Kanaya hidup dalam gelembung kaca keindahan yang dilindungi, merayakan tahun-tahun terakhir masa remajanya. Namun, di malam ulang tahunnya yang ke-18, gelembung itu pecah, dihancurkan oleh HUTANG GELAP AYAHNYA. Sebagai jaminan, Kanaya diserahkan. Dijual kepada iblis.Seorang Pangeran Mafia yang telah naik takhta. Dingin, cerdik, dan haus kekuasaan. Artama tidak mengenal cinta, hanya kepemilikan.Ia mengambil Kanaya,gadis yang sepuluh tahun lebih muda,bukan sebagai manusia, melainkan sebagai properti mewah untuk melunasi hutang ayahnya. Sebuah simbol, sebuah boneka, yang keberadaannya sepenuhnya dikendalikan.
Kanaya diculik dan dipaksa tinggal di sangkar emas milik Artama. Di sana, ia dipaksa menelan kenyataan bahwa pemaksaan adalah bahasa sehari-hari. Artama mengikatnya, menguji batas ketahanannya, dan perlahan-lahan mematahkan semangatnya demi mendapatkan ketaatan absolut.
Bagaimana kelanjutannya??
Gas!!Baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nhaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Victor vs Artama 2
Setelah meninggalkan kantor Artama dengan amarah yang membara dan rasa tak berdaya yang memuakkan, Victor tidak pulang ke rumah. Ia mengemudi langsung menuju penthouse mewah Artama, tempat Kanaya dikurung atau, dalam istilah Artama, dilindungi.
Victor pun berhasil melewati keamanan dengan tipuan licik, mengklaim bahwa ia adalah seorang kerabat dekat yang membawa dokumen penting dari Artama. Ia menemukan Kanaya di ruang tengah yang luas, tenggelam di sofa sambil membaca buku tebal. Di sisinya, Sofia,yang beralih profesi menjadi perawat yang juga bertugas sebagai pengawas, terlihat berjaga dengan waspada.
Kanaya mendongak saat mendengar langkah kaki tergesa. Matanya yang besar dan polos melebar.
"Kanaya?".
"Tuan Victor?"
Victor pun langsung menghampirinya, tidak peduli dengan kehadiran Sofia. Ia berlutut di depan sofa dan menarik Kanaya ke dalam pelukan erat. Ia merasakan tubuh Kanaya yang kurus dan rapuh, seolah gadis itu bisa hancur kapan saja. Aroma segar dari sampo dan aroma rumah sakit yang samar-samar masih tercium darinya.
"Astaga, Kanaya.Aku merindukanmu.Butuh usaha agar aku sampai di sini." bisik Victor, menenggelamkan wajahnya di rambut Kanaya.
"Apa yang terjadi padamu,Kanaya?".Ucap Victor iba dan menyentuh kedua pipi Kanaya dengan kedua tangannya pula.Tatapan Kanaya terlihat lemah dan membulat sempurna seolah terkejut tak tahu harus apa.
" Aku..aku sempat demam dan Artama yang merawatku.".
"Lalu bagaimana dengan perban di tangan dan kaki mu?Apa dia menyiksamu karena keb0d0hannya?!".
" Victor,tenanglah.Itu karena kecerobohan ku saja.Dia tidak melukaiku sedikitpun.Justru sebaliknya.Dan apa yang kau lakukan di sini?".Tanya balik Kanaya yang terlihat masih terkejut dengan kehadiran Victor yang tiba-tiba.
Victor tidak langsung menjawab pertanyaan Kanaya.Hatinya mencelos melihat betapa ringkihnya gadis itu. Dalam pelukannya, Kanaya yang polos dan lugu itu terlihat sangat kecil, membuat Victor merasa aneh, sedikit salting dan geli melihat kepolosan tak terduga itu, namun juga dipenuhi tekad.
"Aku datang untuk membawamu pergi."
Kanaya melepaskan diri dari pelukan dan sentuhan itu, bingung. "Pergi? Ke mana?"
Sofia, yang terkejut, langsung berdiri tegak. "Tuan Victor,apa maksud anda?Saya harus meminta Anda untuk menunggu. Tuan Artama sedang tidak di sini dan...."
Victor memotongnya dengan tegas. "Aku tidak butuh izin Artama. Kanaya, kita harus keluar dari sini. Tempat ini... dia adalah penjara yang indah. Aku akan membawamu ke tempat yang aman. Tempat di mana kau bebas dari Artama, dari Valencia, dan dari semua kekacauan ini."
Victor meraih tangan Kanaya, tetapi Kanaya, dengan polosan yang mengejutkan, sempat menolak.
"Tapi, di sini aku aman," ujar Kanaya lirih. "Artama bilang ini tempat teraman.Dan di sini juga ada Sofia dan dia memberiku makanan enak."
Victor merasa darahnya mendidih lagi. Artama sudah mencuci otak gadis ini dengan janji palsu kenyamanan!
"Kanaya, dengarkan aku," Victor memegang kedua bahunya, menatap matanya. "Artama adalah orang jahat. Dia yang memenjarakanmu. Dia melakukan ini semua bukan untukmu, tapi untuk dirinya sendiri. Dia hanya ingin menegaskan kepemilikan. Aku akan melindungimu dengan cara yang benar, cara yang penuh kasih sayang. Aku akan menikahimu. Kita akan pergi ke luar negeri, kita akan mulai hidup baru.Kau bisa kuliah, kau bisa bebas. Tapi Kau harus ikut denganku, sekarang!"
"Tapi,aku tidak bisa pergi dari sini...".
Saat Victor terus membujuk Kanaya dengan janji-janji manis kebebasan, Sofia bergerak cepat. Ia mundur diam-diam, meraih telepon, dan menghubungi nomor Artama.
"Tuan Artama, darurat! Tuan Victor ada di penthouse! Dia ada bersama Nona Kanaya dan mencoba membawanya pergi! Dia sedang membujuknya dengan janji-janji..."
Artama yang baru saja sampai di mobilnya, langsung menginjak pedal gas, melanggar semua batas kecepatan. Ia sudah menduga Victor akan melakukan tindakan bodoh.
B4j!ngan kau,Victor!!
Tepat ketika Victor berhasil membuat Kanaya ragu dan hampir setuju, pintu penthouse terbuka dengan bunyi keras. Artama berdiri di ambang pintu, aura kemarahan dan bahaya terpancar kuat dari setiap inci tubuhnya. Matanya yang tajam langsung mengunci Victor dan Kanaya yang berdiri sangat dekat.
"Apa yang kau lakukan di tempatku?!!".
"Artama!" geram Victor.
"Victor." Suara Artama serendah raungan predator. "Aku sudah memberimu peringatan. Keluar dari sini, sekarang juga!!."
Victor melepaskan Kanaya dan berdiri tegak, memasang wajah menantang.
"Aku tidak akan pergi tanpa Kanaya," balas Victor. "Kau benar-benar gila, Artama! Kau mencuullik, kau menyakiti, dan sekarang kau akan memaksanya menikahimu?! Dia membencimu! Aku akan mengambilnya! Aku akan mencari celah hukum, aku akan mencari cara, dan aku akan membawanya keluar dari sangkar emas yang kau sebut perlindungan!kau tidak punya hak untuk mengatur hidup Kanaya!!"
Artama maju dua langkah besar. Kemarahan murni tumpah ruah dari matanya.
"Kau akan mengambilnya? Coba saja!" Artama mendesis, suaranya sedingin es yang mematikan.
"Tentu saja aku punya hak!!Kanaya adalah calon istriku!!. Jika kau berani mendekatinya, jika kau berani mengganggunya lagi, aku tidak hanya menghancurkan bisnismu! Aku akan membuat hidupmu menjadi neraka yang paling busuk, dan aku akan menuntutmu atas gangguan properti! Dan Kanaya adalah properti yang sangat mahal dan berharga bagiku sekarang! Kau tidak akan pernah bisa menyentuhnya lagi!"
Calon istri?aku?tapi...Artama belum bilang padaku..ada apa semua ini??!!
Batin Kanaya saat mendengar Artama mengucapkan itu.
Victor mengepalkan tinjunya. "Kau orang yang tidak peduli dengan perasaannya, kau hanya ingin menegaskan kepemilikan! Kau monster!kau hanya menjadikannya mainan!!".
"Kau benar," Artama mengakui, tanpa rasa malu sedikit pun. "Aku ingin menegaskan kepemilikan. Tetapi kali ini, kepemilikan itu datang dengan semua kenyamanan, keamanan, dan perhatian yang tidak pernah ia miliki. Dan itu jauh lebih berharga daripada janji-janji cintamu yang kosong!"
Kata-kata terakhir itu menjadi pemicu yang sempurna. Victor tidak lagi dapat menahan diri. Ia tidak tahan lagi dengan arogansi Artama, kekejaman yang dibungkus dengan alasan perlindungan.
"Ambil ini, b4j!ngan!"
Victor meluncurkan tinju keras ke rahang Artama. Artama sempat terhuyung, namun dengan cepat membalas. Ia melayangkan pukulan balik yang akurat ke perut Victor, membuat Victor terbatuk dan mundur selangkah.
"Kau melanggar batasan, Victor!" teriak Artama, matanya liar.
Mereka berdua mulai berkelahi dengan brutal di tengah kemewahan penthouse itu. Tinju menghantam, meja kaca terbalik, dan vas kristal pecah berserakan di lantai marmer. Victor, yang didorong oleh amarah tak terkendali, bertarung tanpa teknik, tetapi dengan kekuatan murni. Artama, yang lebih terlatih, berjuang dengan kombinasi amarah dan kontrol yang terancam hilang.
"Hei...berhenti!!apa yang...".Sela Kanaya yang di hiraukan keduanya.