NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 2

Di dalam kelas, seorang guru telah memberikan perhatian bahwa ada murid baru yang akan menambahkan isi kelas.

Araya menoleh sejenak ke arah Devan, ingin memberi syarat untuk duduk di bangku kosong—sebelahnya. Namun, helaan napas terdengar, Araya kembali menatap ke depan. Devan tengah mengobrol dan bercanda ria bersama Naya, tidak mungkin dia mengganggu.

Suara langkah kaki terdengar berjalan memasuki kelas. Seorang pemuda, tinggi, dan juga rapi berdiri di depan, membuat bisik-bisikan terdengar jelas.

Bukan berbisik tentang keburukan anak baru, tapi berbisik tentang bagaimana tampannya dia.

"Oke, sekarang perkenalkan dirimu."

Pemuda itu menatap keseluruhan murid yang duduk menatapnya, ada juga yang tengah berbisik-bisik, dan ada juga yang tengah tertidur—mengabaikan hal yang tidak penting opininya.

"Rifan Filipo, itu nama lengkapku," ucapnya datar, tanpa kelanjutan lagi.

Guru yang ada di sebelah Rifan tersenyum sedikit canggung, wanita itu pikir akan ada lanjutan dari perkenalan Rifan ternyata tidak ada.

"Oke, Rifan, sekarang duduklah di bangku kosong."

Rifan mengangguk datar, kemudian melangkah ke kedepan, lurus tanpa adanya ekspresi. Sampainya di bangku kosong, Rifan meletakkan tasnya kemudian duduk. Araya hanya bisa berdehem dan fokus tanpa menoleh ke teman bangkunya sama sekali.

Dari jarak tidak terlalu jauh, Naya melirik Devan. "Devan, kamu harusnya duduk di sebelah Araya. Biarkan Rifan di sini," ucapnya sedikit berbisik.

Devan menatap Naya dengan tatapan tidak suka. "Kenapa? Sudah tidak mau duduk denganku lagi?" tanyanya.

Naya menggeleng dengan cepat, menyentuh tangan Devan dengan lembut kemudian tersenyum. "Aku tidak enak pada Araya, Dev."

"Aih, abaikan dia."

"Bagaimana kalau dia cemburu?" Terlihat Naya merasa tidak nyaman disituasi yang tengah terjadi.

"Aku sahabatnya, Dev," lanjutnya.

Devan menghela napas. "Untuk apa dia cemburu, sungguh kekanakan," ucap pemuda itu kesal.

"Naya, Devan, apa yang sedang kalian lakukan!" Sebelum menjawab ucapan Devan, Naya dikagetkan dengan teriakan keras dari Guru.

Segera gadis itu berdiri, dan dengan cepat Araya menoleh ke arah mereka. Gadis itu menggigit bibir bawahnya namun ekspresinya tetap datar.

"Maaf, Bu!" ucap Naya merasa menyesal.

"Kalian berdua keluar!"

Saat ingin kembali menyela, Devan dengan cepat meraih tangan Naya dan berjalan keluar kelas tanpa sepatah katapun. Melihat aksi tersebut tanpa sadar Araya berdiri.

"Araya, apa ada yang salah?" tanya guru.

Araya menoleh kemudian menggeleng. Gadis itu kembali duduk, dengan perasaan cemas Sulut ubtuk dicegah.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Saat bel istirahat berbunyi Araya cepat-cepat membereskan buku-bukunya. Setelah itu ia berdiri ingin segera mencari keberadaan Devan dan Naya.

Namun, niat gadis itu terhentikan karena guru tersebut tiba-tiba menyuruhnya untuk mengantar Rifan—murid baru untuk berkeliling sekolah. Sebagai ketua kelas itulah gunanya dia.

Sepanjang perjalanan Araya hanya menghela napas, matanya terus melirik ke sana dan ke sini. Rifan ikut menghela napas—karena sama sekali dia belum tau tempat apa yang sudah mereka kunjungi.

"Di mana mereka," gumamnya.

"Kalau enggan untuk berkeliling, kenapa tidak menolak saja. Membuatku lelah saja," ucap Rifan, berlalu pergi meninggalkan yang diam mematung tanpa ada niatan hntuk mengejarnya.

Masa bodoh, Araya kembali melanjutkan langkahnya. Namun, saat melangkah ia terhenti. Kini matanya sudah menemukan kedua orang yang dia cari. Dengan langkah cepat gadis itu melangkah menuju ke arah Devan dan Naya yang tengah berjalan berdua.

"Devan, Naya," panggilnya.

Devan dan Naya menoleh ke arah Araya tiba. Saat Araya tiba dengan langkah sigap Naya berdiri disebelah gadis itu.

"Sayang, kenapa, hm?" tanya Devan dengan lembut, disertai senyum.

Araya melirik sekilas ke arah Naya yang sudah berdiri di sebalahnya. "Kalian ke mana?"

"Sejak kapan kamu penasaran dengan urusan orang?" Araya berubah menjadi tegang, dia diam, matanya melirik ke mana-mana. Rasa bingung tiba-tiba saja menyerangnya.

Naya merangkul tangan Araya. "Kami hanya jalan-jalan, Ra. Lagipula, kami diusir dari kelas," jelas Naya.

Araya tersenyum kemudian mengangguk. "Pasti. Bagaimana kalau kita ke kantin?"

"Ayo."

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Di kantin.

Semua makanan telah tiba, lagi dan lagi Araya merasa diasingkan di meja tersebut. Gadis itu hanya lahap memakan pesanannya, sedangkan Devan dan Araya asik berbincang.

"Kamu ada ada saja, Dev. Rasanya aku ingin menjambakmu!" ucap Naya geram.

"Jambak aja nih," balas Devan dengan kekehan.

Keduanya tertawa lepas, sedangkan Araya hanya bisa tersenyum tipis melihat aksi di depannya.

Dari jarak kejauhan. Seorang pemuda melangkah menuju meja yang Araya, Devan, dan Naya tempati. Berdiri dengan wajah datarnya, kemudian meletakkan senampan makanan pesanan miliknya.

Ketiganya mendongak, menatap Rifan yang tiba-tiba saja ikut bergabung, duduk dan memakanan makanannya tanpa sepatah katapun.

"Kamu ngapain sih, hey?" ucap Devan jengkel, dahi pemuda itu mengerut.

Rifan melirik sejenak ke arah pemuda itu, lalu kembali melahap makanannya. "Ketua kelas bertugas untuk berkeliling dengan anak baru. Tapi, satupun tempat yang mereka kunjungi tidak ada yang diketahui anak baru itu," ucapnya menatap Araya yang abai akan hal itu.

Naya melirik ke arah Araya yang tidak peduli, dengan senyum canggung dia menyapa Rifan. "Rifan, lain kali kamu berkeliling saja denganku. Lagipula ketua kelas kami sibuk," ucap Naya.

"Terimakasih," jawab Rifan singkat.

Naya tersenyum manis ke arah Rifan dan hal itu membuat Devan mengerutkan keningnya. "Naya, itu tugas ketua kelas untuk apa kamu berbaik hati dengan anak baru?" ucap Devan, kesal.

"Apa salahnya sih, Devan. Cuman bantuin anak baru yang butuh arah," ucap Naya dengan lembut.

Devan menghela napas, kemudian melanjutkan makannya.

Rifan melirik ke arah Araya yang sama sekali tidak mengeluarkan suara. Menurutnya Araya sungguh gadis yang aneh.

"Ketua kelas, kamu tidak merasa bersalah sama sekali dengan anak baru?" tanya Rifan, suaranya dingin begitupun dengan wajah datarnya.

Araya sedikit mendongak, menatap Rifan yang juga menatapnya. Sebelum membuka suara gadis itu memasukkan udara ke dalam tubuhnya kemudian dia hembuskan.

"Maaf," ucapnya setelah itu kembali pada aktivitas awal.

Rifan menatap Araya beberapa dekit kemudian kembali fokus pada sarapannya.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

"Rifan, bagaimana? Mau lihat-lihat keliling sekolah sekarang?" tanya Naya, ramah.

Rifan berpikir sebentar kemudian tanpa ragu mengangguk. "Iya."

Naya berdiri, dengan senyum manis penimbul lesung pipi di wajahnya muncul. "Devan, Araya, kami duluan, yah."

"Ayo, Rif."

Naya dan Rifan pun mulai melangkah ke luar kantin. Terlihat Naya sungguh senang berbincang dengan anak baru itu, ia tertawa seakan-akan mereka sudah sangat dekat.

Devan yang melihat hal itu kenggeram kesal.

Araya menoleh sejanak ke arah Devan. "Kita ke kelas?" tanya Araya.

Tanpa menoleh Devan berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Araya yang nampak kebingungan. Tanpa basa basi pun gadis itu mengikuti langkah ke aman Devan pergi.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!