Tentang seorang Mahasiswi yang gak pintar, pendiam dan sering di bully di kampus.
Sherina adalah anak orang kaya konglomerat,
tetapi Ayahnya sudah meninggal dan Ibunya menikah lagi dengan suami kedua dan mempunyai anak satu orang.
Sherina sering mendapatkan perlakuan kasar dari Mamanya, karena sering pembangkang dan Ayah tirinya adalah konglomerat terkaya.
Karena sering mendapat ledekan dan penghinaan. Seorang Dosen yang merupakan Dosen tampan dan banyak pengemar tersebut, mencari tahu mengapa Sherina sering terlambat, tidak mengerjakan tugas, lemot dan lain-lain.
Saat Rangga dosen muda berumur 26 tahun tersebut mencari tahu, ternyata Sherina hampir menjadi korban Ayah tirinya yang memaksa harus tidur dengannya, mendapat pukulan dari sang Mama, serta mempunyai banyak pekerjaaan rumah yang harus diselesaikan.
Dosen muda tersebut akhirnya terjebak cinta dengan Sherina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doris ariesta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masuk Rumah Sakit Lagi
Sherina merasakan saat makan yang terlalu pedas dari restoran. Setelah sampai rumah perutnya merasakan nyeri setelah jalan bersama Septian, kini Rangga tidak mau banyak bicara lagi.
"Aduh! Perutku sangat ngeri ..." Sherina mengeluh kesakitan dan memegang perutnya saat itu.
Rangga yang sedang menonton televisi tersebut. Mendengar suara Sherina agak mengeluh ringan, tetapi pria ini membiarkan saja. Tidak mau terlalu banyak peduli lagi sama Sherina, sebab berapa bulan belakangan ini, Septian selalu memberikan perhatian lebih kepada Sherina.
"Kenapa anak itu?" tanya Rangga dalam hati kecilnya, namun mengabaikan lagi ketika terdengar seperti suara orang kesakitan dari dalam kamar.
"Kak. Tolong ..." Sherina meminta tolong keluar dari kamar menuju ruangan untuk nonton.
"Hmm, ada apa?" tanya Rangga.
Rangga mematikan televisi, lalu menghampiri Sherina. Sedang memegang perutnya, jika perut Sherina sudah di pegang itu tanda bahwa penyakit gerd nya kambuh.
"Pak, bawa Gue kerumah sakit malam ini sebab sudah tidak tahan. Mau mati rasanya Pak," ucap Sherina jingkrak-jingkrak merasakan perih yang luar biasa dari bagian dalam perutnya.
"Jangan jingkrak-jingkrak. Perut kamu sakit lagi? Gimana mengapa bisa kambuh lagi Sherina, pada hal kan lagi dalam tahap pemulihan," ujar Rangga berlari mengambil jaket Sherina ke kamar, sebab mereka mau kerumah sakit.
"Pak ... Ayolah, sudah gak tahan lagi, ayo lah Pak ..." Sherina memaksa Rangga.
"Ayo ... Kamu pakai dulu jaket, nanti biar tidak kedinginan dalam mobil,"
Hari pada malam itu hujan deras dan angin kencang. Sherina sudah merasakan keringatan luar biasa serta badannya yang panas dingin.
"Baik, Pak. Badan Sherina panas dingin Pak sama keringatan. Kayaknya karena Sherina makan pedas," kata Sherina menangis jujur sama Rangga makan pedas.
Rangga kecewa sama Sherina. Sudah dijelaskan sama Dokter, bahwa Sherina tidak boleh makan pedas. Tetapi mahasiswinya ini ngeyel membuat Rangga menggelengkan kepala..
"Itulah, Kamu. Sudah tidak bisa makan pedas tetap ngeyel makan pedas!" Rangga marah kepada Sherina.
Inilah jika Rangga tidak ikut sama Sherina sebab ngeyel. Tidak bisa menjaga kesehatan diri sendiri, lihat makan enak walau pun pedas tetap tidak peduli. Namun jika keluar atau makan sama Rangga, wanita ini lebih terarah karena di kontrol oleh Rangga selalu supaya jangan makan pedas dan makan yang berprotein.
"Maaf, Pak. Sherina sebenarnya tidak ingin makan pedas. Namun Sherina tidak tahan dengan godaan," ucap Sherina mengaku bahwa dirinya salah.
"Sudahlah, ayo kerumah sakit."
Rangga mengendong Sherina sampai masuk kedalam mobil. Rangga merasa nyaman saat mengendong Sherina, lalu Rangga membawanya duduk kedalam mobil bagian depan.
"Kamu tidurlah dalam mobil, biar saya nyetir sampai kerumah sakit. Jangan banyak bergerak soalnya nanti perut kamu semakin sakit lagi."
Rangga mengelus rambut mahasiswinya tersebut. Dengan penuh rasa iba, Rangga menggenggam tangan Sherina dan mencium tangannya untuk lebih sabar.
"Oke, Pak." Sherina lalu tidur.
Rangga lalu menyetir namun menyetir dengan pelan-pelan. Jika disetir dengan kencang takut perut Sherina terguncang-guncang merasakan sakit.
"Gimana sudah mendingan?" tanya Rangga membaguskan selimut yang dikenakan Sherina di badannya.
"Sudah, Pak. Namun masih nyeri banget sama kayak ada luka," kata Sherina menahan sakit.
"Ini kita bentar lagi sampai kerumah sakit Sherina ... Kamu sabar saja, Sherina. Kamu pasti bisa sembuh." Rangga mengelus rambut Sherina lagi, sambil tersenyum.
lanjuut thor...