NovelToon NovelToon
Cinta Sang RV

Cinta Sang RV

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Marlita Marlita

Sejak Menolong pria bernama Reyvan, nasib Annira berubah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marlita Marlita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seberapa Berartinya Dia

Di kediaman Reyvan, Kael dan Faran sudah menunggu kepulangan Reyvan yang sudah mereka selidiki kalau Reyvan menemui Anira. Kedua lelaki yang merupakan teman setia Reyvan duduk di sofa menatap Reyvan dengan tatapan intimidasi sampai Reyvan duduk sekalipun mereka berdua tetap menatap dengan sinis.

“Begitu berartikah perempuan itu di mata Lo Rey? Dia hampir bunuh Lo tapi Lo datang ke dia seolah meminta di bunuh. Mikir Rey mikir!” Gusar Faran meski Reyvan tak melirik kemarahannya.

“Gue kecewa sama Lo Rey, dulu Lo benci pengkhianat di hidup Lo. Eren, pacar kesayangan Lo yang berkhianat dengan lapang dada Lo lepasin. Tapi siapa cewek itu sampai Lo seakan gak peduli dengan nyawa Lo sendiri?” ungkap Mikael kecewa.

Tiba-tiba suara keras berasal dari meja yang dipukul oleh Reyvan membuat Mikael dan Faran terdiam, keseriusan telah terjadi antara ketiganya.

“Ini ranah pribadi, siapa pun dia dimata gue. Lo berdua gak berhak tau. Dia urusan gue, dan Lo Faran dengan berani-beraninya membuat keputusan tanpa persetujuan gue.” Reyvan benar-benar marah, sekali lagi kepalan tangannya yang keras menghantam meja sampai permukaan meja berbahan kaca itu retak, tangan lelaki itu jangan ditanya lagi kondisinya. Jelas darah merah bagaikan mata air yang mengalir.

“Sekali lagi gue tegaskan dia urusan gue!” Reyvan berkata dengan lantang sambil berdiri memandang ganas Faran yang masih terlihat tegar. Ya situasi yang menegangkan hampir seratus persen tingkatnya tidak membuat mimik wajah datar Faran bergelombang oleh ketakutan dan kegentaran.

“Kalau gue tidak bertindak, bagaimana dengan nyawa Lo. Lo kehabisan darah karena dia.” Jawab Faran tenang.

“Ada cara lain, tidak harus dengan surat perjanjian.” Reyvan lagi-lagi membentak. Di antara ketiga orang, Mikael hanya bisa diam, sulit baginya berpihak kemana.

“Gue paham begitu berartinya dia sampai Lo ingin mengendalikan hidupnya. Gue peringati ini bukan hal yang mudah.” Sinis Faran.

“Diam Lo Faran!”Reyvan tidak suka pertentangan yang dilakukan oleh Faran, mungkin apa yang dikatakan Faran ada benarnya sehingga Reyvan tidak mau mengakui.

“Hm, bagaimana bisa Lo mengabaikan teman saat dalam masalah, Rey?” Faran sudah yakin Reyvan membutuhkan mereka selalu contohnya ketika Reyvan berada di ambang maut, dilukai Anira. Tetap ia menghubungi teman-temannya meminta bantuan.

“Pergi sekarang juga!” titah Reyvan, hatinya panas melihat Faran selalu menunjukkan senyum smirk meremehkannya. Reyvan perlu menenangkan diri tanpa mereka.

“Anira, apa dia berencana menjauhiku. Hal yang cukup menarik.” Reyvan tersenyum simpul sambil menikmati pemandangan kota dari kaca apartemen sekaligus mengingat detik-detik kebersamaan dengan Anira ketika berada di rumah sakit, bukan hanya menjaganya di rumah sakit saja tetapi pernah menemaninya di apartemen.

“Tidak! Pada dasarnya pertolongan bersifat sekali. Aku terlalu berlebihan menganggapnya sangat baik.”

“Iya benar pertolongan bersifat sekali, dan relasi termasuk sementara. Benar aku telah menjeratnya dalam kehidupanku, mungkin sekarang aku harus melepasnya.”

Reyvan berdebat dalam batinnya, ia pun menutup mata merefleksikan kembali perbuatannya selama ini apakah sudah benar. Ingatan lain segera muncul tepat saat Reyvan membuang nafas, ia teringat akan rekaman di smartphonenya.

“Aku perlu memperhitungkan perbuatannya.” Seringai lelaki itu bangkit mengingat adegan beberapa hari yang lalu.

“Anira, jangan pernah bolos lagi. Beberapa bulan lagi kita akan lulus.” Rich mengingatkan Anira yang duduk di sampingnya, matahari bersinar tidak begitu terik membuat kedua insan bisa bersantai di taman sekolah, Anira mengangguk saja pandangannya kosong. Belakangan ini terlalu banyak yang harus dipikirkan. Tanpa disadari Anira, Rich diam-diam mengamatinya, tepatnya memandang lekat wajah manis Anira.

“Anira.” Sapa Rich sebab Anira diam saja dari tadi.

“Iya, kenapa?” Anira beralih menatap lawan bicaranya.

“Apa ada yang membebani pikiranmu?” tanya Rich, lelaki yang begitu pengertian.

\_ “Andai kau tahu, aku berada dalam keadaan tidak tenang. Kalau aku benar-benar dijebloskan ke penjara, aku harus mengatakan apa ke kamu.” \_

Batin Anira dalam kegundahannya. Bodohnya ia secara refleks mengangguk artinya membenarkan kalau pikirannya dilanda masalah.

“Katakan, apakah ini masalah biaya sekolahmu atau masalahmu diasrama?” tanya Rich, Anira terkejut bukan main ditambah sentuhan jemari Rich pada jemarinya segera membuat jantungnya otw berdegup.

“Tidak, maksudku tidak ada masalah.” Anira menggeleng ingin membalikkan situasi sayangnya Rich menatapnya siap mengintimidasinya.

“Apa maksudmu, Anira? Jelas raut wajahmu mengatakan kau ada masalah. Katakan! Aku siap membantumu.” Perkataan dan perbuatan Rich semakin membuat Anira berdebar, kedua tangan lelaki itu meraih kedua bahunya memaksa tatapan mereka beradu. Anira tidak bisa menyembunyikannya lagi dari Rich, sampai kapan Rich terus mengiranya tinggal di asrama.

“Rich, maafkan aku. Aku tidak tinggal di asrama lagi.” Anira menundukkan kepala terlalu takut reaksi Rich atas pernyataannya.

Hiks, ternyata sakit memendam masalah sendirian, Anira terhanyut arus kesedihan yang selama ini ia tahan, tangisnya dalam diam langsung disertai sesegukan yang terdengar keras.

Rich menatap gadis itu dengan kasihan, ia menghela nafas kemudian pergi tanpa berkata apa-apa dan itu semakin membuat Anira merasa bersalah, sudah ia duga dari awal Rich akan kecewa berat padanya.

“Kau pasti membenciku Rich, aku tahu itu. Bahkan aku belum mengatakan alasannya.” Gumam Anira dalam isak tangis tiada jeda, belum ia menjelaskan alasannya mungkin kah Rich lebih membencinya kalau ia mengatakan alasannya keluar dari asrama?

“Aku pergi sebentar saja, hapus air matamu!” Rich datang menyodorkan satu kotak tisu kepada Anira, perlakuan yang tidak terduga membuat Anira terharu biru di dalam hati, ternyata ia salah, malah Rich peduli kepadanya.

“Rich apakah kamu membenciku karna aku tidak tinggal diasrama lagi?”

“Tidak!” jawab Rich singkat, lelaki itu tampak sedang merenungkan sesuatu.

“Kenapa? Kamu tidak perlu menyembunyikan kekecewaanmu padaku. Aku minta maaf.”

“Tidak Anira, aku paham setiap orang mempunyai masalah yang tidak bisa ditentang orang lain.” Jawab Rich teduh membuat Anira bisa merasakan tidak ada tekanan dari perkataan Rich namun tetap saja ia merasa bersalah.

“Maafkan aku Rich.” Anira masih menyeka air matanya, ia sangat rapuh.

“Tidak perlu meminta maaf, tinggal di asrama atau tidak ini keputusanmu. Kalau ada masalah katakan kepadaku, itu saja!” Tegas Rich, lelaki yang baik Anira baru menyadarinya.

“Terima kasih Rich.”

“Hiduplah dengan baik, kamu bisa melewati masalahmu. Jika terlalu berat, aku selalu ada dan bersedia membantumu.” Ucap Rich sembari menepuk pelan kepala Anira memberikan dukungan kepadanya, tentu saja Anira sangat senang, ia merasa sangat di perhatikan.

\_ “Kau semakin membuatku mengagumimu Rich, kau sangat baik.” \_

Batin Anira disertai senyuman haru.

Lagi-lagi di tengah perjalanan Anira ke tempat kerja, sebuah mobil sedan menghalangi jalannya melintangi trotoar. Siapa lagi penghalang jalannya kali ini, apakah orang jahat baru yang muncul. Tentu tidak, ketika pemilik mobil keluar, Anira menghela nafas panjang sebab yang menghalanginya adalah orang yang sama, Reyvan. Lelaki itu dengan angkuhnya keluar dari mobil mewah menggunakan kacamata hitam berpadu dengan busana hitam, jeans hitam, kaos hitam dan jaket hitam.

“Menghalangiku lagi, kau memang kurang kerjaan.” Umpat Anira.

“Kau masih memiliki urusan denganku, ayo!” Reyvan menarik tangan Anira secara paksa, Anira dibawa masuk ke dalam mobil lalu mobil itu melaju sesuai perintah Reyvan kepada sopirnya.

Anira mendorong Reyvan agar berjarak dengannya, posisi mereka terlalu dekat membuatnya berdebar.

“Awalnya aku setuju dengan Faran akan melepaskanmu, tapi kejadian waktu itu sangat menarik bagiku. Kau melukaiku, itu masih kuperhitungkan.” Ucap Reyvan menyeringai, Anira kembali berdebar.

“Sekarang ada dua pilihan.” Ucapnya lagi semakin membuat Anira tertekan, pilihan macam apa lagi yang akan lelaki itu berikan padanya.

“Mau masuk penjara atau menuruti perintahku. Kalau kau masuk penjara mungkin kelulusanmu tertunda, menyedihkan bukan?”

Mendengar ucapan Reyvan, Anira teringat kepercayaan Rich kepadanya, Rich berharap ia tidak bolos lagi. Anira tidak mau mengecewakan orang yang disukainya, selama ini Rich perhatian padanya, bagaimana kalau ia tahu masalah ini? Tidak, bagi seorang Anira ia tidak mau menyeret Rich dalam masalahnya.

“Bagaimana?” tanya Reyvan.

“Apa maksudmu menuruti permintaanmu?” tanya Anira pada intinya, dari pertanyaannya Reyvan bisa menerawang kalau Anira memilih pilihan ini, lelaki itu lagi-lagi menunjukkan senyuman.

“Kau tinggal menuruti kemauanku dan kata-kataku.”

“Jangan macam-macam, kalau permintaanmu berlebihan, aku tidak tinggal diam.” Anira takut jika permintaan Reyvan nantinya membuat ia hancur.

“Baiklah, kau sudah memilih menuruti apa kataku, sekarang kau ikut denganku.”

1
Tiwi
Kecewa
Tiwi
Buruk
CatLiee: nasibnya Annira atau authornya nih, hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!