Mencinta kembali, apakah mungkin bagi Dewi Bhuana Joyodiningrat. Diusianya yang sudah lebih dari kepala 4 sekarang, dirinya kembali dihadapkan oleh 2 pria dari masa lalunya.
Ditinggalkan begitu saja, membersarkan anaknya sendirian. Dan kini orang itu kembali hadir berbarengan dengan orang lain dari masa lalunya.
Hendra Kusuma dan Aji Kurniawan. Satu adalah mantan suaminya, dan yang satu adalah temannya.
Siapakah dari kedua pria itu yang bisa membuat Dewi kembali mencinta?
Akankah putri Dewi yang bernama Aisya menerima kembali sang ayah yang meninggalkan mereka bahkan saat dia tidak diketahui sudah ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Loving Again 26
"... Sayang, aku sungguh tidak bisa melihat mu bersama dengan pria lain selain aku."
Jeng jeng jeng
Hendra membulatkan matanya ketika mendengar ucapan pria yang berdiri sangat dekat dengan Dewi ini. Bahkan Dewi terlihat tengah menggenggam erat lengan pria itu.
"Ini?" tanya Hendra langsung. Dia ingin mengetahui secara pasti siapa pria yang ada di sisi Dewi sekarang.
"Perkenalkan, saya Aji Kurniawan. Saya adalah kekasih Dewi. Dulu sih kita teman SMA ya sayang, eh puluhan tahun berlalu bertemu lagi."
"Tidak perlu dijelaskan Bang. Itu kan kenangan kita. Nah Bang Aji, dia adalah Hendra. Dia pernah jadi suami ku dulu walau cuma selama 2 bulan. Total semuanya 3 bulan lah. Bukan begitu, Hend?"
Degh!
Hendra tidak menyangka bahwa Dewi sudah memiliki kekasih. Selain itu mereka juga terlihat begitu serasi dan saling menyayangi.
Dan yang lebih membuat dada Hendra nyeri adalah ucapan Dewi yang menegaskan hubungan pernikahan mereka. Dimana hal tersebut memang benar bahwa usia pernikahan mereka bahkan tak sepanjang usia tanaman jagung.
Namun Hendra agaknya tidak menyerah begitu saja. Dia tahu kalau Dewi tidak ingin bicara dan menggunakan Aji sebagai alasan.
"Dew, apa yang akan aku bicarakan ini adalah hal pribadi. Jadi aku rasa tidak nyaman jika ada orang lain yang mendengar."
"Hmmm orang lain ya? Tapi maaf ya, bagi aku, Bang Aji bukan orang lain. Tapi ya terserah kamu, kalau mau bicara ya berarti Bang Aji harus ada di sini. Kalau kamu tidak ingin Bang Aji ikut duduk bersama ku, berarti ya tidak perlu ada pembicaraan."
Hendra terhenyak, dia tidak pernah menyangka bahwa Dewi bisa bersikap seperti ini.
Selama mengenal Dewi, dia tahu nya Dewi adalah wanita yang penurut. Tapi sekarang dia melihat Dewi sebagai pribadi yang keras kepala.
"Bang, masuk dulu yuk."
"Iya ayo."
Dewi melenggang masuk bersama Aji dengan melewati Hendra. Dia sama sekali tidak mempersilakan pria itu untuk ikut masuk ke dalam.
"Bang, maaf ya sudah melibatkan mu."
"Tidak tenang saja, aku menyukainya."
Dewi berbisik kepada Aji dan dibalas dengan bisikan juga oleh Aji. Bahkan Aji secara spontan mengusap kepala Dewi.
Hal kecil itu membuat Hendra semakin merasa tidak suka. Entahlah mengapa demikian. Tapi yang jelas memang begitu yang dia rasakan.
"Baiklah, aku setuju," ucap Hendra sambil berjalan di belakang Dewi dan Aji.
"Nah begitu. Silakan masuk dan silakan duduk. Kita akan duduk di teras. Aku tidak pernah memasukkan tamu pria ke dalam. Kecuali itu Bang Aji."
Hendra menghela nafasnya panjang. Dia tidak perlu memikirkan hal-hal tersebut. Pada intinya sekarang dia butuh informasi mengenai Aisya.
"Silakan duduk, dan katakan apa yang ingin kau katakan. Aku tidak punya banyak waktu. Langsung saja pada intinya."
"Anak, apa kita memiliki anak hasil pernikahan kita?"
Entah mengapa Dewi sama sekali tidak terkejut mendengar pertanyaan Dewi. Aisya berada di Jakarta sudah lumayan, maka kesempatan Aisya bertemu Hendra pun juga pasti ada. Dan mungkin Hendra yang merasa Aisya mirip dengan dirinya menjadi timbullah pertanyaan tadi.
"Apa untungnya aku memberitahu mu kita punya anak atau tidak? Toh selama ini aku merawat anak aku sendiri juga."
"Dew, jika benar kita memiliki anak. Terlebih jika anak kita perempuan, dia nanti membutuhkan ayahnya untuk menjadi wali nikahnya."
"Oooh begitu ya, jadi fungsi ayah itu hanya untuk menikahkan ya? Waah enak sekali kalau begitu."
Hendra mengusap wajahnya dengan kasar. Agaknya Dewi akan sulit menjawab pertanyaannya tersebut.
"Dew, aku mohon. Aku ingin tahu."
"Kenapa sekarang kamu ingin tahu? Dulu saja kamu acuh tak acuh. Kamu tiba-tiba meminta cerai tanpa alasan. Dan sekarang kamu muncul untuk menanyakan perihal anak. Lucu sekali kamu itu Hend."
Hendra sekarang terdiam seribu bahasa. Kata-kata Dewi yang tajam dipenuhi dengan emosi yang menggebu-gebu. Baik Hendra maupun Aji bisa merasakannya.
Dengan lembut Aji menggenggam tangan Dewi. Dia juga menepuk punggung tangan wanita itu agar lebih tenang dalam mengendalikan emosinya.
"Sayang, denyut nadi mu cepat sekali lho ini. Coba ambil nafas dalam dan keluarkan perlahan."
"Haaah begini nih kalau dekat dengan Pak Dokter, berasa punya dokter pribadi. Terimakasih ya Dokter Aji untuk perhatiannya."
Satu fakta lagi yang baru Hendra ketahui, pria yang mengaku dan diakui sebagai kekasih Dewi ini ternyata seorang Dokter.
"Dew, sepertinya kamu sedang dalam kondisi tidak bagus. Aku akan pergi, besok aku akan kembali untuk bicara. Aku permisi."
Hendra melenggang pergi. Dia paham kalau saat ini Dewi tak lagi bisa diajak bicara. Emosi wanita itu tengah meledak-ledak sekarang dan akan percuma jika Hendra tetap bertahan disana.
Hendra memutuskan mencari hotel yang tak jauh dari tempat itu. Setidaknya dia butuh tempat istirahat karena besok dia harus kembali menemui Dewi untuk mendapatkan jawaban tentang pertanyaannya.
Sedangkan Dewi, dia akhirnya bernafas lega setelah Hendra benar-benar menghilang dari pandangan matanya.
"Bang, maaf karena membuatmu terlibat. Lalu, terimakasih ya Bang sudah bersedia mengikuti permainan ku."
Lagi-lagi Dewi meminta maaf karena dia sudah melewati batas melibatkan Aji dalam urusannya.
"Jangan minta maaf, kamu tidak salah apapun Dew. Aku akan membantu mu sebanyak yang kamu mau. Jadi tidak perlu meminta maaf dan mengucapkan terimakasih."
Apa yang dikatakan Aji itu sungguh tulus. Dia sekarang malah merasa prihatin kepada wanita ini.
Dewi terlihat begitu kesakitan. Dia juga terlihat sangat membenci pria yang bernama Hendra tadi.
Sreet
"Dew, lihat aku."
Aji meraih tangan Dewi dan menggenggam tangan lembut itu.
"Dew, semua akan baik-baik saja. Aku yakin itu. Lepaskan semuanya, lepaskan rasa sakit mu. Dan, kamu bisa bersandar padaku. Pergunakan aku sebanyak yang kamu mau. Aku ini kuat, dan aku tak akan jatuh meskipun kamu bersandar kepadaku. Kamu tak harus merasakan semuanya sendirian. Selama ini kamu sudah sangat kuat. Kamu hebat Dew, dan sekarang kemunculan pria itu bukan lah apa-apa buat kamu. Ingat, ada aku di sini."
Dewi mengangguk, tanpa terasa air matanya luruh begitu saja.
Tetesan air mata itu berubah menjadi tangis.Ya Dewi menangis tergugu sekarang.
Reflek, Aji membawa Dewi pada pelukannya. Di dalam pelukan Aji, Dewi benar-benar menumpahkan tangisnya.
"Ya menangislah, menangislah sepuas kamu Dew. Lalu, besok kamu bisa berdiri tegak dalam menghadapinya. Dan aku pun besok akan ada di sisi mu untuk menemani mu."
"Terimakasih Bang, terimakasih banyak."
TBC
Pede sekali kamu Hendra...emang Dewi mau kembali sama kamu
Aji akan selalu ada untuk Dewi ♥️
gliran sng mntan udh ada yg lain,cmburu...ga ingt apa dlu nyktin dewi sgtunya,trs bhgia sm yg lain....sdngkn dewi,hrs mnyembuhkn lukanya sndri....
gak ada kesempatan bagimu untuk mendekati Dewi kembali Hendra