Hidup Syakila hancur ketika orangtua angkatnya memaksa dia untuk mengakui anak haram yang dilahirkan oleh kakak angkatnya sebagai anaknya. Syakila juga dipaksa mengakui bahwa dia hamil di luar nikah dengan seorang pria liar karena mabuk. Detik itu juga, Syakila menjadi sasaran bully-an semua penduduk kota. Pendidikan dan pekerjaan bahkan harus hilang karena dianggap mencoreng nama baik instansi pendidikan maupun restoran tempatnya bekerja. Saat semua orang memandang jijik pada Syakila, tiba-tiba, Dewa datang sebagai penyelamat. Dia bersikeras menikahi Syakila hanya demi membalas dendam pada Nania, kakak angkat Syakila yang merupakan mantan pacarnya. Sejak menikah, Syakila tak pernah diperlakukan dengan baik. Hingga suatu hari, Syakila akhirnya menyadari jika pernikahan mereka hanya pernikahan palsu. Syakila hanya alat bagi Dewa untuk membuat Nania kembali. Ketika cinta Dewa dan Nania bersatu lagi, Syakila memutuskan untuk pergi dengan cara yang tak pernah Dewa sangka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memancing kebenaran
"Viola, ada yang mencarimu."
Viola yang sedang melamun didalam kamarnya tampak tersentak kaget. Ditangannya masih ada foto hitam putih sang sahabat yang disimpan dalam bingkai berwarna hitam.
"Siapa yang mencariku?" tanya Viola penasaran.
"Dewangga Clarke," jawab sang Ibu. "Viola, kamu tidak pernah mencari masalah dengannya, kan?" lanjut sang Ibu bertanya dengan nada khawatir.
"Mommy tenang saja! Aku dan dia tidak pernah terlibat dalam masalah," sahut Viola menenangkan sang Ibu.
Bersinggungan dengan keluarga Clarke memang akan menimbulkan kerepotan yang tidak perlu. Walau kedudukan keluarga mereka tidak terlalu kuat, namun keluarga Clarke seharusnya juga tetap menghormati mereka.
"Lalu, kenapa Dewangga tiba-tiba mencarimu? Setahu Mommy, kamu dan dia tidak pernah saling kenal sebelum ini."
"Aku memang tidak mengenalnya. Tapi..." Viola mengelus foto Syakila. "Syakila kenal," lanjut Viola dengan hidung yang tampak memerah.
"Mom, aku akan menemui Tuan Dewa dulu," ucap Viola berpamitan.
Dia mengusap wajahnya yang sembap. Foto Syakila tak lupa ia bawa serta. Tujuan Viola hanya satu.
Viola ingin Dewangga Clarke hidup dalam penyesalan selamanya.
"Ada apa Tuan Dewangga Clarke tiba-tiba berkunjung kemari?" tanya Viola dengan nada dan ekspresi yang sangat datar.
Dia melangkah mendekat. Duduk di sofa tunggal tanpa berniat menatap wajah lawan bicaranya.
Fokus Dewa tertuju pada foto hitam putih yang berada dalam pelukan Viola. Dewa sangat mengenali perempuan didalam foto itu. Dia Syakila. Si pemilik senyum yang paling indah.
Dan, Dewa baru sadar akan fakta tersebut hari ini. Dalam warna hitam putih saja, kecerahan senyumnya tidaklah pudar.
"Kenapa kamu menguburkan jenazah Syakila tanpa bilang-bilang dulu padaku?" tanya Dewa dengan tenggorokan yang terasa tercekat.
Viola tersenyum miring. "Atas dasar apa, saya harus meminta izin kepada Anda?"
"Aku..."
"Tuan Dewa bukan anggota keluarga Syakila. Jadi, saya tidak perlu izin dari orang asing untuk menguburkan jenazah milik sahabat baik saya."
Sekali lagi, kata-kata itu bagai sebilah pedang yang menusuk tepat di jantung Dewa. Matanya sudah memerah. Linangan air mata membuat kabur penglihatan.
"Aku suaminya."
"Suami palsu," ralat Viola cepat. Kini, tatapannya begitu tajam ke arah Dewa. "Tuan Dewa, apakah menyenangkan menipu Syakila dengan sandiwara cinta seperti ini? Apakah menyenangkan menjeratnya dalam pernikahan palsu seperti ini?"
Tubuh Dewa menegang. Dia tak menyangka, jika seseorang akan tahu tentang rahasia yang selama ini sudah Dewa simpan dengan rapat.
"Ka-kamu tahu?" lirih Dewa terkejut.
"Tentu saja aku tahu," jawab Viola. "Syakila sendiri yang menceritakan semuanya kepadaku."
Arghh.
Dada Dewa kembali terasa sakit. Keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya.
"Tuan, Anda harus tenang! Jangan terlalu emosional," peringat Jun yang tampak sangat khawatir dengan keadaan atasannya.
"Aku baik-baik saja, Jun," timpal Dewa meyakinkan. Kemudian, tatapannya kembali teralih pada Viola. "Jadi, Syakila sudah tahu? Sejak kapan?"
"Sejak Nania si perempuan ular itu kembali," jawab Viola.
Sudah selama itu dan Dewa tidak sadar sama sekali? Bahkan, dia membawa Nania untuk tinggal seatap bersama Syakila. Dia juga menjadikan Syakila sebagai pembantu untuk merawat dan menyediakan semua kebutuhan Nania.
Dewa benar-benar berengsek. Lelaki itu mengakui bahwa dirinya memang seorang bajingan.
"Sebenarnya, apa kesalahan Syakila sampai-sampai Anda harus mendorongnya sampai mati seperti ini, Tuan Dewa?"
"Aku tidak bermaksud begitu," sangkal Dewa. "Aku hanya ingin membalas sedikit perbuatan jahat Syakila pada Nania."
"Perbuatan jahat seperti apa?" tanya Viola dengan suara keras.
"Dia... sudah menyulitkan dan sering menyiksa Nania," jawab Dewa dengan suara yang justru terdengar sangat kecil.
Sejak tahu bahwa Nania sudah membohonginya soal donor ginjal, Dewa semakin takut mempercayai hal lain yang pernah keluar dari mulut Nania.
Dia takut jika semua itu hanya kebohongan belaka. Karena, kalau sampai semua itu benar-benar hanya cerita fiktif Nania saja, maka Dewa-lah manusia paling menyesal di dunia ini.
Kata-kata Nania mungkin memang hanya kebohongan. Tapi, penderitaan yang Dewa berikan untuk Syakila adalah sesuatu yang benar-benar nyata.
"Anda percaya pada ucapan perempuan rubah itu?" Viola tertawa sumbang. "Sepertinya, otak Anda tertukar dengan otak keledai, Tuan Dewa."
"Jaga bicara Anda, Nona Viola!" tegur Jun.
Dia menunjuk wajah Viola. Namun, Dewa dengan cepat meminta dia untuk menurunkan tangannya.
"Apa yang kamu tahu soal Nania dan Syakila?" tanya Dewa.
Ia mempersiapkan diri untuk mendengar hal yang mungkin jauh lebih menyakitkan.
"Andrew." Viola menyebut nama bayi yang selama ini dibesarkan oleh Syakila. "Jika ingin tahu semua hal tentang Nania, maka Andrew adalah petunjuk pertama Anda."
"Apa maksud mu?" tanya Dewa tak mengerti.
"Tuan Dewa bisa mencari tahu, sebenarnya Andrew anak kandung siapa. Benar-benar milik Syakila, atau mungkin justru milik perempuan lain?" Viola tersenyum misterius.
Dia sudah melemparkan pancingan. Sekarang, tergantung Dewa, apakah pria itu berniat menangkap ikannya atau tidak.
lah
semoga syakila bahagia dan bisa membalas dendam terhadap keluarga dito yang sangat jahat
menanti kehidupan baru syakila yg bahagia...