Dear My Ex Husband..
Terimakasih untuk cinta dan luka yang kau beri..
Mario menemukan sepucuk surat dari mantan istrinya sebelum pergi, dua baris kata yang entah mengapa seperti mengandung misteri untuknya..
Mereka berpisah baik- baik bahkan sampai mantan istrinya akan pergi mantan istrinya masih mengungkapkan bahwa dia mencintai Mario..
...
Kebodohan yang Namira lakukan adalah menikmati malam bersama mantan suaminya, hingga Namira menyadari apa yang dia lakukan menyakiti dirinya sendiri.
Apalagi saat mendengar kata- kata dari mantan suaminya..
"Aku harap dia tumbuh, untuk menjadi bukti cinta.." katanya sambil mengelus perut Namira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu
"Benar, tapi bukankah kamu bilang Rivano bukan anakmu?, aku hanya meminta dahulukan anak kamu dibanding anak orang lain.."
"Aku akan berusaha." Mario mengepalkan tangannya, dia masih memiliki janji pada Erina untuk datang kapan saja jika Rivano mau.
Bagaimana jika nanti dia tak bisa menepati janjinya pada Namira, dia tak tahu situasi macam apa yang akan Mario tinggalkan demi Rivano, dan Mario tak bisa mengelak.
"Jawaban kamu buat aku kecewa.." Namira terkekeh pilu "Kamu sendiri bahkan tidak yakin bisa melakukan itu bukan?"
"Sama seperti dulu, kamu tetap tidak bisa tegas.. lalu kenapa aku harus mengatakan bahwa Juni anak kamu, pantaskah kamu menjadi ayahnya?" Mario merasakan dadanya tertusuk dengan ucapan Namira, begitu tak pantasnya kah, dia menjadi ayah untuk Juni "Sudah kubilang kita harusnya jalani hidup kita masing- masing Mario!"
"Lalu aku akan terus tidak tahu bahwa aku memiliki anak, kamu tega sekali padaku Nami,"
"Meski aku tidak bisa menjamin, aku akan berusaha memenuhi janjiku untuk mengutamakan Juni, hanya saja untuk saat ini.. beri aku waktu karena janjiku pada Erina."
....
Namira menyandarkan dirinya di sandaran kursi dia sudah dalam perjalanan pulang namun pikirannya terlalu kalut, semua hal yang terjadi di masa lalu seolah berputar di kepalanya, bisakah Namira mempercayai Mario kini..?
Sedangkan dulu saja Mario yang terlihat meyakinkan pun menyerah begitu saja, bisakah Mario menepati janjinya..?
...
Flashback..
"Mas, apa yang akan kamu lakukan jika keluarga kamu tidak menyukaiku?" Namira bertanya dengan gugup, pasalnya Mario membawanya untuk di perkenalkan ke keluarga Mario.
"Aku akan tetap memilih kamu, dan aku akan berjuang meluluhkan mereka.." Dengan yakin Mario berkata genggaman tangannya mengerat.
"Sungguh?" Mario mengangguk. "Jika begitu aku tidak akan takut.." Namira tersenyum "Aku juga akan berjuang agar keluarga kamu menyukaiku.." Namira meyakinkan diri demi menghalau debar jantungnya yang terus berdebar, saat ini mereka sedang berada di rumah Mario untuk menemui orang tua Mario untuk mengatakan niat seriusnya dan memperkenalkan Namira pada keluarganya.
Namira yang terlahir dari keluarga biasa saja dan di hadapkan dengan keluarga Mario yang jelas jauh berbeda dengannya tentu saja gugup, melihat rumah besar Mario, Namira seperti melihat dirinya begitu kecil.
"Rio.." Seorang wanita paruh baya menghampiri dengan senyum tersungging di bibirnya.
Mario segera bangun dan memeluk ibunya "Mama senang kamu pulang." selama ini Mario tinggal di apartemen dan jarang pulang, hingga Mamanya sangat senang melihat putranya pulang.
Namira melihat Mario yang masih berbicara dengan ibunya yang sama sekali tak melihat ke arahnya, untuk sesaat Namira merasa dirinya tak kasat mata, hingga Mario menggenggam tangannya dan menyadarkannya kembali.
"Oh ya, Ma. Kenalkan ini Namira pacarku" Namira tersenyum canggung lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Olivia Khaira, istri dari pengusaha kaya Jonathan Michael Andreas, sekaligus ibu dari Mario itu menatap Namira penuh selidik "Mama gak tahu kamu punya pacar, padahal Mama mau jodohkan kamu sama anak teman Mama, tapi gak masalah, pacaran belum tentu menikah bukan?" Namira tertegun sedangkan Mario mengerut tak suka.
"Justru karena aku berniat serius makanya aku bawa Nami ke sini Ma.."
"Aku ingin menikahi Namira, dan kami sudah dua tahun berpacaran.."
Olivia memutar matanya, lalu duduk di sofa di ikuti Mario dan Namira yang duduk dengan canggung.
"Kamu lulusan apa?"
"Ayah kamu punya perusahaan apa?"
Harusnya saat itu Namira menghentikan niatnya untuk menikah dengan Mario, karena sejak awal Ibu Mario menunjukan ketidak sukaan nya pada Namira, namun Mario terus meyakinkan jika mereka pasti bisa meluluhkan hati orang tuanya, apalagi jika mereka berhasil melahirkan cucu untuk mereka.
Namira pun menuruti Mario untuk segera menikah, dan entah apa yang Mario katakan hingga dia bisa membawa orang tuanya datang untuk melamarnya lalu mereka menikah.
Setelah menikah Mario membeli rumah untuk mereka tinggali, Mario benar- benar membuat hidup Namira nyaman di istana mereka, pekerjaan Mario yang memimpin salah satu perusahaan milik keluarganya menjadikan Mario bisa dengan mudah memanjakan Namira, dengan membelikan barang- barang mewah dan mahal, tak jarang pula Mario menunjukan cintanya lewat hal- hal romantis seperti membawa bunga saat pulang bekerja, makan malam romantis, bahkan berlibur ke berbagai negara di sela kesibukannya.
Kehidupan rumah tangga Namira dan Mario berlangsung bahagia hingga satu tahun pernikahan, Ibu Mario mulai mempertanyakan keturunan di antara mereka, dan Namira terlihat cemas karena hingga kini di usia pernikahan yang ke dua Namira tak kunjung memiliki keturunan.
"Kenapa sih, sayang. kok cemas begitu?" Mario mengancing kemejanya lalu memakai jam tangannya, penampilannya sudah rapi mereka hendak berkunjung ke rumah orang tua Mario dimana Olivia sedang merayakan ulang tahunnya.
Namira juga sudah tampil cantik dengan gaun berwarna hitam selutut membalut tubuhnya, namun raut murung nampak jelas dari wajahnya hingga membuat Mario khawatir "Sejak tahun lalu Mama selalu tanya soal anak Mas, aku suka gak enak hati kalau mau jawab.."
Mario berjongkok di depan Namira yang duduk di tepi ranjang "Yang menjalaninya kan kita, gak usah terlalu terburu- buru, gak usah di dengerin Mama memang begitu.."
"Kamu tahu Mas, Mama suka ngomong di depan banyak orang apalagi sekarang semua orang pasti hadir.."
"Kamu gak nyaman?, ya sudah kita tidak perlu datang." tak masalah bagi Mario dia akan berikan hadiah untuk Mamanya keesokan harinya, jika itu bisa membuat Namira merasa nyaman.
Namira menggeleng "Ini hari ulang tahun Mama, gak mungkin kita gak datang kan?"
"Lalu aku harus bagaimana?" Mario masih berkata dengan lembut, tangannya menggenggam tangan Namira.
"Disana nanti kamu jangan jauh- jauh dari aku, kamu tahu aku gak bisa melawan Mama.." Namira merengut dan Mario terkekeh lalu mengangguk.
"Okay.."
...
Like..
Komen..
Vote..
sungguh km mmbagongkn...
g masuk akal bgt km mario....
bakal nyesel km mario... klo tau setelah namira km ceraikan.... trnyata dia mngandung ankmu....