NovelToon NovelToon
Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:14.5k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 21

Warren segera membantu kepala prajurit Arga yang terluka menuju ke tempat dimana Cikar mereka berada. Di tempat itu ada beberapa obat-obatan yang memang mereka bawa sebelum berangkat menuju ke pengasingan.

Tapi saat Warren membukanya. Memang diluar ekspektasi. Hanya ada beberapa daun sirih kering, serbuk kunyit, minyak yang dia di bilang bambu, lalu beberapa kain bersih.

"Paman kepala prajurit Arga..."

"Tuan muda, panggil saja paman" kata kepala prajurit Arga dengan nada lemah.

Wajah pria itu masih pucat. Meskipun sudah menelan pil penyembuhan seribu penyakit yang sangat ajaib dari Warren. Bagaimanapun lukanya memang sangat parah. Luka luar dan dalam. Butuh proses juga untuk pil tadi bekerja di dalam tubuh kepala prajurit Arga.

Warren mengeluarkan salep yang dia ambil dari ruangan. Salep itu berasal dari kediaman Kusumanegara.

"Paman, aku akan bersihkan luka paman. Selanjutnya akan aku oleskan salep"

"Tuan muda, tolong mereka saja dulu. Aku sudah lebih baik" kata kepala prajurit Arga.

Yang dimaksud oleh kepala prajurit Arga itu adalah ketiga anak buahnya yang masih pingsan di sekitar mereka.

Warren memang tidak menolong mereka terlebih dahulu. Karena memang saat mereka bertarung tadi itu kan Warren menyaksikannya. Tidak ada luka serius. Mereka pingsan karena memang para pembunuh bayaran itu tadi memukul di tengkuk dan titik di perut yang bisa membuat seseorang segera tak sadarkan diri.

Namun kepala prajurit Arga, lukanya memang lebih serius.

"Paman, jangan khawatir. Mereka hanya tertidur. Aku akan obati paman dulu!"

"Tuan muda, bagaimana dengan nyonya Wulandari dan para nyonya muda yang lain. Sebaiknya tuan muda mencari mereka dulu. Hari gelap begini, mereka pasti sangat ketakutan!"

Warren berhenti sejenak membersikan luka luar kepala prajurit Arga dengan kain bersih dan air yang sebenarnya sudah dia beri alkohol pembersih luka.

Warren merasa, kalau pria di depannya itu sungguh baik. Tubuhnya saja terluka sangat parah dan orang yakin kalau apa yang dirasakan itu sangat menyakitkan. Tapi, sejak tadi dia terus memikirkan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Sungguh pria yang sangat bertanggung jawab.

"Paman, tenang saja. Setelah aku membersihkan luka paman. Dan mengoleskan obat. Aku akan segera cari ibu dan para kakak ipar!"

Kepala prajurit Arga sudah tidak membantah lagi. Dia memang merasa sangat kesakitan di seluruh tubuhnya.

Setelah mengurus kepala prajurit Arga. Dan membiarkan pria itu beristirahat di atas cikar. Warren segera bergegas mencari keberadaan ibunya dan yang lain.

Di tempat yang cukup jauh, Nyonya Wulandari tidak sanggup lagi berlari. Semua wanita itu terlihat ketakutan dan khawatir.

"Ibu jangan menangis, prajurit yang ada disana kan banyak. Kita tunggu disini saja, Ken Rinasih dan Ajeng sudah tidak kuat lagi berlari!" kata Dewi Lestari yang mengajak semua wanita itu bersembunyi di semak-semak.

Kartika Sari dan Ratna Antika mengangguk setuju. Ken Sulastri juga terus berusaha menenangkan anaknya yang menangis.

Sungguh pengalaman seperti ini sebenarnya sangat dia takutkan di lihat dan dialami oleh anaknya. Anaknya masih sangat muda. Dan sejak tadi terus menangis. Pasti akan meninggalkan Trauma yang tidak baik dan sangat membekas.

"Jangan menangis nak. Kita akan baik-baik saja. Kita pasti akan baik-baik saja" katanya memeluk Ken Rinasih.

"Ibu aku takut"

Ken Sulastri memeluk erat anaknya itu. Dan mengusap lengan putrinya itu dengan lembut beberapa kali.

Sementara nyonya Wulandari, dia masih memikirkan anaknya satu-satunya yang tersisa. Dia memikirkan Wiratama. Bagaimanapun anaknya itu tidak punya ilmu bela diri. Dan pikirannya hanya seperti anak usia 5 tahun. Nyonya Wulandari tentu saja sangat khawatir.

Dia tidak menyangka, kalau akan ada prajurit dari istana yang berniat menghabisi mereka semua. Nyonya Wulandari masih tidak habis pikir, apa sebenarnya masalahnya dengan kerajaan Suranegara. Dia adalah istri dari seseorang yang sudah berpuluh-puluh tahun mengabdi secara jujur pada kerajaan.

Dan dia adalah ibu dari anak-anak yang selalu melindungi kerajaan dari ancaman pada penjahat dan kerajaan lain yang ingin menguasai kerajaan Suranegara. Kenapa justru pihak kerajaan ingin menghabisi mereka. Nyonya Wulandari merasa semua kaki tidak benar.

Namun ketika mereka semua sedang ketakutan dan khawatir. Dewi Sulastri merentangkan tangannya. Dia mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Semuanya diam, ada yang datang!" bisik Dewi Lestari.

Kartika Sari langsung menghampiri nyonya Wulandari. Memegang erat lengan ibu mertuanya itu. Sedangkan Ratna memeluk Ajeng. Dan Ken Sulastri juga memeluk Ken Rinasih.

Mereka semua terlihat sangat ketakutan.

"Ibu" lirih Ajeng.

Dengan wajah pucat, dan tangan yang sudah gemetaran. Ratna meletakkan jari telunjuknya di bibir putri kecilnya.

"Diam nak, ya" kata Ratna tanpa suara.

Langkah kaki itu semakin mendekat. Suaranya seperti berlari.

"Ibu, kak Ratna, kak Sulastri"

Mata Kartika Sari melebar.

"Ibu, itu Wiratama!" katanya yang segera membuat nyonya Wulandari dan semua orang berdiri.

Dewi Lestari membantu nyonya Wulandari. Meski pernikahannya di keluarga ini adalah paksaan raja terdahulu. Karena dia memang hanya seorang putri dari kerajaan yang kalah perang. Namun karena kediaman Kusumanegara memberlakukannya dengan sangat baik. Dia juga bersikap baik pada semua keluarga ini. Meski agak cuek dan ketus. Tapi dia juga sangat perduli pada nyonya Wulandari.

"Wira"

"Paman"

Ajeng segera berlari ke arah Wiratama. Sambil menangis Ajeng memeluk pamannya itu dengan erat.

"Aku takut paman" katanya mengadu pada pamannya.

"Wira"

Warren melihat ke arah ibunya.

"Ibu jangan takut, ibu masih kuat berjalan?" tanya Warren pada nyonya Wulandari.

Dan dengan cepat nyonya Wulandari mengangguk.

"Kalau begitu kita kembali dulu ke tempat tadi!"

Ken Rinasih juga melakukan hal yang sama. Sikap natural seorang wanita yang memang membutuhkan perlindungan dari seorang pria yang mereka percaya.

"Kalian tidak apa-apa? jangan takut, kita sudah baik-baik saja. Sekarang kita kembali ke tempat tadi ya. Paman Arga masih terluka di sana!" kata Warren menggendong Ajeng dan menggandeng tangan Ken Rinasih.

Semua wanita yang berada di belakang Wiratama terdiam.

"Ibu, Wiratama dia..."

"Yunda, kita bicarakan nanti saja. Cepat ikuti dia!" kata Dewi Lestari yang memang sepertinya sudah bisa memastikan jika Wiratama sepertinya sudah berubah. Saat ini pria itu bukan Wiratama yang dulu, bukan Wirata yang bodohh lagi.

***

Bersambung...

1
Aulelie Aulelie
sungguh bgs kzk ceritanya aku sukz👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾
Nudu
semangat terus kak
hamba allah
di tunggu up nya thor
Leslie Cheung
maju terus thor
Leslie Cheung
up terus donk thor
Saputra
lanjutkan up nya thor
Uswatun Chasanah
semangat terus thor
Erlina Vikha
jangan lupa up nya thor
Gerry
lanjutkan thor up berikut nya
Uswatun Chasanah
buruan up donk thor
Erlina Vikha
di tunggu up thor
Uswatun Chasanah
sangat keren
Erlina Vikha
lanjutkan thor
Abdulah FC
sedikit ada adegan hottt nya donk thor
My love
up nya jangan lama" thor
My love
semangat thor
My love
pokok'e the best
astutiq
semangat thor
lanjutkan di tunggu up berikut nya
Arman Sadikin
Semangat
Henry
Bagus, Gak bertele-tele
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!