Nama panggilannya Surya. Pemuda biasa yang bekerja sebagai tukang dekorasi pengantin itu akan mengalami banyak keanehan.
Anak muda yang sudah lama tidak menjalin hubungan asmara, tiba-tiba didekati beberapa perempuan dengan status yang berbeda-beda.
Awalnya Surya merasa senang dan menganggap itu adalah hal normal. Namun, ketika dia pengetahui ada rahasia dibalik botol parfum yang dia temukan, seketika Surya menjadi dilema.
Akankah Surya akan membuang botol parfum itu? Atau anak muda itu akan menyimpan dan menggunakannya demi kesenangan dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah Itu
Surya terkapar di atas tikar. Senyumnya terkembang dan tatapannya menerawang menatap kanopi yang menutupi sebagian area halaman belakang rumah.
Permaian nikmat yang baru saja dia lakukan, memberikan pengalaman yang luar biasa, yang selama ini hanya bisa dia bayangkan.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" suara wanita pemilik rumah mengusik telinga Surya membuat pria itu langsung menoleh ke arah wanita yang saat ini menghampirinya dengan menenteng sebuah nampan tanpa mengenakan busana.
Surya kembali tersenyum dan dia bangkit dari berbaringnya. "Masih nggak nyangka aja, Mbak, aku bisa melakukan kaya gini di luar rumah," ucapnya. "Sensasinya benar-benar memacu adrenalin."
Wanita bernama Rani lantas tersenyum. "Aku juga merasakan hal kaya gitu waktu pertama kali main di laur ruangan," ucapnya. "Dah nih makan, katanya kamu lapar."
Surya mengangguk dan dia mengambil sepiring hidangan yang sudah disiapkan Rani untuknya. "Mbak Rani nggak makan?"
"Aku masih kenyang," jawab wanita itu. "Apa lagi tadi udah makan punya kamu, sudah cukup menghilangkan rasa lapar," jawaban wanita itu membuat Senyum Surya terkembang. Pria itu pun pasrah saja ketika tangan Rani mengusap miliknya.
Sambil menikmati hidangan yang ada, keduanya lantas berbincang ringan, membahas beragam hal termasuk kehidupan masing-masing yang belum sempat mereka ceritakan satu sama lain.
"Kamu kemarin dengar berita nggak, ada kejadian aneh di rumah sakit?" tanya wanita yang masih setia mengusap milik Surya dengan lembut.
"Dengar, Mbak, Mbak Rani tahu berita itu?" tanya Surya sambil menyantap hidangan berupa nasi dengan lauk opor ayam dan gorengan serta kerupuk.
Rani mengangguk. "Aku juga tahu dari teman, Aku rasa, pasti laki-lakinya bukan menggunakan pelet deh," ucap Rani.
"Bukan menggunakan pelet?" Surya menatap lawan bicaranya. "Katanya pelet, Mbak?"
"Kalau pelet, nggak mungkin korbannya sebanyak itu," balas Rani. "Mungkin dia menggunakan susuk pemikat. Kalau pakai susuk sih agak nyambung."
"Susuk? Emang ada, mbak?" Surya pun jadi penasaran.
"Ada," jawab Rani. "Susuk tuh macamnya ada banyak. Dan orang orang jaman dulu banyak yang menggunakan susuk untuk berbagai tujuan."
"Serius, Mbak?" Surya nampak terkejut.
"Emang kamu nggak tahu?" Surya menggeleng. "Susuk itu macamnya ada susuk penglaris, ada susuk pemikat, ada susuk agar orang memiliki tenaga yang lebih kuat."
Surya menggut-manggut. "Emang bentuknya susuk seperti apa sih?"
"Aku sih nggak tahu pasti, bentuknya kaya apa. Ada yang bilang bentuknya seperti berlian. Yang aku tahu susuk itu biasanya dipasang di tubuh manusia, seperti bibir, dada, lengan atau bahkan area bawah perut. Konon katanya, orang yang menggunakan susuk itu akan susah saat menjelang ajal tiba."
"Oh iya, kalau itu sih aku pernah dengar, Mbak," balas Surya. "Katanya susuk itu hanya bisa dilepaskan oleh orang yang memasangnya ya?" Rani mengangguk cepat. "Berarti itu benar-benar nyata ada, Mbak?"
"Nyata nggaknya, aku nggak tahu," balas Rani. "Mua bilang nggak nyata, tapi banyak yang cerita dan mengalaminya."
"Iya juga ya," balas Surya dan dia memasukan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
"Kamu nggak ingin pakai susuk, Sayang?" tanya Rani tibat-iba.
"Pakai susuk? Buat apa?" Surya malah tanya balik.
"Biar punya kamu makin kuat," ucap Rani sambil senyum-senyum.
"Hahaha... nggak lah, Mbak, nggak pakai susuk aja, Pasti banyak yang doyan punyaku, Mbak."
"Banyak yang doyan? Emang kamu ingin, main sama cewek lain?" mendengar pertanyaan itu, Surya sontak sedikit gelagapan. "Kamu nggak puas main sama lubangku saja?"
"Bukan begitu," surya langsung membantahnya. "Itu kan cuma misal, Mbak, Aku cuma yakin aja kalau nggak pakai susuk juga pasti banyak yang suka dengan isi celanaku. Bukan berarti aku akan mudah diajak main bareng sama cewek lain."
Rani lantas tersenyum. "Kirain, kamu bakalan pasrah aja jika ada cewek lain yang ngajak."
Surya pun turut tersenyum dan kali ini dia memilih diam sambil melanjutkan menikmati hidangannya dengan pikiran berkelana kemana-mana.
Setelah selesai makan, Surya mengambil sebatang rokok yang sudah disipakan Rani dan segera menyalakannya.
Sedangkan Rani masih sibuk menggerayangi tubuh Surya tanpa mengenal rasa bosan. Surya hanya bisa pasrah karena dia juga suka diperlakukan seperti itu.
Apa lagi yang melakukan itu, wanita yang menurutnya cukup cantik dan seksi. Surya yakin, tidak akan ada pria yang menolak diperlakuan seperti olen wanita cantik yang sedang ditinggal suaminya merantau jauh.
"Mbak," panggil Surya beberapa saat kemudian.
"Hem," sahut wanita yang sedang asyik menghirup aroma ketiak Surya.
"Seandainya nih ya, suatu hari ada cewek yang menyukai ketiakku juga dan dia meminta ijin untuk menghirup aromanya, menurut Mbak Rani, apa yang harus aku lakukan?"
Mendengar pertanyaan seperti itu, Rani sontak menghentikan kegiatannya dan langsung menatap Surya dengan tatapan menyelidik.
"Apa selain aku, ada wanita lain yang menyukai ketiak kamu juga?" wanita itu malah bertanya balik membuat Surya agak terperangah.
"Aku kan ngomong seandainya," balas Surya cepat. "Lagian, aku juga sering dengar kalau wanita itu suka menyukai bau asam pria yang dia sukai daripada bau wangi. Kalau seandainya ada yang kaya Mbak Rani, menyukai ketiakku juga, gimana tanggapannya?"
"Yang pasti aku bakalan keberatan lah," balas Rani. "Cewek kalau sudah menunjukan rasa sukanya kaya gitu dan berani berterus terang, kemungkinan besar dia juga bakalan mau untuk diajak tidur bareng. Tentu saja aku nggak terima. Masa aku harus berbagi isi celana kamu dengan cewek lain?"
Seketika Surya tercenung dan dia terdiam beberapa saat. Surya cukup kaget mendengar jawaban yang keluar dari mulut Rani dan secara otomatis, Surya harus benar-benar menjaga rahasia hubungannya dengan dua wanita lain.
Surya juga menyimpulkan kalau dua wanita lainnya mungkin akan menunjukan reaksi yang sama jika Surya ngomong seperti itu. Seketika Surya pun merasa dilema karena terjebak dalam hubungan yang belum jelas kedepannya seperti apa.
"Tapi misalnya aku tertarik sama cewek dan dia menjadi jodohku gimana?" tanya Surya lagi. "Biar bagaimanapun aku kan ingin menikah juga, Mbak, ingin merangkai masa depan."
"Emang kamu nggak ingin menikah denganku?" Rani malah melempar pertanyaan yang membuat Surya kembali terkejut.
"Menikah sama Mbak Rani?" pria muda itu mempertegas ucapannya. "Terus suami Mbak mau dikemanakan?"
"Ya aku ceraikan dong," jawab Rani dengan entengnya. "Ngapain aku bertahan dengan pria yang keluarganya sudah tidak menyukaiku? Bukankah itu sama aja aku menambah beban pikiran?"
"Waduh," Surya seketika bingung sendiri. "Tapi kan aku nganggur, Mbak. Ini aja dapat kerjaan nggak tiap hari."
"Masalah uang sih kamu nggak usah khawatir," balas Rani dengan entengnya. "Soal uang, biar aku aja yang cari duit, kamu cukup sediakan ketiak saja, buat menyenangkan aku."
"Astaga!"