Karena perubahanku, pantaskah kalian menghina?
Bukankah aku seperti ini, lantaran telah melahirkan penerus keluarga!
"Seharusnya, Mas membelaku! Bagaimanapun, aku ini adalah istrimu. Jika, bukan suami ... siapa lagi yang akan melindungiku? Haruskah, aku mencari tempat perlindungan lain? Apakah itu maumu, Mas Azam!" Lika.
"Kita ini hanya seorang anak, sudah seharusnya kita mengalah!" Azam.
Mampukah, Lika bertahan atau memilih pergi dari sisi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30. Paksaan Suami Bagian 2
POV AZAM.
Aku yang sontak merasa geram lantaran, Lika terus menerus menjawab setiap ucapanku.
Sehingga, aku mendorong raganya hingga membentur dinding. Aku menatap wajah itu lekat dan intens.
Sialnya, semakin kupandangi, maka bagian di bawah sana semakin tegang. Pusat tubuhku semakin terbakar. Birahiku memuncak, aku butuh penyaluran segera. Lagipula apa salahnya? Toh, Lika adalah istriku yang dah dan halal.
Aku membayangkan jika istriku ini memiliki bentuk tubuh sebagus milik, Jelita. Ah, betapa luasnya aku malam ini. Tiba-tiba, aku sudah membenamkan kedua bibirku pada ceruk lehernya. Kuhirup aromanya yang wangi, hingga tanpa sadar aku telah menyesap kulit lehernya yang putih bersih itu. Aku tersenyum, di saat tanda kepemilikan ku telah menjadi sebuah stempel khas.
Namun, aku seketika kaget ketika, Lika mendorong tubuhku. Apa-apaan dia? Apa saat ini istriku tengah menolak suaminya sendiri? Apa sekarang Lika sudah berani menolak ku ? Tidak, aku tidak terima penolakan! Bukankah, dia yang mengundangku lantaran rindu? Ya sudah pasti, dia teramat rindu padaku hingga melakukan hal ini. Berdandan cantik untuk berniat menggodaku. Baiklah, akan kabulkan keinginannya. Meskipun, dirinya pura-pura menolak.
Aku kembali menarik raganya dan ku majukan wajahku untuk menciumnya. Diri ini sudah tidak tahan melihat bibirnya yang merona itu. Sudah lama aku tidak merasakan bibir Lika. Sesapan dan pagutannya itu sangatlah nikmat. Bahkan, ciuman dari Jelita tidak ada apa-apanya. Janda itu, terlalu bernapsu sehingga menghilangkan seni dari berciuman itu sendiri. Mungkin, dia terlalu sering menonton film biru.
Sementara, Lika. Ku akui istriku ini sudah cukup jago dan memuaskan ku di atas ranjaang. Hanya saja apa yang kamu lakukan terlalu monoton. Secara visual ia tidak lagi menarik untuk di pandang. Karena itulah aku lebih memilih mematikan semua lampu saat bermain dengannya. Agar aku puas membayangkan visual wanita lain untuk memancing hasratku.
Tapi, kalau soal rasa. Tidak dapat ku pungkiri. Meskipun, telah melahirkan dua kali. Tapi rasanya tidak terlalu berubah banyak. Istriku ini masih langit dan menggigit. Ini adalah satu rahasia yang tidak di ketahui oleh kawan-kawan ku. Sebab, ku dengar dari kisah mereka bahwa istri-istri mereka kebanyakan seperti jalan tol.
Ah, setidaknya nasibku tidaklah terlalu buruk.
Lika terus menghindar dariku. Membuat emosi ini semakin memuncak. "Ingat dosa, Lika! Menolak suami maka mau akan di laknat sampai pagi!" ujar ku yang sudah semakin kesal. Tidak taukah dia jika gairahku sudah ada di puncak saat ini. Karena itulah aku menarik lengannya.
Ku ajak dia ke kamar yang di siapkan ibu di samping, antara perbatasan rumah ibu dan rumah kami. Bangunan tempat tinggal ku itu memang terhubung. Hanya bersekat gorden di setiap pintu. Kecuali, Lena yang memiliki bangunan rumah sendiri. Kebetulan malam ini, Ibu tengah menemani Lena, tidur di rumahnya dan ayah. Secara diam-diam pergi entah kemana.
Sebenarnya aku berniat mengunjungi kemana ayah pergi malam ini. Hanya saja, tadi Lika justru memanggilku untuk membicarakan sesuatu. Jadilah kecurigaanku terhadap ayah tertunda. Aku akan menguliknya, jika besok lagi ayah tidak pulang.
"Kamu, mau ajak aku kemana, Mas?" tanya Lika yang heran. Karena aku telah membawanya masuk ke sebuah kamar. Lalu ku kunci pintu kamarku itu. Kebetulan kamar ini kedap suara, sehingga malam-malam kemarin aku bebas melakukan hubungan seksual via telepon dan Vidio call oleh Jelita.
"Ini kamar ku, kita akan aman jika melakukannya di sini. Kamu pasti menginginkannya juga kan, Lika. Lagipula, saat ini aku sudah mampu membuatmu mendesah dengan hebat. Tanpa takut terdengar kedua anak kita. Jadi, tenang dan nikmatilah," ucapku, seraya melepaskan kaus yang menutupi tubuh bagian atasku.
Ku lihat wajah Lika menampakkan ketakutan. Seperti baru melakukan malam pertama saja. Sungguh menggemaskan, membuatku semakin bergairah. Karena itulah, langsung saja ku tindih tubuhnya agar tidak terlepas lagi.
"Mas, bagaimana jika nanti di dengar oleh ayah dan ibu?" tanya Lika dengan semburat kemerahan di kedua pipinya. Haihh, kenapa istriku jadi malu-malu kucing seperti ini. Padahal kami sudah lebih dari enam tahun bersama.
Sedangkan, Jelita saja yang baru kukenal sudah sangat agresif. Membaut adrenalin ku berpacu acapkali bertemu dengannya. Membayangkan bentuk tubuh dan juga keinginan terpendamnya yang ingin aku lakukan pada tubuhnya.
Seandainya, Lika yang bertindak dan bersikap seperti itu. Mungkin, hubungan kami tidak akan hambar dan monoton.
Aku terus memajukan wajahku, seraya memandangi bibir penuh milik Lika yang merekah seakan memanggilku untuk memberi pagutan hebat padanya. Tapi ...
"Apa itu, Mas!" Lika sontak mendorong tubuhku yang berada di atas badannya dengan kencang dan kuat.
Kedua mataku membola melihat bukti tercecer di pojok kasur.
Mati aku!
Kenapa aku lupa untuk menyimpannya kembali!
"Jelaskan apa ini, Mas!" Dengan berani, Lika, istriku, melempar beberapa lembar foto ke wajahku. Berikut sebuah alat bantu yang dilemparkan dengan keras ke atas lantai.
...Bersambung ...
terimakasih ya kak ❤️❤️❤️❤️