Aku Ayu Wulandari, putri tunggal ibu Sarah dan pak Harto, terlahir dari keluarga tak mampu membuat diri ku harus menjadi jaminan hutang orang tua ku.
di usia ku masih lima belas tahun ayah ku kecelakaan saat dia berangkat bekerja sebagai kuli bangunan,
karena musibah itu ibu ku berhutang kepada pak Yasir juragan ikan kaya raya di kampung sebelah.
karena hutang itu aku menikah dengan Farhan Yasir Maulana, putra tunggal pak Yasir yang sekaligus teman SMA ku dulu.
dia adalah laki-laki tampan dan berasal dari keluarga kaya raya hingga dirinya di sukai banyak wanita di sekolah ku.
meski dia adalah laki-laki kaya raya dan juga tampan tidak membuat ku jatuh hati kepadanya.
bagaimana kisah rumah tangga ku? dengan suami yang tidak aku cintai dan sangat aku benci............
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Di dalam kamar aku menunggu Farhan sembari bermain ponsel, aku melamun membayangkan adegan yang telah aku lakukan dengan Farhan.
Aku senyum-senyum sendiri, membayangkan wajah Farhan ketika kami berhubungan badan. aku senang telah melayani Farhan, walaupun dia tak mendapatkan pera***ku.
Aku sedih melihat Farhan yang menikmati tubuh ku, yang telah di nodai oleh ayahnya. meski aku benci sama Farhan, namun dia tetaplah suami ku, yang harusnya mendapatkan haknya.
Di tengah lamunan ku, Farhan datang dan berbaring di samping ku. jujur Farhan sebenarnya adalah laki-laki baik, hanya saja dia belum mencintai ku.
Aku beruntung menikah dengan laki-laki yang bertanggung jawab seperti Farhan, walau terkadang dia seringkali menyakiti hati ku, namun dia tetap memenuhi kebutuhan ku.
"apa yang kalian bicarakan tadi?" tanya ku pada Farhan yang tengah berbaring di samping ku
"tidak ada, kami hanya bicara seperti anak dan juga ayah pada umumnya" jawab Farhan
"syukurlah, ayah tak mengatakan kalau aku sedang mengandung anaknya" ucap ku dalam hati
"kamu senang melihat aku tak memarahi kamu lagi?" tanya Farhan yang menyampingkan tubuhnya
"iya lah, lagian untuk apa kamu memarahi aku" gumam ku
"hihi, aku senang jika mengolok-olok kamu. lagian memang benarkan, kalau kamu adalah wanita miskin" ujar Farhan yang mulai merendahkan ku
"kenapa kalau aku miskin?, apa orang miskin tak bisa di hargai?, apa orang miskin tak pantas menikahi orang kaya?" aku bertanya
"heeee, santai dong. maaf kalo emang kamu tidak merasa di hargai di rumah ini, lagian walaupun aku tidak menghargai kamu, aku tetap menjalani kewajiban aku untuk menafkahi kamu" ungkap Farhan
"iya, kamu memang memenuhi semua tanggung jawab kamu. tapi tidak adakah rasa cinta untuk istrimu?" tanya ku
"kamu mau di cintai sama aku begitu?" Farhan balik bertanya
"tentu saja, istri mana yang tak mau di cintai oleh suaminya. seorang istri datang ke rumah mertuanya dan meninggalkan ibu kandungnya hanya demi menemani hidup suaminya. apakah tak pantas istri seperti itu mendapatkan cinta suaminya?"
Farhan seketika membisu setelah aku, mengungkapkan isi hati ku yang selama ini merasa tersiksa, selama aku menjadi istri di rumahnya.
"apakah tidak pantas?" tanya ku lagi
"ekhem, sebentar"
Farhan beranjak dari kasur dan melangkah ke arah lemari, aku melihat dia sedang mengambil sesuatu di dalam lemari itu. dan benar saja dia kembali ke atas kasur dengan membawa satu kotak emas murni.
"bangunlah" ucap farhan yang menyuruh ku bangun
Aku bangun dan menatap wajahnya, aku melihat aura laki-laki sombong itu sangat berbeda malam ini. dia seperti bukan Farhan yang kemarin aku kenal. perlahan dia membuka kotak emas itu, mengambil satu kalung dan memasangnya di leher ku.
"kalung itu, aku beli dari luar negri untuk kamu" ungkap Farhan dengan tatapan manja
Perlakuan Farhan malam ini membuat ku merasa salting, laki-laki sombong itu ternyata sangat romantis. dia membeli kalung dari luar negri untuk gadis miskin seperti ku.
"apa kalung ini untuk ku?" tanya ku dengan nada halus
"jika aku memasang kalung itu di lehermu, berarti kalung itu untuk mu, dasar wanita aneh" ucap Farhan yang mulai merasa kesal
Aku merasa bahagia, setelah lama aku tinggal di rumah ini. baru kali ini Farhan memperlakukan aku seperti seorang istri. aku yang sudah merasa bahagia sontak meluk Farhan.
Farhan membalas pelukanku, dengan lembut dia mengelus punggung ku. perasaan bahagia yang tak pernah aku rasakan selama aku menjadi istrinya, kini sudah aku rasakan.
"sudah, tidur sekarang, ini sudah malam. besok aku harus berangkat pagi ke kantor" ucap Farhan yang mulai melepaskan pelukannya
"Iyah" timbal ku dengan malu
Kami kembali berbaring. malam ini berbeda dengan malam-malam sebelumnya, dimana malam ini menjadi malam paling bahagia dalam hidup ku. suami yang sebelumnya bersikap dingin dan seringkali merendahkan aku, kini memberi ku sebuah kenyamanan yang selama ini aku inginkan.
Meski di hari sebelumnya Farhan sering kali memarahi ku, namun aku sudah memaafkan dan mulai menerima dirinya sebagai imam ku.
Aku merasakan, kalau Farhan sudah mulai menerima ku sebagai istrinya. di lihat cara dia memperlakukan aku malam ini, membuat ku yakin, kalo Farhan sudah mulai mencintai ku.
Malam ini aku susah untuk tidur, aku tersenyum sendiri layaknya orang gila. rasanya aku ingin terbang layaknya seekor burung.
Terdengar sedikit alay, namun tak apa. karena selama ini aku tak pernah mendapatkan kasih sayang suami ku, jadi wajar bagi ku segirang ini setelah mendapatkan hak ku sebagai seorang istri.
Jam menunjukan pukul 12 malam, aku masih berbaring dengan melihat ke arah lampu yang terang. mata ku seakan tak ingin tidur, di pikiran ku hanya bayangan Farhan yang tadi memeluk ku.
Di tengah kebahagiaan ku, aku sampai tak sadar tertidur dengan memegangi kalung pemberian suami ku.
....................
"dring,dringgggg" suara alarm yang memaksa ku untuk bangun
Dengan mata yang masih mengantuk, aku bangun dan melihat ke arah samping tempat Farhan berbaring. aku tak melihat suami ku, apakah dia sudah berangkat bekerja.
Dengan setengah tenaga aku beranjak turun dari kasur, aku berlari keluar untuk melihat apakah Farhan sudah berangkat apa belum, aku merasa tak enak terbangun setelah suami ku bangun.
Di ruang tengah aku melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 9 pagi, wajah ku seketika langsung murung, tak biasanya aku bangun sampai sepagi ini.
Aku melangkah ke arah dapur untuk menemui Tante Ida dan bertanya, apakah Farhan sudah sarapan atau tidak.
"Tante" tutur ku
"ett" sahut Tante Ida yang kaget melihat ku
"Tante, apa Farhan sudah sarapan sebelum berangkat ke kantor?" tanya ku dengan nafas yang yang tersendat
"sudah kok yu, tumben kamu bertanya seperti itu, dan tak biasanya kamu tidur sampai jam segini ini" ucap tante Ida yang merasa heran dengan aku yang terbangun di jam 9 pagi
"tadi malem aku habis begadang tante, dan aku tak tau tertidur di jam berapa" gumam ku
"kamu gadangin apa?" tanya tante Ida
"enggak ada tante, cuman aku susah tidur aja kemarin malam" jawab ku
"iya sudah kamu pergi mandi dulu sana, sarapan udah tante siapkan di atas meja"
"iya udah tante, aku mau mandi dulu"
Aku beranjak pergi dari dapur, di setiap langkah kaki ku, aku memikirkan Farhan yang berangkat bekerja sebelum aku terbangun. aku bergegas pergi ke kamar mandi dan tak lupa untuk mengunci pintu kamar ku, aku tak mau kebahagiaan ku hancur hanya karena nafsu ayah mertuaku.
Jadi, penulisan yg benar adlh Farhan bin Abdul Yasir.