NovelToon NovelToon
ROMANCE BOY

ROMANCE BOY

Status: sedang berlangsung
Popularitas:309
Nilai: 5
Nama Author: tata

Aruna hanya memanfaatkan Arjuna Dewangga. Lelaki yang belum pernah menjalin hubungan kekasih dengan siapapun. Lelaki yang terkenal baik di sekolahnya dan menjadi kesayangan guru karena prestasinya. Sementara Arjuna, lelaki yang anti-pacaran memutuskan menerima Aruna karena jantungnya yang meningkat lebih cepat dari biasanya setiap berdekatan dengan gadis tersebut. *** "Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat. "Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna. Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna. "Mau ciuman, ayo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 28

Setelah beberapa hari menyiapkan barang-barang yang akan dibawa sebelum kuliah, akhirnya tiba juga waktunya Aruna berangkat. Gadis itu berangkat bersama Arjuna menaiki mobil. Aruna sampai di rumah milik Anggara dan Lila ketika malam hari. Arjuna sendiri langsung kembali ke tempat penginapan di dekat sana, tidak menginap di rumah Anggara. Dirinya lekas mandi dan berganti baju, sebelum bergabung menikmati makan malam bersama.

Besok hari, Aruna akan mencari kost yang dekat dengan kampus bersama Arjuna. Meskipun memaksa belajar membawa motor, Arjuna tetap melarangnya. Lelaki itu malah berniat membelikan sepeda biasa, yang langsung Aruna tolak mentah-mentah.

"Runa, kemarin Papa kamu telfon." Anggara memulai percakapan, setelah menyelesaikan kunyahan pada makanannya.

"Kenapa om? Nggak mungkin cari aku kan?" Anggara mengangguk dan menggeleng. "Maksudnya, gimana?"

"Mau pinjam uang, papa kamu masuk rumah sakit semenjak bisnisnya gulung tikar." Anggara minum setelah menceritakan hal tersebut. "Katanya, kamu juga susah di hubungi. Kalau kamu ada waktu, bisa kunjungi papa kamu. Om tidak memaksa, kamu bebas mau kesana atau tidak."

Aruna menghela nafas dan menggeleng. "Om kasih pinjam uang ke papa?"

Anggara menatap Aruna. "Kamu maunya gimana?"

"Kok jadi Aruna?" Gadis itu bertanya heran.

Lila hanya diam menyimak percakapan keduanya. "Setelah apa yang Papa kamu lakukan ke Mama kamu, kalau boleh jujur- --om masih sakit hati." Anggara tersenyum pahit. "Tapi, om juga kasihan. Mau gimana pun, dia Papa kamu."

Aruna menggeleng tegas. "Nggak, dia bukan Papa aku lagi. Jadi, lebih baik nggak usah berhubungan lagi sama dia." Sahutnya dengan raut wajah masam.

Anggara mengangguk, tidak lagi mengajak Aruna bicara. Mereka melanjutkan makan dalam hening. Seolah pembicaraan tadi, membuat suasana canggung dan tidak enak.

Hingga pagi harinya, saat Anggara akan berangkat kerja---Arjuna sudah datang dengan rapi di depan rumahnya. Lelaki itu menyapa dengan ramah dan mempersilahkan masuk. Ternyata, Aruna baru bangun tidur dan cuci muka.

"Mau kemana emang?" Anggara bertanya penasaran.

"Cari kost yang dekat kampus, buat Aruna om. Tapi, nanti setiap libur kuliah dia pulang kesini." Arjuna tampak tenang menjawab dan menjelaskan.

Anggara tersenyum dan menepuk bahunya. "Kamu ini, kaya suaminya aja." Anggara beralih menatap sang ponakannya. Lelaki itu mengambil dompet dan memberikan uang pada Aruna. "Buat beli jajan ya, besok kalau butuh apa-apa bilang om ya?"

Anggara menepuk rambut Aruna dan mengusapnya lembut. "Makasih om! Runa juga bakal bilang sama Juna kok."

"Ya udah, om berangkat dulu ya!" Pamitnya pada keduanya.

Aruna dan Arjuna lantas mengangguk. "Mandi sana!" Titah Arjuna menatap Aruna yang masih terlihat mengantuk.

"Iya deh," Aruna menyeret langkahnya dengan malas.

Lila datang dan membawakan minum serta camilan berupa kue. Keduanya berbincang-bincang sambil menunggu Aruna mandi kilat. Benar saja, baru beberapa menit Aruna sudah datang dengan wajah segarnya.

"Kamu mandi Run?"

"Mandi kok, nih wangi! Cium kalau nggak percaya," Lila tersenyum gemas, mencubit pipi Aruna yang semakin berisi.

"Ya udah, kami pamit ya Tante." Arjuna menyalami Lila dengan sopan.

"Iya sana, hati-hati ya!"

Keduanya menyusuri jalanan. Mata Aruna berbinar sepanjang jalan. Banyak sekali jajanan di dekat alun-alun kota, dirinya jadi ingin membeli.

"Sayang! Mau beli itu, kebab sama es matcha." Arjuna kaget ketika mendengar Aruna berteriak. Lelaki itu lantas memarkirkan mobilnya dan mengajak Aruna turun. Keduanya berdiri dan mengantre.

Selesai membeli, Arjuna melajukan mobilnya kembali. Barang-barang Aruna masih di bagasi mobilnya. Dia menoleh, menatap Aruna yang lahap makan. Beberapa bulan bersama, mungkin hampir satu tahun---Aruna ternyata bertambah berisi. Pipinya bergoyang lucu ketika menikmati makanan.

"Buka mulutnya sayang, aku suapin nih!" Arjuna menurut, membuka mulut dan mengunyah makanan tersebut. "Ih, udah besar masa belepotan!" Ledek Aruna mengusap sudut bibir Arjuna dengan lembut.

"Lah, emang kamu enggak?" Balasnya pelan.

"Kadang kok," Aruna membuka minum dan mengarahkan sedotan pada Arjuna, membantu lelaki itu minum. Sederhana dan romantis yang Aruna harapkan. "Nanti kalau kita pisah, yang suapin kamu makan siapa? Bantuin kamu minum pas lagi nyetir siapa?" Gadis itu bertanya sedih.

Tidak rela membayangkan Arjuna dibantu atau dekat dengan perempuan manapun. Lelaki itu hanya miliknya dan Aruna tidak suka berbagi.

Arjuna tertawa geli mendengarnya. "Aku bisa makan dan minum sendiri, sayang!" Sahutnya dengan santai, berbeda dengan Aruna yang sensitif dan cengeng.

"Aku kok nggak siap ya, pisah sama kamu?" Matanya mulai meneteskan air mata.

"Loh, kok nangis sih sayang? Nggak aра- apa, kita masih bisa sering video call, chattingan atau telfon biasa." Satu tangannya meraih jemari Aruna dan mengusapnya dengan lembut, penuh kasih sayang. "Nanti lagi nangisnya, pas udah sampai."

Aruna lantas mencubit pinggang Arjuna. "Aku serius sedih tau! Kamu emangnya, enggak sedih?"

"Sedih banget, aku udah biasa sama kamu. Kadang, aku mikirnya mau bawa kamu kawin lari aja." Arjuna tertawa setelahnya, menertawakan dirinya yang mungkin sudah gila.

"IH MAU!"

"Jangan jawab begitu, karena itu cuma rencana gila. Nggak aku sangka, ternyata kamu mau-mau aja." Ledeknya dengan senyuman lebar.

Arjuna memarkirkan mobilnya di tepi jalan sebelum gang masuk. Keduanya sudah sampai di tempat tujuan, yaitu kost yang sempat Arjuna telusuri dan cari dari internet. Lelaki itu ingin memastikan tempatnya nyaman dan khusus perempuan. Dari kampus, jaraknya hanya sekitar lima menit lebih.

Langkah kakinya menggandeng tangan Aruna, membawa masuk menemui sang pemilik kost.

"Permisi Pak," Seorang bapak-bapak menggunakan sarung dan kaos lengan pendek tampak menyambut ramah.

"Monggo, ada apa nggih?" Tanya sang bapak, mempersilahkan duduk di kursi yang ada di teras depan rumahnya.

Arjuna mengutarakan maksudnya, mencarikan tempat kost untuk Aruna. Keduanya berbincang-bincang dengan Aruna yang diam memperhatikan, setelah deal dan setuju sang bapak mengantar menuju kamar kost di samping rumah sang bapak. Aruna menatap kamar kostnya yang menurutnya luas, tidak terlalu sempit dan terlihat nyaman.

Arjuna tampak menatapnya puas, lelaki itu menatap Aruna yang mengangguk setuju.

"Mulai kapan nak mau ngekost disini?" Tanya bapak kost.

"Mulai hari ini pak, oh iya untuk pembayarannya bisa transfer? Kalau bisa, saya bayar sekarang pak."

"Bisa, bentar bapak ambil ponsel dulu."

Aruna memeluk lengan Arjuna ketika sang pemilik kost melenggang masuk rumahnya. Kost tersebut masih sepi, mungkin karena penghuninya sedang pergi atau masih libur semester.

"Makasih sayang!" Ucapnya dengan terharu.

Arjuna mengusap-usap rambut Aruna dengan lembut. "Sama-sama, habis ini sekalian belanja ya---biar nanti pas kamu disini, nggak pusing cari-cari sesuatu lagi."

Aruna menggeleng dan mengangguk. "Ke tempat penginapan kamu aja yuk!" Ajaknya dengan raut wajah berbinar cerah.

"Ngapain?" Arjuna bertanya heran, mengusap lembut pipi Aruna.

"Kasih service buat kamu," Bisiknya lirih di akhiri dengan senyuman nakal.

Ketika hendak membalas, bapak kost datang membawakan ponsel dan memberikan nomornya pada Arjuna. Lelaki itu mengirimkan nomor rekening untuk pembayaran uang bulanan kost.

"Mbak Aruna ini adeknya ya?" Tebak sang bapak menatap keduanya.

Arjuna tersenyum dan menggeleng, lelaki itu menunjukkan cincin di jemari keduanya. "Calon istri saya pak, nitip ya?" Candanya menatap sang bapak yang tertawa.

"Oh nggih, siap mas!" Jawabnya dengan senang. "Kalau gitu, bapak tinggal dulu--- ini kunci kamarnya kalau mau masukin barang-barang."

Arjuna mengangguk dan menunjukkan bukti transfer. Lelaki itu melenggang pergi meninggalkan keduanya. Arjuna menyuruh Aruna masuk, sementara dirinya berjalan menuju mobil--- mengambil sebagian barang Aruna.

Dengan cekatan, dirinya menarik satu koper dan membawa beberapa barang menuju kamar kost Aruna. Arjuna menaruh di depan kamar Aruna, lelaki itu langsung sigap kembali membawa barang yang kurang.

"Ih, kamu mah---masa bawa sendirian sih?!" Sungutnya kesal. "Tapi, makasih loh sayang. Ah, kamu jangan baik banget deh sama orang---takut di manfaatin!" Aruna serius dengan ucapannya, karena biasanya memang begitu.

Arjuna menggeleng, membawa masuk barang Aruna ke dalam kamarnya. "Aku nggak sebaik itu sama orang lain, asal kamu yang manfaatin--- dengan senang hati aku terima." Balasnya santai, mulai mengeluarkan barang dari tas jinjing yang berisi selimut, seprai, dll.

"Gombal banget!" Balas Aruna mulai mengedarkan matanya mencari sosok boneka pemberian Arjuna. "Ih, bonekanya dimana Jun?" Tanyanya dengan panik.

"Kan kamu taruh di rumah Tante Lila, katanya buat teman tidur di sana." Gadis itu menepuk jidatnya dan mengangguk mengiyakan.

"Nanti minta Tante Lila kirim kesini deh," Sahutnya, mulai menata barangnya. Untungnya ada lemari, kasur dan meja yang sudah disiapkan.

"Nggak balik ke sana?" Arjuna bertanya heran.

Aruna menggeleng. "Malam ini ikut kamu ke penginapan, kamu pasti capek kalau bolak-balik kesana. Lagian, aku nggak kamu bolehin bawa mobil sih."

"Aku masih mau hidup panjang dan punya anak sama kamu," Arjuna tertawa, menatap Aruna yang cemberut.

"Tuh kan! Kamu ngeremehin aku, padahal mah bisa aja aku bawa mobil."

Keduanya sibuk menata dan membereskan tempat. Aruna kelelahan dan membiarkan tergeletak, gadis itu menarik tangan Arjuna agar istirahat.

"Udah deh, biar besok aku beres-beres sendiri." Jawabnya pelan.

"Lusa kan kamu udah masuk,"

"lya, tapi kan cuma technical meeting sebentar sebelum ospek."

Arjuna mengangguk singkat, menyandarkan tubuhnya pada tembok dan menatap Aruna yang merebahkan tubuhnya di kasur.

"Makan yuk," Ajak Arjuna.

Aruna mengangguk semangat, gadis itu mengambil asal bajunya. Kemudian mengikuti langkah Arjuna yang sudah keluar, tidak lupa mengunci pintu kamar kost.

Malamnya, tanpa ada paksaan--- Arjuna membawa Aruna menginap di salah satu penginapan yang lelaki itu sewa. Sejak sore, keduanya saling berbagi cerita sesekali berciuman di atas kasur.

"Aku bakal kangen sama kamu," Ucap Aruna tiba-tiba sendu.

Arjuna mengangguk dan mengusap rambutnya, menciumnya dengan dalam.

Matanya berkabut penuh gairah menatap Aruna yang begitu cantik, selalu cantik.

"Sayang," panggilnya dengan suara lembut.

"Hm, kenapa?" Aruna mendongak dalam pelukan hangat Arjuna.

"Capek nggak?" Tanya Arjuna lembut, Aruna menggeleng santai. "Katanya, kamu mau kasih service. Jadi kan?"

Aruna menatap jakun Arjuna yang naik turun, lelaki itu menatapnya dalam dan lembut. Tumben mau duluan, batin Aruna ingin menyuarakan---namun, takut Arjuna tidak jadi.

"Jadi dong, aku udah belajar dari novel loh." Sahutnya mengedipkan matanya genit.

"Dasar! Giliran baca buku kaya gitu, rajin banget!" Sindirnya dengan senyuman geli.

"Loh, kan menyenangkan hati calon suami!" Balasnya tidak mau kalah.

Arjuna menaikkan sebelah alisnya. "Oh, ya? Aku mau lihat dong, bisa se- menyenangkan apa?" Suara Arjuna sudah serak menatap bibir Aruna yang begitu menggoda.

Gadis itu mengangguk dan memulai dengan usapan lembut di leher dan dada bidang Arjuna. Lelaki itu langsung membawanya naik ke pangkuan dengan tidak sabar. Aruna mulai memiringkan kepalanya dan mencium bibir Arjuna pelan, lembut dan meresapinya. Tidak ingin tergesa-gesa, karena masih ada waktu yang tersisa untuk dihabiskan berdua.

Jemarinya bergerak membuka kancing piyama tidur milik Aruna. Bibirnya mendekat dan mengecup belahan dadanya. Aruna merasakan basah di bawah sana dan spontan menggoyangkan pinggulnya.

Bunyi keras ponsel milik Arjuna menghentikan kegiatan keduanya. Lelaki itu meraih ponsel yang tergeletak di nakas, memeluk erat tubuh Aruna.

"JUNA!!! Kamu kemana?! Besok malam kamu berangkat dan Mama udah siapin tiketnya! Pulang sekarang!" Suara Renata melengking keras di telinganya, membuat Arjuna menjauhkan handphone dari telinganya.

"Juna masih sama Aruna, besok siang aku pulang." Jawabnya pelan.

"Pagi Juna! Dari sana ke sini aja butuh berapa jam, emang kamu nggak capek? Bawa mobil sendiri kan? Mama suruh Pak Adi sama Pak Bas jemput kamu! Nggak boleh nolak! Atau naik kereta deh,"

Aruna justru berkaca-kaca mendengarnya, Renata begitu tulus pada Arjuna. Gadis itu masih menyembunyikan wajahnya di leher Arjuna. Renata layaknya ibu-ibu yang khawatir pada anaknya yang tidak pulang ke rumah karena pergi terlalu lama.

"Oke, besok Juna pulang setelah antar Aruna ke kost."

"Wait---jadi malam ini kalian berdua dimana?! Juna, kamu jangan aneh-aneh ya. Jangan jadi laki-laki brengsek, kamu belum nikahin Aruna! Awas aja, calon mantu mama kamu apa-apakan!"

Arjuna tersenyum, padahal hampir saja dirinya menuruti pikirannya yang aneh- aneh.

"Nggak Ma," Sahutnya tenang.

"Mama mau bicara dong sama Aruna," Arjuna menyerahkan ponselnya pada Aruna.

"Halo Ma, Ini Aruna." Sapanya dengan sopan.

"lya sayang, kalau Arjuna nakal--- kamu bilang sama mama ya? Kamu udah mulai kuliah?"

Aruna senang, merasa di perhatikan oleh Renata. Sejenak, keduanya larut dalam panggilan telepon. Tidak ingin di abaikan, Arjuna meraba punggung Aruna dan melepaskan pengait bra.

"Shh Juna, nanti Mama kamu dengar!" Peringatnya melotot.

Arjuna menggeleng tidak peduli. "Udah, bilang aja mau tidur!" Bisiknya dengan serak, membuat Aruna menurut. Gadis itu pamit pada Renata dan segera mematikan sambungan telfon.

Tampaknya, ucapan Renata pun tidak keduanya pedulikan---karena, Arjuna sudah mulai menggerayangi tubuh bagian atas Aruna dan menatapnya dengan tatapan memuja. Jemarinya mulai turun dan mengusap-usap titik sensitif Aruna, bisa dia rasakan milik tunangannya sudah basah. Arjuna tersenyum dan bibirnya mulai menghisap sesuatu yang sejak tadi dirinya tahan- tahan.

"Aku bakal kangen sama ini," Dengan iseng, Arjuna mencolek-colek dada Aruna yang besar. Putingnya berdiri tegak. "Sama ini--" Jemarinya bergerak meremas pantat Aruna yang padat. "Dan ini juga." Bibirnya bergerak mencium titik sensitif Aruna yang masih tertutup kain segitiga.

Tubuh Aruna menggelinjang kegelian. Celananya sudah basah, tubuhnya sudah telanjang dan Arjuna masih berpakaian lengkap? Tidak adil sekali lelaki itu. Aruna lantas bergerak membuka kancing kemeja Arjuna dan segera melepasnya. Matanya melirik nakal ke arah selangkangan Arjuna yang sudah berdiri tegak. Jemarinya dengan nakal menggenggamnya.

"Sini, aku bantu lepasin celananya sayang." Ucap Aruna dengan sensual dan menggoda. Arjuna tersenyum geli dan merebahkan tubuhnya, biar Aruna yang bergerak.

Gadis itu melepas kaitan celana jeans milik Arjuna dan membantu menariknya lepas. Lelaki itu masih memakai celana boxer pendek. Arjuna begitu sexy dan tampan sekali, Aruna sampai menatapnya terpesona.

"Juna, punya kamu---" Aruna menutup mulutnya ngeri. "Nggak akan muat ih!" Jeritnya ketakutan.

Arjuna tertawa geli. "Yang mau masukin sekarang juga siapa, belum saatnya sayang." Lelaki itu menyentil dahi Aruna.

"Awhh! Sakit tau, belum nikah udah di KDRT!" Dengusnya pura-pura kesakitan.

"Sini-sini aku cium biar sembuh!" Arjuna mengecup lembut dahi kekasihnya penuh cinta. "Udah sembuh kan?"

Aruna mengangguk semangat, memeluk tubuh Arjuna dan tidur di atasnya. "Terus udah telanjang gini, kalau nggak di masukin buat apa? Punya kamu juga udah tegang dan nusuk banget nih, masa nggak di apa-apain?" Gadis itu menatap Arjuna bingung.

"Gesek-gesek dulu, main aman. Lagian bukannya punya kamu ya? Yang udah basah banget dan tegang?" Tanya Arjuna mencubit putingnya gemas. Lelaki itu menarik selimut untuk menutup tubuh keduanya, bibirnya bergerak mengemut dada Aruna dan menciumnya terus menerus.

Keduanya saling memuaskan sebelum berpisah dan menabung rindu. Namun, Arjuna tidak akan mengambil sesuatu sebelum saatnya. Lelaki itu masih ingin merasakan nikmatnya bercinta setelah menikah dan bersabar di saat belum nikah. Untuk itu, sejak awal dirinya memang tidak ingin menjalin hubungan--- takut terlalu jauh. Benar saja, bersama Aruna dirinya berbuat sejauh ini---yang jelas bukan untuk main-main.

1
SGhostter
Gak bosen
·Laius Wytte🔮·
🤩Kisah cinta dalam cerita ini sangat menakjubkan, membuatku jatuh cinta dengan karakter utama.
Zhunia Angel
Karakter-karakternya sangat hidup, aku merasa seperti melihat mereka secara langsung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!