Pernikahan yang tidak mendapat restu dari kedua belah pihak keluarga seringkali menjadi konflik batin bagi menantu.
Zakia, gadis yang menikah dengan seorang pria yang meminangnya dengan penuh cinta harus menghadapi liku-liku hidup yang membuat ia begitu tertekan setiap hari karena perlakuan ibu mertuanya yang sangat kejam.
Akankah Zakia bisa menaklukkan ibu mertuanya? Akankah Zakia bisa membungkam Kejulitan ibu mertuanya?
Yuk! Ikuti kisah Zakia selanjutnya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harni zulesta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Kabar Baik
Bryan sangat senang mendengar ucapan Pak Rudin, akan tetapi ia tidak mau terlalu berharap, karena seperti yang dikatakan oleh Pak Rudin bahwa saat ini perusahaan belum bisa menerima karyawan baru. Hasil kinerja yang baik saja belum cukup untuk menjadi jaminan kalau Bryan akan diterima lagi di perusahaan itu.
"Insya Allah, Pak Rudin! Jika rezeki saya dan juga keluarga ada di perusahaan ini, pasti nanti kita akan bertemu lagi di dalam naungan kerjaan yang sama. Saya juga merasa sangat senang selama bekerja di perusahaan ini, Pak! Kita semua sudah lama saling kenal, saya sudah terlalu nyaman sebenarnya, tapi kalau bukan rezeki, pasti ada saja alasan untuk itu, Pak!" jawab Bryan.
Pak Rudin dan Pak Danang mengangguk menanggapi perkataan Bryan, mereka juga tahu kalau Bryan adalah seorang pekerja keras dan gigit. Jika ia sudah menekuni suatu bidang, maka Bryan tidak akan berhenti sampai pekerjaan itu selesai dan berhasil.
"Baiklah, Pak Bryan! Jika nanti ada kebijakan baru, saya akan segera menghubungi Pak Bryan. Sekali lagi terima kasih untuk jasanya selama ini, Pak!" ucap Pak Rudin lagi.
Bryan mengangguk, setelah itu ia berdiri dan pamit.
"Terima kasih juga untuk semuanya, Pak Rudin! Kalau begitu kami permisi dulu, saya harus kembali ke rumah sakit sesegera mungkin, Pak!" ucap Bryan.
"Saya juga pamit, Pak Rudin! Terima kasih untuk semuanya!" Pak Danang ikut pamit.
Setelah itu Pak Danang dan Bryan pamit dari ruangan itu dengan perasaan bahagia, meski mereka belum membuka dan mengetahui berapa isi amplop itu, tapi keduanya sudah seperti mendapat durian runtuh sekebon.
"Ayo, Pak Bryan! Saya antar lagi ke rumah sakit, kasihan istri Bapak pasti sudah lama menunggu," Pak Danang menawarkan bantuan.
"Terima kasih banyak, Pak Danang! Jika Pak Danang tidak ada di depan rumah sakit tadi, mungkin saat ini saya belum bisa sampai di kantor ini, Pak!" sahut Bryan.
"Tidak perlu berterima kasih, Pak Bryan! Seharusnya saya yang berterima kasih, karena dengan bertemu Pak Bryan, saya bisa mendapatkan rezeki hari ini. Kebetulan hari ini penumpang sepi, Pak! Jadi saya memutuskan untuk mangkal di depan rumah sakit saja, alhamdulillah bertemu Pak Bryan!" sahut Pak Danang.
"Inilah takdir, Pak Danang! Kita tidak tahu kapan kita akan bertemu dan juga berpisah. Rezeki juga demikian, saat kita tidak tahu lagi ke mana akan mengadu nasib, Tuhan selalu memberikan jalan," balas Bryan.
Bryan menyesal karena telah sempat berburuk sangka pada takdir, Bryan tidak berhenti untuk mengucapkan rasa penyesalan dalam hatinya karena sudah bersikap demikian. Sikap kurang bersyukur seringkali dilakukan oleh sebagian manusia dan selalu menutupi takdir yang diberikan kepadanya. Itulah yang sempat dirasakan oleh Bryan sebelum akhirnya ia menerima kabar baik dari Pak Rudin.
*****
"Assalamu'alaikum, Dek!" ucap Bryan ketika ia sudah sampai di rumah sakit dan langsung menuju ke ruangan rawat istrinya.
Bryan sengaja menemui istrinya terlebih dahulu untuk menggambarkan berita baik ini sambil memberikan amplop itu kepada Zakia agar Zakia membuka amplop itu pertama kali. Bryan ingin menyerahkan semua isi dari amplop itu kepada istrinya.
"Waalaikumsalam, Mas! Mas dari mana kok baru datang apa terjadi sesuatu kepada Mas?" tanya Zakia dengan wajah yang sangat khawatir.
Tapi senyum sumringah di wajah Bryan, membuat Zakia terheran-heran.
"Mas!"