GERHANA CINTA

Seperti janjinya sore itu Juna menjemput Rayna ke kantor saat ia sudah ada di parkiran kantor Rayna ia pun segera mengirim pesan kepada istrinya itu.

"sayang abang sudah sampai di kantor kamu, abang nunggu depan lobby ya"

"sebentar lagi aku turun,, tunggu sebentar" jawab Rayna

Tidak lama kemudian Rayna pun turun bersama Arya.

"sampai ketemu besok Rayy" Arya pun berlalu sambil menganggukan kepalanya ke arah Juna.

"Dia sepertinya masih marah sama abang, kemarin waktu abang nyari kamu kesini tidak sengaja abang bentak-bentak dia abang kira dia sembunyiin kamu dari abang"

Rayna melongo mendengar cerita Juna,,,

"Tapi Arya tidak cerita apa-apa sama aku pasti dia sengaja menutupi semua ini, anak itu emang ga mau temenya susah,makanya bang besok-besok emosinya harus bisa di kontrol jangan asal marah-marah ga jelas kan jadi malu sendiri kalo ga sesuai bukti"

Juna hanya tersenyum menanggapi ocehan istrinya tiba-tiba ia teringat sesuatu.

" oh ya sayang sabtu depan ada acara reuni akbar semasa SMA abang dulu, temen-temen tadi udah pada japri langsung wajib datang katanya, gimana kamu mau kan temenin abang"

Rayna tidak bisa langsung menjawab ia ragu, takut kejadian serupa waktu ia di kenalkan kepada temen-temen di kantor bang Juna tanggapanya seperti mencemooh, ia malu jika itu harus terjadi di saat reuni akbar seperti itu.Ia tidak ingin Juna merasa malu punya istri seperti dirinya rasa percaya dirinya kembali down.

"Kalo abang pergi sendiri gimana?aku ga usah ikut aku nunggu aja di rumah"

Juna melihat ke arah Rayna, ia tahu apa yang ada di pikiran istrinya itu.

"Kalo gitu abang juga ga akan pergi, biarin aja toh cuma sekedar reuni akbar biasa ga masalah juga kalo abang ga datang"

Rayna merasa tidak enak hati mendengar ucapan suaminya seperti itu, ia merasa ini bukan salah suaminya tapi permasalahanya dirinya yang tidak percaya diri.

"Ya udah nanti aku temenin".

Akhirnya mereka pun pulang ke rumah mereka seperti biasa setibanya di rumah Rayna maupun Juna langsung masuk ke dalam kamarnya membersihkan diri.

"Sayang malam ini kita jalan-jalan keluar yu sambil makan kita cari angin malam"

"Beneran bang... ahh bahagianya aku sudah lama aku ga keluar malam".

Rayna pun menari-nari saking senangnya ia terlihat sangat gembira, Juna tersenyum melihat betapa gemasnya istrinya itu,padahal sekedar di ajak makan keluar saja bahagianya tapi seperti dapet undian aja.

Juna menarik tangan Rayna yang sedang menari-nari bahagia, Rayna terkejut ketika tubuhnya di tarik masuk ke dalam pelukan Juna, wajah Juna yang dekat dengan wajahnya semakin membuat pipinya berubah merah.

"Abang lepasin ihh.. "

"Gamau,,, kamu tuh gemesin banget sih cuma mau jalan keluar aja udah sebahagia ini" ucap Juna sambil menciun pipi Rayna berkali-kali"

"Walaupun cuman jalan-jalan malam tapi kalo perginya sama orang yang kita sayangi bahagianya itu ga akan bisa di gantiin"

"Emang kamu sayang gitu sama abang, kalo sayang kenapa kemarin-kemarin ninggalin abang?"goda Juna.

Tiba-tiba wajah ceria Rayna berganti dengan wajah sendu ia teringat kembali pada kejadian saat kehilangan anaknya.Melihat raut wajah istrinya yang berubah sendu Juna langsung meminta maaf.

"Maaf sayang bukan maksud abang seperti itu abang cuma bercanda, maaf ya"

"Tidak apa-apa bang aku cuma tidak ingin abang mengingatkan hal itu lagi,, biarlah semua kejadian itu jadi pembelajaran buat kita berdua buat rumah tangga kita"

"Iya,,,abang minta maaf ya sayang,abang janji ga akan ngebahas itu lagi ya sudah kita siap-siap dulu".

Setelah mereka bersiap mereka pun pergi ke pusat kota.Juna memilih restoran yang suasananya romantis.

" Abang apa ga berlebihan kita makan disini, pasti makananya mahal-mahal"

Antara gemas dan ingin tersenyum melihat tingkah istrinya baru di bawa makan ke tempat ini dia banyak protes bilang mahal lah berlebihan lah sebenarnya kehidupan seperti apa yang di lalui istrinya dulu apa begitu sederhanakah??

"Sebelum nikah kamu biasanya kalo makan dimana??apa ga pernah ada yang ngajak kamu makan di tempat seperti ini hemm?"

Mengingat dirinya dan Amanda yang sering makan malam di tempat-tempat mewah sehingga ia penasaran dengan masa lalu istrinya.

Rayna menghela napas panjang sesaat ia terdiam.

"Aku terlahir bukan dari keluarga berada aku bisa lulus jadi sarjana saja sudah jadi kebanggan buat keluargaku, bapak hanya seorang guru di SMA sedangkan ibu dia hanya buka warung kelontong di pasar.

Melihat semangat aku yang ingin melanjutkan sekolah ibu sama bapak berusaha sekuat tenaga untuk membiayai sekolah aku.Kadang sepulang ngajar bapak bantu ibu berjualan di pasar.Abang tau aku bisa masuk di perguruan tinggi negri di Bandung itu karna jalur prestasi dan dapat beasiswa di sana aku awal ketemu elma dan Arya.

Begitu panjang dan terjal perjalanan hidup aku, Elma yang selalu membantu aku di saat bapak dan ibu telat memberikan uang kos dan bekal selama kuliah di Bandung, sampai akhirnya aku diterima di perusahaan tempat aku kerja itu karna Elma dia yang memasukan CV aku dan Arya biar kita sama-sama kerja disana.Dia yang terlebih dahulu masuk ke perusahaan ini.

Sampai bertahun-tahun aku bekerja disana dan bisa merubah sedikit ekonomi keluarga aku,Ibu tidak harus lagi jualan di pasar kita bisa buka toko di depan rumah, aku ga bisa melupakan kebaikan Elma.Jujur selama ini aku tidak pernah merasakan yang namanya pacaran Dulu aku bertekad ingin dulu membahagiakan ibu sama bapa bisa menyekolahkan Rayyan sampai selesai makanya aku tidak kepikiran untuk berpacaran atau menjalin kasih dengan lawan jenis.Bagiku bekerja dan mencari uang sebanyak-banyaknya demi keluarga itu tujuanku saat itu".

Rayna pun menunduk meremas jari-jarinya ini kali pertama ia curahkan perjalanan hidupnya ia ceritakan siapa dirinya kepada Juna.Ada perasaan sedih bercampur malu ia bukanlah wanita berkelas yang sepadan denganya pernikahan ini pun terjadi karna atas dasar orangtua Juna yang menyanyanginya dan menerima dirinya apa adanya.

Juna menatap tajam ke arah istrinya hatinya begitu tersentuh setelah tahu siapa sosok Rayna yang sebenarnya ia begitu bersyukur bisa memiliki wanita berhati malaikat seperti Rayna, tanggung jawab dan kasih sayangnya kepada keluarga tanpa memikirkan dirinya sendiri.

"Sayang... ".

Rayna mendongakan wajahnya melihat ke arah Juna

" Mulai sekarang abang yang akan bahagiakan kamu, jangan pernah merasa kecil hati atau merasa tidak percaya diri tunjukan kalo kamu istri abang, kamu pantas berada di sisi abang,abang ga perduli apa kata orang lain yang penting bagi abang kamu wanita satu-satunya yang abang sayangi".

"Bagaimana kalo Amanda pulang?apa abang akan bicara jujur tentang pernikahan kita"

Juna terdiam sesaat,sudah lama ia memikirkan masalah ini ia tidak ingin ada kebohongan lagi ia tidak ingin menyakiti hati Rayna lagi maka dari itu Juna sudah memutuskan.

"Ya,, abang akan jujur memberitahukan semuanya, Abang tidak akan membohongi siapapun kamu atau Amanda, mau tidak mau dia harus Terima kenyataan ini walupun itu sakit.