follow Author..
IG : poppy.susanti.7927
FB : Poppy Susanti
Tiktok : Poppy Susan_33
"Menikahlah denganku, maka aku akan membiayai pengobatan adik kamu," seru Dava dingin.
Reva tidak bisa menolaknya, tidak dipungkiri kalau dia butuh biaya untuk pengobatan adiknya sedangkan Dava membutuhkan Reva untuk mengurus kedua keponakannya.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka, akankah mereka berbalik saling jatuh cinta dan berakhir dengan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Aku Harus Tanggung Jawab!
Malam pun tiba...
Diva benar-benar merasa tidak enak, gelisah, dan merasa berdosa. Bahkan Diva tidak bisa tidur sama sekali, dari tadi dia hanya pura-pura tidur supaya kedua orang tuanya tidak merasa khawatir.
Diva melihat Reva sudah tertidur lelap, sedangkan Dava dan Dera harus kembali ke Jakarta karena ada urusan penting. Perlahan, Diva menuruni ranjang pasien lalu mendorong tiang infusan untuk keluar dari ruangannya.
"Astaga, Dr.Diva mau ke mana? dokter belum sembuh," seru seorang perawat.
"Sssttt.. jangan berisik, aku mau mencari korban kecelakaan yang tadi pagi bareng sama aku," seru Diva.
"Oh, pria tampan itu. Ayo dok, biar saya temani."
Diva pun ditemani perawat itu menuju ruangan rawat Albi.
"Ini ruangannya, dok."
Diva mengintip dari balik kaca yang ada di pintu, terlihat kedua orang tua dan adiknya Albi ada di sana.
"Apa kamu tahu, bagaimana keadaan pasien itu?" tanya Diva.
"Dengar-dengar pasien itu mengalami lumpuh untuk sementara waktu karena kakinya retak, dan dia juga kehilangan penglihatannya," sahut Perawat itu.
"Apa?"
Diva sangat terkejut dengan ucapan perawat itu, dia semakin merasa bersalah dan berdosa.
"Dok, apa dokter baik-baik saja?" tanya Perawat itu.
"Ah iya, aku mau kembali ke ruanganku," seru Diva gugup.
"Baiklah, aku antar dokter kembali."
Sesampainya di ruangannya, Diva kembali merebahkan tubuhnya. Air mata Diva tiba-tiba menetes, dia tidak menyangka kalau kecerobohannya akan membuat orang lain menderita.
"Apa aku harus menyerahkan diri ke polisi," batin Diva.
Malam ini sudah dipastikan Diva tidak bisa tidur, dia terus saja membayangkan bagaimana reaksi pasien itu saat tahu kalau dia akan lumpuh dan buta secara bersamaan.
***
Keesokan harinya...
"Sayang, kamu makan dulu ya biar cepat sembuh," seru Mommy Reva.
"Diva belum lapar Mom, nanti saja," sahut Diva.
"Kok begitu, nanti Daddy kamu marah loh sama Mommy kalau kamu tidak mau makan."
"Diva sudah sehat kok Mom, jadi Mommy tidak usah khawatir," sahut Diva.
Diva memang sudah menyuruh perawat untuk melepaskan infusnya karena menurut dia, dia sudah sehat.
"Mom, Diva mau jalan-jalan keluar," seru Diva.
"Baiklah, biar Mommy temani kamu."
Diva menggunakan kursi roda untuk jalan-jalan, Reva membawa Diva ke taman rumah sakit. Pandangan Diva lurus ke depan, sungguh saat ini Diva merasa sangat gelisah dan tidak tenang.
Reva menyadari kalau putrinya itu sedang tidak baik-baik saja, sehingga Reva pun duduk di samping Diva.
"Sayang, sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu? coba cerita sama Mommy," seru Mommy Reva dengan mengusap kepala Diva.
Bukan jawaban yang didapat oleh Reva, lagi-lagi Diva meneteskan air matanya membuat Reva khawatir.
"Kamu kenapa sayang? kok nangis?" tanya Mommy Reva khawatir.
"Diva takut Mom, Diva sudah berdosa karena sudah menyebabkan orang meninggal. Bahkan penumpang taksi itu sekarang mengalami lumpuh dan buta, itu semua gara-gara kecerobohan Diva, mungkin seharusnya Diva menyerahkan diri ke polisi," sahut Diva dengan deraian air matanya.
"Tidak, Daddy tidak mengizinkan kamu melakukan itu," seru Daddy Dava.
Dava baru saja sampai di Semarang, dia langsung menuju rumah sakit.
"Daddy."
Dava menghampiri Diva dan berjongkok di hadapan putrinya itu.
"Daddy yakin semuanya akan baik-baik saja, kamu jangan menyalahkan diri kamu sendiri semuanya sudah takdir jadi Daddy mohon, jangan pernah kamu bicara seperti itu lagi," seru Daddy Dava.
"Diva takut, Dad."
Dava memeluk putri sulungnya itu. "Kamu tidak usah takut, Daddy akan selalu ada untukmu," seru Daddy Dava.
Reva ikut memeluk suami dan putrinya itu, Reva tahu kalau itu kesalahan putrinya tapi ia juga tidak mau kalau melihat Diva dipenjara.
Sementara itu di ruangan rawat Albi, Albi mulai sadar.
"Mom, Dad, aku ada di mana?" tanya Albi.
"Kamu sedang di rumah sakit sayang, kemarin kamu mengalami kecelakaan," seru Mommy Bianca.
Albi duduk dan meraba-raba, membuat kedua orang tua dan adiknya merasa sangat sedih.
"Kenapa gelap Mom, memangnya di rumah sakit bisa mati lampu?" seru Albi.
Bianca menutup mulutnya dengan deraian air mata, hatinya begitu sakit melihat putranya seperti itu.
"Kenapa kalian diam? jawab, kenapa gelap?" kesal Albi.
"Kak, kakak tenang dulu lebih baik sekarang kakak istirahat supaya kakak cepat pulih," seru Bilal.
"Kakiku juga sakit, yang sebelah tidak bisa digerakkan. Apa yang sebenarnya terjadi, cepat katakan!" teriak Albi.
"Kamu harus kuat Albi, kamu adalah anak Daddy yang paling kuat," seru Daddy Alta.
"Mommy."
Albi berusaha meraba-raba mencari keberadaan Bianca, Bianca segera menghampiri Albi dan menggenggam tangan putranya itu dengan deraian air mata.
"Ini Mommy, sayang."
"Mommy, cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Albi?" tanya Albi.
"Sayang, tulang kaki kamu retak jadi untuk sementara kamu belum bisa berjalan tapi kamu jangan khawatir, itu hanya sementara dan dokter bilang, hanya membutuhkan waktu empat bulan dan kamu akan sembuh seperti semula," sahut Mommy Bianca.
"Terus kenapa semuanya gelap?" tanya Albi kembali.
"Kamu juga mengalami kebutaan sementara sayang," sahut Mommy Bianca dengan deraian air mata.
Albi sangat terkejut, tidak terasa air matanya menetes. Bianca langsung memeluk putra sulungnya itu.
"Mommy yakin kamu anak yang kuat, dan kamu akan sembuh kembali asalkan kamu harus bersabar."
"Tidak mungkin, Albi tidak bisa seperti ini. Masih banyak pekerjaan yang harus Albi urus, kalau Albi lumpuh dan buta terus bagaimana Albi akan menjalani hidup ini!" teriak Albi histeris.
"Kamu harus sabar sayang."
Bianca memeluk Albi dengan sangat erat, hati Bianca sangat sakit melihat putranya yang biasanya kuat tapi saat ini begitu rapuh bahkan sampai menangis.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat, sudah tiga hari Albi dirawat di rumah sakit itu begitu juga dengan Diva, dia sudah sehat dan kembali bekerja seperti biasa.
Setiap hari secara diam-diam Diva selalu ke ruangan rawat Albi untuk melihat keadaan Albi. Pagi ini, Albi sedang terduduk di atas ranjang pasien dengan tatapan kosongnya sendirian, kebetulan Bianca sedang membeli makanan.
Perlahan Albi meraba-raba, dia ingin minum hingga tanpa sadar Albi hampir saja jatuh tapi Diva yang memang dari tadi memperhatikan Albi, langsung masuk dan menahan tubuh Albi supaya tidak terjatuh.
Albi terdiam. "Mommy."
"Maaf Mas, saya Diva dokter di rumah sakit ini," sahut Diva gugup.
Albi tersentak, dia langsung menjauhkan dirinya dari Diva.
"Apa Mas mau minum?" tanya Diva.
Albi menganggukkan kepalanya, Diva pun mengambilkan minuman untuk Albi dan mengarahkan ke mulutnya. Albi memegang tangan Diva, Diva memperhatikan Albi dengan seksama.
"Ya Allah, aku sudah membuat orang ini buta dan lumpuh, maafkan aku Mas. Pokoknya, aku harus bertanggung jawab atas apa yang sudah aku perbuat," batin Diva dengan mata yang berkaca-kaca.
udah gitu si reva katanya lulusan sarjana kok kek ngak punya keahlian dibidang lain selama hamil juga ngak punya penghasilan pdhl mereka butuh biaya untuk mnjlani hidup
ceritanya bagus, alurnya hidup,.... banyak pesan moral didalamnya....