Cinta yang di awali kebencian Leon dengan seorang wanita yang bernama kirani, wanita yang berasal dari golongan orang yang tidak mampu. Sedangkan Leon yang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, akan kah kisah cinta berakhir bahagia… Jika penasaran baca kisah lengkapnya di novel ini ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Mita dan Lina.
“Ingat pak Leon yang terhormat besuk pagi kita berangkat ke kota S, dan saya tidak ingin anda terlambat.” Kirani menatap Leon yang memalingkan wajahnya, dia sangat engan menatap kirani yang semakin lama semakin terlihat mempesona di pandangan mata Leon.
“Hmm…” jawab Leon sekenanya, dia memilih membaca beberapa berkas di atas meja dari pada harus menatap kirani.
Melihat lelah yang tampak acuh, rani memilih segera pergi dari kantor Leon. Dia akan kembali ke ruang kerja Thomas, karena dia sudah menyampaikan pesan thomas untuk memberitahu Leon.
Sedangkan tanpa rani ketahui Thomas telah memberitahunya terlebih dahulu, sebelum dia menyampaikan pesan Thomas ke Leon.
“Nyebelin si singa itu, nyebelin.” Rani menghentak hentakkan kakinya kesal, dia memilih melampiaskan kekesalannya di lantai cepat ruang kerja Leon.
“Apa yang kamu lakukan rani…?” Tanya salah seorang karyawan di bagian pemasaran.
“Eh… mbak Mita, ini anu aku…”
“Wuih… ternyata benar kamu, tadinya aku sangka siapa.” Ucap Lina yang berada di samping Mita.
“Makin cantik aja kamu ran, setelah naik jadi asisten pribadi pak Thomas. Apa jangan jangan kamu juga jadi teman tidur pak Thomas ya… hahaha…” ucapan ketus Mita membuat rani sakit hati.
“Bener juga, eh… di gaji berapa kamu ran, pasti dobel dobel dong. Melayani di kantor sama melayani di kasur.” Lina tak kalah ketus berucap membuat rani tanpa sengaja meneteskan air matanya.
“Saya… saya tak serendah itu mbak, saya hanya sekedar jadi asisten pribadi saja.” Jawab rani terdengar gugup.
“Halah… aku tidak percaya, mana ada seorang ceo mau dengan rela mempermak asisten pribadinya yang dulunya seorang OB sekarang jadi bak bidadari kalau tidak ada tujuan lain.”
“Benar kata Lina, pasti kamu di suruh jadi pelayan nafsunya dia kan.”
Ucapan yang keluar dari mulut kedua wanita itu membuat rani terdiam dan tidak bisa menjawabnya sama sekali, dia merasa sangat di sudutkan oleh Lina dan Mita.
“Saya permisi dulu mbak, mari mbak…” rani berlalu pergi begitu saja tanpa membalas ucapan Mita dan Lina, dia memilih segera menjauh dari pada sakit hati menerima hinaan dari ke dua wanita ular tersebut.
“Lah main nyelonong aja tuh anak, udah di tunggu sama majikan kamu ya buat nge layananin dia.” Sidir Lina sambil menatap kepergian rani.
Isakan tangis rani terdengar sangat memilukan hati, dia berjalan di antara lorong yang terlihat sangat sepi. Melihat pintu darurat yang ada di sebelah kanan posisi rani berdiri, dengan segera dia masuk kedalam.
Kirani menumpahkan segara masalah yang menghimpit perasaannya, dia berteriak ke kencang mungkin. Karena dia yakin jika tidak ada satu orang pun di dalam tangga darurat tersebut.
Leon yang ingin ke ruangan Thomas untuk menyerahkan berkas milik pt angkasa, berjalan dengan sangat santai sambil memasukkan satu tangannya. Sebenarnya bisa saja dia menyuruh sekertarisnya, tapi dia enggan karena ingin membicarakan sesuatu dengan kakaknya tersebut.
Saat akan sampai Leon mendengar suara seorang wanita yang sedang menangis terisak, di sebuah pintu Leon menempelkan telinganya untuk memastikan jika suara itu adalah suara seorang manusia bukan hantu.
“Sepertinya aku kenal suara itu, mungkinkah…” batin Leon menerka, perlahan dia membuka pintu tersebut. Leon memasukan kepalanya melihat siapa orang yang ada di dalam tangga darurat tersebut.
“Hiks… hiks…” rani masih terisak, dia masih belum bisa menghentikan tangisannya.
“Rani…” lirih Leon melihat rani yang duduk di salah satu tangga darurat, dia menyembunyikan wajahnya diantara kakinya yang dia tekuk.
“Hei… kirani…” panggil Leon sambil mendekatinya, perlahan rani mendongakkan kepalanya melihat ke arah Leon yang menatapnya tajam.
“Pak Leon…” jawab rani segera membersihkan bekas airmatanya di kedua pipinya.
“Kenapa kamu… apa yang terjadi.” Leon duduk di samping rani, dia penasaran dengan apa yang terjadi dengan rani saat ini.
“Tidak… tidak apa apa, kenapa anda ke sini…?”
“Oh… tadi aku dengar suara wanita menangis, aku kira itu kunci nggak tahunya itu kamu.” Leon tersenyum sekilas, dia tahu memang ini bukan saatnya untuk bercanda.
“Kunti… memang disini ada hantunya pak.” Rani mendekatkan dirinya ke samping Leon, kini tubuh rani dan Leon saling berdekatan dan lengan mereka pun saling menempel satu sama lain.
Melihat rani yang terlihat takut, Leon berfikir ingin mengisengi rani.
“Kamu tahu, jika di tangga ini sering terdengar suara seorang wanita berteriak kalau malam. Aku dengar petugas keamanan sering mendengarnya ketika mereka masuk Shit malam.
“Benarkah…” rani semakin mendekat, Leon tertawa geli melihat reaksi dari kirani.
“Kalau begitu kita pergi aja dari sini pak.” Rani langsung berdiri tanpa mempedulikan Leon, dia segera memutar tubuhnya agar bisa segera keluar. Tapi naas bagi rani, saat akan berjalan kakinya yang terasa lemas karena duduk sedikit lama di tangga menjadi sangat lemah untuk di gerakkan.
Rani hampir terjatuh, sedangkan Leon yang menyadarinya segera menolong rani. Dia segera berdiri dan memeluk tubuh rani, tak enggak wajah mereka saling menempel satu sama lain.
Detak jantung rani dan Leon sama sama saling tidak beraturan, sekitar sepuluh menit mereka saling bertatapan. Sampai atensi mereka teralihkan saat mendengar suara pintu di lantai bawah terbuka, rani yang terlihat panik segera melepaskan tangannya dari pundak Leon.
“Terima kasih pak Leon, anda sudah menolong saya.” Rani segera berjalan menuju keluar pintu darurat, dia segera berlari ke ruangan Thomas.
Leon tersenyum senang melihat reaksi yang di berikan rani tadi saat melepaskan tangannya dari bahu Leon, dia dapat melihat wajah rani yang tampak memerah entah karena malu atau karena yang lain.
“Lucu dan imut…” batin Leon berjalan keluar.
Dia berjalan menuju ke ruangan Thomas setelah membetulkan penampilannya, saat tiba di depan pintu ruang kerja Thomas Leon dengan segera mengetuk pintu tersebut,
“Masuk…” suara Thomas terdengar lantang dari dalam.
“Hei kak…” sapa Leon perlahan masuk ke dalam, dia tidak langsung mendekati Leon tapi mencari keberadaan rani yang tak terlihat.
“Duduk Leon.” Ucap Thomas memberi perintah.
Leon yang tidak mendengar Thomas masih celingukan mencari rani, Thomas yang melihat tingkah Leon segera bertanya karena penasaran.
“Kamu cari siapa…?”
“Oh… tidak kak, kak Thomas sendiri di sini.” Leon menyerahkan berkas yang dia bawa ke depan Thomas.
“Iya… kirani dari tadi keluar, tapi sampai saat ini belum juga kembali.” Leon dengan santai menjelaskan sambil membaca berkas yang di berikan Leon.
Leon menautkan kedua alisnya, dia penasaran di mana perginya kirani saat ini. Bagaimana bisa dia belum masuk ke ruang kerja Thomas.
“Jangan lupa besok kamu dan rani harus pergi ke kota S, aku mohon kamu agar bisa menanggani masalah di perusahaan cabang.”
“Aku usahakan…”
Terdengar bunyi suara ketukan dari pintu, Thomas tersenyum senang dia tahu siapa orang di balik pintu tersebut.
“Masuk kirani…”
Leon yang terkejut melihat Thomas yang bisa tahu siapa yang mengetuk pintu sampai menautkan alisnya heran, dia meliaht jika benar kirani yang membuka dan masuk kedalam.