Elang Langit Perkasa, sifat yang dimiliki Elang sangat sesuai dengan namanya. Bebas, kuat dan juga pantang terkalahkan. Dan yang membuatnya semakin brutal karena terlahir di keluarga Mafia.
Dari sekian banyak wanita yang mendekatinya, hanya seseorang yang bisa mencuri hati Elang, Raysa Putri Ayu. Wanita yang dia temui di waktu yang salah, wanita yang menyelamatkan nyawanya. Tapi untuk mendapatkan Raysa tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan ekstra dan juga air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MJ.Rrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Apa kakak boleh menyentuhmu?"
“Kamu yakin papa sama mama kamu pergi kak?” Tanya Raysa, Elang tersenyum menganggukkan kepala membaringkan Raysa di ranjangnya.
“Beneran sayang.” Jawab Elang, pria itu ikut berbaring disebelah Raysa.
Elang meninggikan bantalnya dan melipat kedua tangan di bawah kepada, pria itu menghela nafas dan tersenyum tipis. Sikap dan kelakukan Elang membuat Raysa heran, wanita itu memiringkan tubuh menatap wajah Elang.
“Kenapa kakak senyum-senyum sendiri, ada apa?” Tanya Raysa penasaran.
Elang juga memiringkan kepalanya dan membalas tatapan Raysa.
“Kamu tahu tidak, kalau belakangan ini perasaan kakak selalu merasa tenang, kakak jarang gelisah. Tidur pun mulai tenang dan nyenyak, padahal bukan karena kakak tidak ada yang dipikirkan. Tapi sekarang kakak sudah bisa membaginya, antara istirahat dan pekerjaan.” Jawab Elang kembali tersenyum tipis.
“Kok bisa? Apa yang membuat kakak sudah bisa mengontrolnya?” Tanya Raysa lagi.
“Kamu.” Jawab Elang singkat, Raysa melotot mata heran.
“Aku? Aku tidak melakukan apa-apa.” Ujar Raysa, Elang memindahkan kedua tangannya dan membelai wajah Raysa.
“Kakak juga tidak paham, kenapa semenjak ada kamu hidup kakak mulai tertata baik. Bahkan tanpa kamu melakukan apapun dan mengingatkan kakak.” Balas Elang.
“Aneh banget sih kamu kak, bukannya semenjak ada aku, kamu jadi semakin banyak beban pikiran.” Ucap Raysa, Elang menggelengkan kepala.
“Mungkin benar kata orang-orang yang sudah pernah jatuh cinta, kalau kita sudah menemukan seseorang yang mengisi hati kita. Maka perlahan kekosongan, kehampaan akan menghilang.” Balas Elang, Raysa tersenyum kembali ke posisinya dan menatap ke atas.
“Sebenarnya aku juga bingung dengan apa yang aku rasakan, dulu aku tidak se terbuka sekarang. Aku selalu menutup diri, apapun masalah akan aku simpan dan hadapi sendiri. Terutama kepada mama dan papa, dalam pikiranku jangan pernah menyakiti mereka. Jadi apapun keputusan mama dan papa aku terima, aku tidak menolaknya. Asal kakak tahu ya, aku tidak pernah punya keinginan menjadi seorang dokter. Tapi mama dan papa memaksaku, aku setuju dan tetap menjalani dengan baik dan tekun.”
“Jadi apa yang kamu inginkan?” Tanya Elang penasaran.
“Aku sebenarnya ingin mengambil jurusan seni kak, aku suka melukis.” Jawab Raysa.
“Ha? Benarkah? Kakak tidak pernah mengetahuinya.” Tanya Elang terkejut, Raysa tersenyum kecut dan terlihat jelas kesedihan di wajahnya.
“Papa dan mama melarang aku mengambangkan hobi ku, mereka tidak mengizinkan aku memegang kuas lagi. Bagi mereka hobiku itu hanya membuang-buang waktu, jadi ya seperti aku katakan demi kebahagiaan mereka, aku membuang semuanya, bahkan keinginan aku sendiri.” Jawab Raysa dengan mata berkaca-kaca, Elang langsung meraih tubuhnya dan memeluk erat.
“Maaf karena kakak terlambat datang, maaf karena kamu harus membuang impian kamu.” Ucap Elang merasa bersalah, Raysa menggelengkan kepala menghapus sudut matanya yang basah.
“Bukan kesalahan kakak, aku bersyukur kakak kembali dan datang lagi di hidupku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau kakak tidak kembali, mungkin aku masih hidup di dalam kebohongan Angga.” Balas Raysa menengadahkan kepalanya menatap wajah Elang, Elang tersenyum tipis dan menyatukan singkat bibir mereka sembari berpikir cara untuk kembali mewujudkan impian Raysa yang selama ini dipendamnya.
“Kakak Janji Ray, mulai detik ini kamu akan kembali menemukan kebahagian kamu. Kakak Janji.” Ucap Elang tegas setelah melepaskan bibir Raysa, Raysa terharu mendengarnya dan kembali meraih bibir Elang dengan bibirnya, melumat dengan sangat mesra.
“Terima kasih.” Ucap Raysa melepaskan bibir Elang sejenak, tapi setelah itu kembali menyatukannya.
Elang membalas ciuman Raysa dengan lembut dan juga mesra, tapi perlahan-lahan lumatannya semakin dalam dan sedikit memaksa. Elang tidak tahan, perlahan tubuhnya memanas dan bergejolak. Elang segera beralih posisi, sekarang dia tepat berada diatas tubuh Raysa mengukung tubuh kekasihnya itu.
“Kak.” Ucap Raysa serak, kedua mata mereka saling bertatapan.
Nafas Elang naik turun, dia berusaha bertahan tapi tubuhnya tetap menginginkan lebih.
“Kak.” Panggil Raysa membelai wajah Elang, dia heran dengan tingkah prianya itu.
“Apa kakak boleh menyentuhmu?” Tanya Elang pelan, matanya memelas memohon.
Raysa menganggukkan kepala pelan, walau di satu sisi dia merasa ragu, tapi di sisi berbeda dia juga menginginkannya.
“Boleh.” Jawab Raysa, ucapan Raysa seakan angin segar yang menyejukkan baginya.
Elang kembali melumat bibir Raysa, dia juga meminta Raysa membuka mulutnya dan melesatkan lidahnya ke dalam.
“Akh..” Lenguhan pelan keluar dari mulut Raysa ketika jari-jari Elang menyusup kedalam baju dan menelusuri tubuhnya.
Tubuh Raysa memanas, wanita itu menggeliat ketika tangan Elang berhenti di atas dadanya, meremasnya pelan.
“Kakak.” Teriakan Aruna mengejutkan mereka berdua, Elang segera menarik tangan dan melepaskan bibir Raysa. Wajah Raysa memerah menahan malu, Elang tersenyum tipis segera bangkit dan berjalan ke arah pintu kamar.
“Apa dek?” Tanya Elang membuka pintu kamar.
“Aku mau keluar, ada urusan.” Jawab Aruna pamit.
“Oke, mama dan papa sudah jalan?”
“Sudah, kakak bagaimana?”
“Kakak masih mau disini dulu, kamu hati-hati ya.” Jawab Elang, Aruna menganggukkan kepala menggeser tubuh Elang dan memajukan tubuhnya melihat kedalam kamar.
“Ray, aku pergi dulu ya. Sampai bertemu lagi.” Seru Aruna, Raysa segera bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah pintu.
“Oke, hati-hati ya.” Balas Raysa, Aruna menganggukkan kepala sembari tersenyum hangat.
Elang dan Raysa masih di pintu ketika Aruna membalikkan badan dan turun ke bawah, tapi begitu Aruna menuruni tangga, Elang segera menarik tubuh Raysa masuk dan menutup pintu. Elang menyandarkan tubuh Raysa di dinding dan kembali menyatukan bibir mereka. Raysa pasrah, karena dia juga menginginkannya.
Elang menggendong Raysa dan kembali membaringkannya, Elang melepaskan bibir Raysa dan dengan gerak cepat meloloskan baju yang dipakai wanitanya itu. Elang kembali mengangkat tubuh Raysa dan mendudukan di atas pangkuannya, mata Elang dan Raysa saling bertatapan penuh cinta dan bergejolak.
“Akh…” Lenguhan pelan kembali terdengar ketika Elang meremas pelan dada Raysa setelah membuka dan melempar jauh penutupnya.
Milik Raysa tidak terlalu besar tapi Elang suka, Elang menurunkan kepalanya dan membenamkan di dada Raysa, Elang mengulumnya secara bergantian membuat Raysa semakin menggila dan menggeliat merasakan kenikmatan yang tidak pernah selama ini dia rasakan.
“Kak.” Panggil Raysa dengan nada serak, nafas wanita itu pun naik turun sembari meremas-remas pelan rambut Elang, Elang tersenyum tipis dia juga menikmatinya.
Puas dengan dada sang kekasih, Elang pun berpindah ke bagian tubuh yang lain. Pria itu membenamkan wajahnya di leher Raysa, membuat Raysa semakin tidak terkontrol karena rasa geli yang luar biasa dirasakannya.
Elang mengambil salah satu tangan Raysa yang dan meletakkan tepat di miliknya, Elang pun memejamkan mata ketika Raysa memegang miliknya itu.
“Kak.” Panggil Elang ketika dia merasakan milik Elang yang sudah tegang dan masih berada di dalam celananya.
“Sesak sayang, boleh kakak keluarkan?” Tanya Elang bersusah payah menahan, apalagi rasanya juga sangat nyeri karena celana yang dipakai Elang sempit.
Raysa menjawab dengan anggukan kepala pelan, Elang tersenyum senang dan mengangkat sedikit tubuh Raysa, sembari menurunkan celananya. Raysa terkejut luar biasa melihat ukuran milik kekasihnya itu, milik Elang mengacung tegak di hadapannya.
“Kak.” Panggil Raysa dengan tatapan mata heran menatap mata Elang, Elang tersenyum tipis kembali mengambil tangan Raysa dan meletakkan di miliknya itu.
“Ajak kenalan sayang, biar lebih dekat” Ucap Elang menggoda, wajah Raysa langsung memerah malu mendengarnya.
“Aa..kakak.” Rengek manja Raysa memukul pelan dada Elang, Elang langsung tertawa lepas karena gemas dengan tingkat kekasihnya.
Bersambung...