa yang penasaran dengan kehidupan dan kepribadian Dom Toricelli.
Melihat para pria berkaos hitam yang berdiri berjajar dengan tampang sangar membuat Nisa yakin bahwa Dom bukanlah pria biasa. Ada beberapa pelayan yang juga menyambutnya layaknya di film-film dan novel yang dia tahu.
“Di tempat ini tidak ada pintu lain selain satu pintu keluar dan gerbang. Mustahil jika kau ingin kabur dari sini. Bahkan Tuhanmu tidak akan bisa menolong mu.”
“Jangan membawa Tuhanku, Dia lebih mudah menghancurkan dunia mu dalam sekejap mata.” Balas Nisa yang hanya dibalas seringaian kecil oleh Dom yang masih berjalan membelakangi nya.
“Kurung dia di kamar, biarkan aku mencicipinya malam ini.” Pinta Dom kepada para pelayan nya termasuk kepala pelayanya di sana.
Sekilas pria itu menoleh ke Nisa saat dia mengatakan kata <
“Hentikan! Apa yang kalian lakukan, lepaskan aku!!” ronta Nisa saat para pelayan tadi mulai memeganginya.
“Bawa dia.” Pinta sang kepala pelayan bernama Ellie (70th) dengan nada santai namun tegas dan sedikit terlihat sombong, tapi percayalah dia tidak sesombong Campbell.