Aleena terpaksa harus menolak perjodohan karena dirinya sama sekali tidak menyukai laki-laki pilihan orang tuanya, justru malah tertarik dengan sekretaris Ayahnya.
Berbagai konflik harus dijalaninya karena sama sekali tidak mendapatkan restu dari orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13#Penjelasan
Aleena yang baru saja turun dari mobil, ia takjub dengan kantor yang selalu menjadi aktivitas ayahnya. Selama ini Aleena sama sekali belum pernah datang ke tempat kerja orang tuanya.
"Jadi ini kantornya Papa? Wah, bagus banget gedungnya!" gumam Aleena sambil melihat-lihat dan celingukan, seolah-olah baru pernah melihat gedung sebesar itu.
"Hei, karyawan baru ya?" sapa salah seorang karyawan tengah mengagetkannya.
Aleena langsung menoleh. Sudah niatnya dari awal untuk kerja sebagai karyawan magang, Aleena pun mengangguk.
"Emmm- i-iya, saya karyawan baru, karyawan magang di kantor ini," jawab Aleena sedikit terbata-bata.
Kemudian, datang salah satu karyawan karena penasaran.
"Aleena!"
Seketika, serasa jantungan ketika dikagetkan. Lalu mengatur napasnya yang mendadak shock.
"Kak-kakmu siapa?"
"Aku Vivian. Masa lupa sih sama aku, kita kan satu geng dulunya. Kamu, aku, terus Renia. Kamu apa kabarnya? tambah cantik banget aja kamunya."
"Aku gak ingat kamu, juga siapa tadi?"
"Renia,"
"Iya Renia, aku tidak ingat juga, soalnya aku lupa ingatan, dan tidak bisa ingat kamu,"
"Kamu lupa ingatan? kenapa bisa? jatuh? atau..."
Vivian menatap sedih ketika sahabatnya kehilangan ingatannya. Lalu memeluknya dengan erat, sekian lama setelah lulus sekolah dirinya tidak lagi bertemu. Aleena berusaha menerima kehadiran Vivian sebagai teman barunya, meski katanya teman masa sekolahnya dulu.
"Eh iya, ah gak jadi."
"Apanya yang gak jadi?"
"Gak apa-apa, kamu karyawan baru kah di kantor ini kah?"
"Iya, aku jadi karyawan magang disini."
'Gimana reaksinya sekretaris Devan ya, kalau bertemu sama Aleena. Sedih banget pastinya kalau tau Aleena lupa ingatan. Ah iya, mending aku kasih tau aja sama sekretaris Devan, biar gak kaget ketika bertemu," batinnya.
"Kamu kenapa bengong?"
"Enggak apa-apa, ayo kita masuk kedalam, nanti kena marah sama pimpinan perusahaan kalau telat masuk,"
"I-iya,"
Vivian segera mengantarkan Aleena ke ruang kerja bagi karyawan magang. Setelah itu berniat untuk menemui sekretaris Devan.
"Aleena, kamu disini dulu ya, aku mau ada sesuatu yang penting, nanti aku kesini lagi," ucapnya, Aleena cuma bisa nurut apa kata Vivian yang katanya sahabat dimasa sekolah.
Karena takutnya nanti sekretaris Devan shock bertemu Aleena, ia segera memberitahukannya terlebih dahulu.
Pelan-pelan Vivian mengetuk pintunya.
"Masuk, tidak dikunci pintunya." Sahut Devan yang tengah membereskan meja kerjanya.
Kemudian, Vivian segera masuk. Sambil membereskan, Devan menoleh ke arah pintu untuk melihat siapa orangnya.
"Vivian, ada apa?" tanya Devan menata beberapa tumpukan map yang ia susun dengan rapi.
"Emmm mau ngasih tau soal pacarnya sekretaris Devan,"
Seketika, Devan langsung mendongak dan menatap Vivian.
"Maksud kamu?"
"Masa sih gak tahu? Si Aleena, pacarnya sekretaris Devan, masa iya gak ingat? Dia sekarang jadi karyawan magang di kantor ini!"
Devan langsung mengedarkan pandangannya ke sembarangan arah. Ia mencoba untuk mengatur napasnya ketika hendak menjelaskan hubungannya dengan Vivian.
"Aleena lupa ingatan, kamu sudah tahu? dia juga sudah menikah."
"Apa? Aleena sudah menikah?"
"Biarkan aku bicara sampai selesai, jangan memotong pembicaraan ku. Aleena sebenarnya putri dari pemilik Perusahaan Puri Mandiri, yang dimana kantornya yang sekarang ini menjadi tempat kerja kita. Aleena mengalami kecelakaan saat selesai sekolah, dia mengalami cidera pada ingatannya."
Vivian begitu shock mendengarnya. Ia masih diam, dan mendengar kelanjutan ceritanya.
"Hubungan kami berakhir tanpa penjelasan. Kami memiliki janji untuk bertemu, Aleena akan memperkenalkan aku pada keluarganya. Namun, dia tidak datang. Aku pikir dia hanya bercanda, cinta anak sekolah yang tak serius. Setelah itu, aku sering mengunjungi tempat yang dulu sering kami datangi bersama. Suatu hari, aku bertemu dengan kakak kandung Aleena di rumahnya. Aku terkejut melihat Aleena ada di sana, tapi dengan wajah kosong. Kakaknya memberitahu aku bahwa Aleena mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatan. Aku ingin menyapanya, tapi rasa rendah diri membuatku ragu. Aku sadar bahwa status sosial kami berbeda, dan aku tidak berharap lagi."
"Jadi, sekretaris Devan udah tau duluan? kenapa tidak memberitahukan ku soal kabar Aleena?"
"Aku tidak pernah kepikiran sampai disitu, maafkan aku. Setidaknya sekarang kamu sudah bertemu dengannya, dan kamu bisa ngobrol lagi dengannya. Tapi ada satu permintaan ku, jangan membahas soal masa lalunya bersamaku. Biarkan dia ingat sendiri, jangan kamu memaksanya."
"Tapi 'kan, kalian sama-sama cinta, kenapa gak di coba, siapa tahu kalian bisa bersatu lagi."
"Sudah jam berapa ini, kembali ke tempat kerjamu."
"Baik, terima kasih informasinya. Kalau begitu, aku kembali ke ruang kerjaku. Kalau butuh apa-apa ngomong aja sama aku, siapa tahu aku bisa jadi mak comblang buat kalian."
"Gak perlu, sudah sana masuk ke ruang kerjamu."
Vivian pun segera keluar.
Saat mau membuka pintu, rupanya ada Lusia yang hendak masuk kedalam.
"Cih! ngapain kamu ke ruang kerjanya sekretaris Devan. Mau godain orangnya? jangan mimpi!"
"Dih. Siapa juga yang mau godain sekretaris Devan. Justru sekretaris Devan sudah punya pacar yang jauh lebih cantik dan lebih baik dari kamu! weeeeek."
Vivian langsung berlari demi tidak berurusan dengan Lusia, karyawan duta tebar pesona, pikirnya.
"Vivian! awas kamu."
Serasa geram terhadap Vivian, Lusia langsung masuk dan menutup pintunya.
"Mau ngapain kamu ke ruang kerjaku? memangnya kamu gak ada kerjaan?"
"Aku mau nganter bekal buat kamu. Ini, biar nanti kamu gak perlu ke kantin. Aku yang masak tadi, semoga kamu suka."
"Makasih, buat kamu saja. Aku nanti ada rapat, jadi takutnya Tuan Bernio ngajakin aku makan siang, dan sayang kalau tidak dimakan, takutnya nanti basi."
"Tapi aku juga bawa, ini buat kamu,"
"Buat yang lainnya saja, pasti banyak yang mau kok."
"Van! kamu kenapa sih. Perasaan susah banget menerima pemberian dari aku, apa kamu sudah punya pacar?"
"Gak ada hubungannya punya pacar atau tidak. Sekarang kamu bawa lagi bekal kamu, dan kembali ke tempat kerjamu. Hari ini aku sangat sibuk, tolong jangan menyita waktuku yang gak penting."
Lusia kembali kecewa ketika mendapat penolakan dari sekretaris Devan. Niatnya untuk mencari perhatian, juga mengambil hatinya agar tergerak dan jatuh hati padanya, justru harus menerima kekecewaan.