🏆Novel Legendaris🏆
Kisah seorang gadis berusia 17 tahun yang dipaksa menikah untuk menggantikan adik kandungnya yang di lamar oleh keluarga Van Rogh Costel III tetapi adiknya, yang bernama Jingmi menolak lamaran keluarga bangsawan tersebut yang mengakibatkan kemarahan keluarga Van Rogh Costel III.
Untuk meredakan amarah keluarga Van Rogh Costel III maka Jia Li yang merupakan anak kedua keluarga imigran bermarga Kwee yang sukses itu terpaksa di nikahkan dengan anak pertama Van Rogh Costel III yaitu Van Costel IV anak laki-laki keluarga bangsawan di Rumania.
Sayangnya Van Costel IV yang akan dinikahkan dengan Jia Li, dia bukanlah manusia...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Bujuk Rayu Dalca II
Jingmi pulang dengan menangis saat dirinya tersadar dari mantera Antolin Lucian, dia berjalan gontai memasuki ruangan kamar tidurnya seraya membenamkan wajahnya ke atas tempat tidur.
Dia menangis terisak-isak dengan penuh emosi seraya membanting semua barang yang ada di kamarnya.
PRANG !
Sebuah mainan mengenai cermin sehingga pecah berkeping-keping.
Jingmi duduk dengan gaun kusut masai serta sobek dan menangis pilu sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Dasa Jia Li sialan ! Aku akan membalasmu !", jerit Jingmi.
Jingmi menangis seraya mengusap tubuhnya kasar ketika dia mengingat pria tambun itu yang telah menyentuh dirinya.
"Kurang ajar ! Aku akan membuatmu merasakan hal yang sama Jia Li !", geram Jingmi dengan berurai air mata.
Jingmi menarik keras rambutnya sambil menekuk kedua kakinya yang gemetaran.
Bayangan saat dia melayani pria tambun selama sehari penuh melekat kuat dibenaknya dan membuatnya merasa kotor serta kesal.
Niat Jingmi yang hendak menggoda Van Costel justru berbalik menjadi sebuah petaka besar pada dirinya saat dia bersama seorang pria tambun.
"Hiks... Hiks... Hiks...", isak tangis Jingmi.
Jingmi meratapi nasibnya yang tidak beruntung karena harus tidur bersama seorang pria tambun yang tampak bodoh.
"Aku akan membalasmu Van Costel ! Dan aku akan menghancurkan Jia Li yang kamu cintai !", ucap Jingmi.
Jingmi bergegas pergi untuk membersihkan dirinya lalu dia berteriak kepada seorang pelayan perempuannya.
"Adela !", teriak Jingmi.
Tidak ada jawaban dari arah luar kamar tidur Jingmi.
Suasana tetap hening dan tak seorangpun muncul ke dalam kamar Jingmi yang tengah melepaskan seluruh pakaiannya.
"Adela !", teriak Jingmi lagi.
KRIET...
Pintu kamar tidur Jingmi terbuka lebar dan seorang gadis muda berkulit putih bersih masuk ke dalam kamar tidur Jingmi dengan tergesa-gesa.
"Iya, nona Jingmi ! Ada apa ?", ucap gadis muda.
"Ambilkan aku handuk kering serta siapkan pakaianku karena aku akan keluar !", perintah Jingmi.
Jingmi masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Bawakan aku juga minuman hangat sekarang juga karena aku akan menikmatinya sambil berendam !", ucap Jingmi.
"Maaf, nona Jingmi... Minuman apakah yang ingin nona pesan sekarang ?", tanya Adela.
"Aku ingin segelas tuica agar tubuhku menjadi hangat", sahut Jingmi.
"Baik, nona Jingmi", ucap Adela.
Pelayan perempuan itu lalu berlari cepat keluar tetapi kakinya tersandung saat melangkah dari kamar Jingmi sehingga dia terjatuh.
BRUK !
Adela terjatuh ke atas lantai dengan sangat keras sehingga dagunya memar karena terantuk lantai.
"Apa yang kamu lakukan, bodoh !?", ucap Jingmi saat mendengar suara Adela yang terjatuh.
"Auw !", pekik lirih Adela.
"Cepatlah ! Jangan membuatku menunggu lama ! Ambilkan aku tuica sekarang !", teriak Jingmi dari dalam kamar mandi.
"I--iya..., nona Jingmi...", sahut Adela.
Adela lalu beranjak berdiri dan berlari cepat sambil menahan rasa sakit di tubuhnya.
Dagu Adela mengeluarkan darah segar karena terjatuh tadi.
"Dasar gadis bodoh ! Jalan saja tidak pakai mata ! Bagaimana bisa terjatuh ?", ucap Jingmi mengejek.
Jingmi membasuh tubuhnya berulangkali dengan sabun cair dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
"Aku akan membunuh pria tambun itu !", ucap Jingmi marah.
Tak lama kemudian Adela masuk kembali ke dalam kamar Jingmi sambil membawa tuica ditangannya.
Adela langsung menuangkan tuica ke dalam gelas berkaki panjang lalu memberikannya kepada Jingmi.
"Buang gaunku itu kalau bisa kamu bakar ! Karena aku tidak ingin melihatnya lagi, kamu mengerti !", perintah Jingmi.
"Baik, nona Jingmi", sahut Adela.
Jingmi menenggak segelas tuicanya sambil berendam dengan air yang dia campur dengan aroma terapi agar tubuhnya merasa nyaman.
"Pergilah ! Untuk apa kamu berdiri memandangiku ?", ucap Jingmi.
"Oh, iya, nona Jingmi, saya akan pergi sekarang dan apakah tidak ada lagi yang nona perlukan ?", tanya Adela.
"Tidak ada", sahut singkat Jingmi.
"Ba-ik..., nona Jingmi...", ucap Adela.
"Hai ! Ambil ini !", kata Jingmi.
Adela berhenti lalu menghadap ke arah Jingmi, terlihat Jingmi melemparkan sebuah gelang emas kepada Adela.
"Apa ini nona Jingmi ?", tanya Adela.
"Juallah ke toko perhiasan lalu belikan aku beberapa dupa untukku !", sahut Jingmi.
"Dupa ?", tanya Adela.
"Iya... Dan sisa uangnya untukmu !", sahut Jingmi.
"Berapa dupa yang harus aku beli, nona Jingmi ?", tanya Adela.
"Sebelas !", sahut Jingmi sambil menikmati tuicanya.
"Baik, nona Jingmi", ucap Adela.
Adela lalu pergi dari kamar Jingmi dan segera melaksanakan perintah perempuan cantik dengan potongan rambut pendeknya itu secepatnya.
Satu jam kemudian...
Jingmi telah selesai membersihkan tubuhnya serta mengenakan sebuah gaun dengan punggung terbuka berwarna hijau tua.
Dia berdiri sambil menyalakan dupa yang baru dibeli oleh pelayan perempuannya itu.
Aroma wangi khas dupa menyelimuti seluruh area ruangan kamar tidur Jingmi.
"Aku akan memanggil hantu Van Costel itu agar dia datang ke kamarku", ucap Jingmi.
Jingmi lalu menebar bunga diseluruh kamarnya sambil menyalakan dupa yang dia letakkan di tiap pojok kamarnya.
Dia juga menuliskan nama Van Costel pada sebilah papan berbentuk bintang yang menyala terang serta dikelilingi lilin-lilin di area sekitar papan itu.
Angin berhembus kencang menerpa ruangan kamar Jingmi.
Jendela terbuka keras saat angin kencang memasuki kamarnya yang beraroma dupa wangi.
Jingmi berdiri di depan papan bintang itu sambil merapal mantra dengan kedua mata terpejam rapat.
Muncul seorang pria di dalam ruangan kamar tidur Jingmi.
Pria itu tersenyum menyeringai ketika melihat ke arah Jingmi yang tengah serius membaca mantra.
"Selamat malam, nona cantik", sapa pria itu.
Jingmi membuka kedua matanya pelan lalu menoleh ke arah datangnya suara yang menyapanya.
"Siapa kamu ?", ucap Jingmi terbelalak kaget.
"Aku Dalca...", sahut pria itu seraya tersenyum.
"Dalca ?", kata Jingmi.
"Iya, aku datang karena tertarik bau dupa yang tercium hingga keluar kamarmu dan kebetulan aku melintasi rumah ini", sahut Dalca II.
"Tapi..., kita tidak ada urusan dan aku ingin kamu pergi dari sini !", ucap Jingmi.
"Kita memang tidak memiliki urusan penting tetapi aku ingin membuat suatu negoisasi penting denganmu, nona cantik", sahut Dalca II.
"Negoisasi penting denganku ? Apa maksud perkataanmu ?", tanya Jingmi terkejut kaget.
"Aku tahu..., kamu sedang mengincar Van Costel, dan aku tahu kamu menyukainya", sahut Dalca II.
Dalca II duduk di atas bilah papan bintang sambil membelai seekor gagak di tangannya serta menatap tajam Jingmi.
"Dari mana kamu tahu kalau aku menyukainya ?", tanya Jingmi.
"Tentu saja, aku tahu dari papan bintang ini yang tertulis nama Van Costel IV", sahut Dalca II.
"Negoisasi apa yang kamu tawarkan kepadaku sekarang ?", tanya Jingmi.
"Aku ingin kita menyepakati kerjasama untuk menghancurkan Van Costel IV", sahut Dalca II.
Dalca II memandangi tubuh Jingmi yang seksi dengan gaun yang terbuka punggungnya serta sangat tipis.
"Kerjasama apa ?", ucap Jingmi.
"Aku ingin kamu memastikan apakah Van Costel memang hantu atau tidak", sahut Dalca II.
"Hmm..., lalu apa imbalan yang akan aku dapatkan dari jasa ini ?", tanya Jingmi.
"Aku akan memberikanmu kedudukan tertinggi sebagai ratuku karena setelah aku berhasil membuktikan bahwa Van Costel adalah hantu kepada semua orang di Moldova dan Wallachia maka aku akan menggantikan Van Costel serta ayahnya untuk berkuasa", sahut Dalca II.
"Ratu ?", ucap Jingmi mengernyitkan dahinya.
"Yah... Ratuku setelah aku berhasil menaklukkan hati Jia Li yang juga akan kujadikan permaisuriku", sahut Dalca II.
Dalca II menatap Jingmi seraya tersenyum tipis.
"Kamu akan menjadikannya permaisurimu ?", kata Jingmi dengan nada tinggi.
"Iya... Aku suka sekali dengannya dan akan aku jadikan kalian wanita-wanita milikku", sahut Dalca II.
"Sulit dipercaya ! Kamu menginginkan kami dua saudari menjadi ratumu !? Aku tidak mau, kamu jadikan kami istri-istrimu !", kata Jingmi ketus.
"Lalu apa permintaanmu ?", tanya Dalca II.
"Aku inginkan Van Costel hancur dan terluka dan aku ingin jadi satu-satunya wanitamu !", sahut Jingmi.
"Hmm...", sahut Dalca II.
Senyum mengembang di wajah Dalca II yang tengah duduk mengambang di atas papan bintang sembari mengusap seekor gagak.
"Kemarilah !", bujuk Dalca II.
"Maksudmu !? Aku ?", ucap Jingmi kaget.
Dalca II lalu menganggukkan kepalanya pelan sambil mengulurkan tangannya kepada Jingmi.
"Kemarilah sayang !", perintah Dalca II.
Kedua mata Dalca II yang berubah menjadi merah menyala memandangi Jingmi dengan tajamnya.
Jingmi yang seolah-olah dirinya terkontrol oleh Dalca II hanya menuruti perintah Dalca.
Dia berjalan perlahan-lahan ke arah Dalca II melewati lilin-lilin yang dia letakkan terhampar di atas lantai kamarnya.
"Iya... Dalca... Aku akan menuruti kemauanmu...sayang...", ucap Jingmi.
Jingmi berjalan mendekati Dalca II dan berdiri tepat dihadapannya.
"Sekarang katakan bahwa kamu akan tunduk pada semua perintahku, Jingmi !", bisik Dalca II.
"Aku akan tunduk pada semua perintahmu, Dalca...", sahut Jingmi.
Dalca II lalu memotong gagak di tangannya dengan satu gerakan cepat dengan satu jarinya hingga gagak itu mati.
Darah mengalir dari burung hitam itu setelah Dalca II mematikannya.
"Minumlah darah ini !", perintah Dalca II.
Dalca II mengarahkan gagak ditangannya yang sudah mati ke arah mulut Jingmi.
Jingmi lalu meminum darah segar dari gagak hitam itu, dan kedua matanya langsung bersinar terang.
"Kamu akan menjadi budak cintaku serta abdi tersetiaku Jingmi !", bisik Dalca II sambil menorehkan darah ke atas kening Jingmi.
Jingmi tidak bereaksi dengan ucapan Dalca II dan hanya terdiam serta jatuh lunglai.
Dalca II membopong tubuh Jingmi ke atas tempat tidurnya lalu menutup tirai yang menghias ranjang itu hingga tertutup rapat.
Tawa Dalca II membahana di seluruh ruangan kamar Jingmi hingga ke luar rumah Jingmi sedangkan Jingmi yang telah terpengaruh sihir serta mantra Dalca II tidak berdaya dan hanya bisa menuruti keinginan Dalca II.
lom ada endingnya
diasaat Antolin memohon mohon lo aja hati u aja membatu. giliran itu baru so soan. aku bantuin karena dia ga tau apa apa.
Heh Kalau mau nolongin orang dengan tulus gak mungkin lo itu masih berbelit dengan masakelam yang lo alami. kesannya gak ikhlas nolonginnya. Katanya GURU kok kelakuan tak mencerminkan seorang Guru/Pooh-pooh/.
disaat Dimitri Peka ,Masonn gak peka.
di saat mason bicara ambigu disitulah Dimitri bertanya kemudian disaat dimitri berbicara ambigu disitulah mason juga bertanya tanya./Shame//NosePick//Pooh-pooh/
Teruslah kalian berdua planga plongo
terus kami yang baca juga ikut bertanya tanya dengan percakapan kalian yang ambigu/Shame/
wahai wanita...
cintailah aku...