Cinta Sang Ceo

***

Sore itu, setelah ke pergian Alexander... Catya memutus kan untuk keluar dari apartemen itu, ia membawa tas selempang dan mulai membuka pintu. Saat pintu apartemen nya di buka, Catya malah dapati beberapa pria plontos bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam telah berdiri tegak di luar apartemen nya.

"Ahem..." Catya terbatuk-batuk. Beberapa pria itu pun langsung menoleh ke arah wanita cantik itu "Nona, maaf... Anda tidak boleh keluar dari apartemen Anda sembarangan" Jelas pengawal.

"Tunggu, siapa kalian? kenapa kalian melarangku keluar dari rumah... tuan Alexander saja tak pernah melarang ku kemana pun aku pergi!" Bentak Catya marah

Para pria itu mulai saling menatap satu sama lain "Tunggu sebentar, saya akan menghubungi tuan Tio dulu" Jelas Salah satu pengawal.

"Lama... saya sedang ada janji dengan teman baik saya... jadi tolong jangan menguras waktu deadline saya" Jelas Catya menekan para pegawal itu.

"Tapi nona..." Para pria itu ragu.

"Saya sedang ada hal penting yang harus saya selesaikan..." Ucap Catya melangkah cepat dan lekas berlari ke arah lift.

Tapi para pria plontos yang tampak seperti bodyguard itu terus mengikuti langkah Catya. Di bekali peralatan canggih ala mata-mata, para pengawal itu saling tukar informasi dan mengontak satu sama lain. Hingga setiap pintu Lift di jaga dengan baik.

Di dalam lift...

Catya tegah berdiri seorang diri dengan perasaan yang cukup kacau. Apa lagi, kini ia memiliki gadget di tangannya. Apapun informasi yang ia dapatkan adalah tentang kabar panas bahwa Kaishar akan segera menikah beberapa hari lagi. Berita yang beredar sangat luas itu membuat nya sangat dilema.

'Sial. Mereka bahkan tidak mengundangku sama sekali..." Bathin Catya berkecamuk. Bahkan karna kesal, ia sampai meremas ponsel pemberian Alexander dengan sangat keras.

"Baiklah... jika mereka tak mengundang ku, setidaknya hari ini aku harus mengucapkan kata selamat pada Casandra dan Kaisar" Gumam Catya.

Padahal Catya sangat lapar dan ingin sekali makan sesuatu, tapi... karna Catya sangat penasaran pada kabar kelurga yang telah mencampakan nya, ia pun mulai memutar kakinya menuju kediaman Kusuma.

"Semoga mereka ada di rumah hari ini" Gumam Bathin Catya.

Tink! Pintu Lift pun mulai terbuka dan Catya pun keluar dengan lugas. Tapi entah kenapa, meski Alexander tak ada di sampingnya... ia merasa sangat tertekan.

'Tuan Alexander sedang tak ada di Indonesia... tapi kenapa aku merasa tidak leluasa saat melangkah. Ahhh... mungkin ini hanya perasaanku saja" Bathin Catya menggumam. Mungkin perasaannya tepat jika saat ini ia merasa bahwa dirinya seperti telah di ikuti seseorang.

Sampailah di front apartemen elit itu. Ia lekas melangkah menuju area keluar dari lingkungan apartemen tersebut. Setelah sampai di luar lingkup apartemen tersebut, Catya lekas memesan jasa taksi onlen.

Tak berselang lama setelah memesan sebuah taksi, Taksi pun datang dan menarik Catya menuju tujuannya. Seiring mobil taksi yang di tumpangi Catya melaju, beberapa mobil Mercedes Benz series warna hitam pun mulai mengikuti laju dari mobil yang di naiki oleh Catya.

***

Sepenjang perjalanan, bola mata hazel milik Catya menyimak sekeliling. Betapa terkenal nya sebuah nama yang paling ia rindukan. Casandra, photo adiknya yang masih terbilang belia itu kini akan jadi seorang pengantin di usianya yang sebentar lagi menginjak 19 tahun. Dan pria yang akan ia nikahi itu adalah pria nomber satu di Indonesia. Pria tampan yang saat ini telah mencapai kesuksesan yang luar biasa seperti Orang tuanya.

Pedih memang, tapi sekarang menyesal pun tak ada gunanya. Yang harus Catya terima adalah sebuah kelapaangan dada yang cukup luas.

"Nona... kemana kita akan pergi?" Tanya sang supir.

"Ke kompleks blok B" Jelas Catya. Mobil tersebut pun sampai di area tersebut.

"Silahkan nona..." Ucap sang supir.

Catya turun sembari memberikan beberapa lembar uang untuk sang supir. "Terimakasih ucapnya seraya brlalu. Catya mengangguk diam lalu mulai berbenah, ia merapihkan pakaian dan rambutnya. lalu kemudian melangkah pelan menuju rumah besar yang berdiri puluhan tahun yang lalu hingga memiliki kenangan yang cukup panjang untuk Catya. Tapi bukan kenangan baik melainkan banyak kenangan yang amat sangat mengiris hati.

Sampailah Catya di depan gerbang yang tingginya hampir sepuluh meter " Tink tong!" Meski tangan Catya ragu untuk menekan bel pintu. Akhirnya tangannya berani juga menekan bel tersebut.

"Pzzzzzhhh! Siapa?" Tanya scurity di balik speaker yang tertempel di depan Catya. Bahkan bel tersebut di lengkapi dengan CCTV. hingga tak memungkinkan orang awam tanpa undangan bisa masuk sembarangan ke dalam sana.

"Sa-saya Catya, bisakah saya bertemu dengan ibu dan ayah saya?" Tanya Catya ragu.

"Oh. Non Catya, tunggu sebentar sya akan menanyakannya dulu pada nyonya besar" Balas Sang scurity.

"Baik... jangan lama-lama pak" Pinta Catya.

"Ya. saya akan segera ke sana" Jawab Sang scurity.

Lama menunggu, akhirnya gerbang pun terbuka... seorang wanita paruh baya yang cukup cantik telah terlihat menaiki mobil merah miliknya.

Tin! Tin! Ia membunyikan klakson mobilnya berulang-ulang "Ibu!" seru Catya melambaikan tangannya.

Mobil menghampiri Catya dan kemudian berhenti tepat di depan wanita cantik itu. Kac mobil mulai ia buka dan ia pun melepas kaca mata moddisnya.

"Masuk sekarang..." Ucap wanita paruh baya itu.

"Tapi Bu... aku kangen rumah, bisakah aku singgah sebentar ke sana?" Tanya Catya merengek.

"Di rumah sdang sibuk menyiapkan acara istimewa untuk adikmu jadi... kita makan di luar aja" Jelas ibu Catya.

'Tidak bisakah kedatangan ku sedikit di sambut dengan senyuman? melihat raut wajah ibu saja membuatku sungguh sakit hati. Bathin Catya.

"Catya, apa lagi yang kamu pikirkan! Ayo lekas masuk!" Jelas Sang ibu. Catya pun mengangguk dan kemudian dengan wajah sedihnya. Ia terpaksa masuk ke dalam mobil yang di kendarai ibunya sendiri.

Mobil pun melaju ke arah pusat kota Jakarta...

Bersambung...