Anara gadis 25 tahun mengalami kecelakaan setelah mengetahui perselingkuhan calon suaminya dengan kakak tirinya. Tubuhnya yang tidak berdaya dan dinyatakan koma, tetapi ternyata arwahnya gentayangan. Arwah bisu itu harus menyaksikan banyaknya kepalsuan yang terjadi selama hidupnya. Ibu diri yang dianggap sudah sebagai ibu kandungnya yang ternyata juga selama ini hanya berpura-pura baik kepadanya. Tetapi takdir berkata lain, Dokter tidak bisa menyelamatkan Anara.
Anara menangis meminta keadilan untuk hidupnya, meminta kesempatan agar diberi kehidupan kembali untuk membalaskan dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Siapa sangka di saat matanya terbuka, Anara
berubah menjadi anak kecil yang berusia 6 tahun, walau tubuh Itu tampak kecil, tapi sisi dewasanya masih ada. Anara gunakan kesempatan itu untuk membongkar kepalsuan ibu tirinya.
Jangan lupa untuk ikuti terus novel saya.
Follow Ig saya : Ainuncefenis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Tidak Terpengaruh
"Kenapa kalian masih diam? Apa kalian tidak mendengar apa kata saya hah! Pergi dari rumah ini!" tegas Haris.
Semakin dia mencoba untuk berteriak semakin sakit dadanya.
Nindy dan Tami saling melihat satu sama lain dan akhirnya mereka berdua sama-sama berlutut untuk mencari belas kasihan dari Haris.
"Mas jangan usir kami!"
"Kami minta maaf atas apa yang telah kami lakukan kami benar-benar tidak bermaksud untuk melakukan semua itu. Saya minta maaf atas kehilafan saya. Saya berjanji akan memperbaiki semua kesalahan saya. Mas harus melihat semua perjuangan saya selama ini," ucap Tami yang berusaha untuk mempengaruhi pikiran harus agar benar-benar percaya kepadanya dan memberinya kesempatan.
"Nindy juga meminta maaf. Pa! Nindy benar-benar sangat menyesali apa yang terjadi. Nindy tidak bermaksud untuk mengkhianati Anara. Maafkan Nindy. Pa!"
"Apapun yang kalian katakan tidak akan mempengaruhi apapun. Sekali lagi saya tegaskan kepada kalian berdua untuk pergi dari sini! Tidak ada kata maaf untuk kalian. Kalian orang yang sangat kejam!" tegas Haris.
"Ampun. Mas!"
"Ampun!"
"Jangan menyentuhku!" tegas Nara yang coba menjauhkan tangan kedua orang itu saat ingin memegang Haris.
"Pergilah dari rumah ini dan kalian sudah diusir!" tegas Nara berbicara dengan lancang dan bukan anak kecil yang diperdengarkan itu.
"Siapa kau berani mengusir kami!" tegas Tami.
"Jangan sesekali berteriak kepada Nara. Aku menyuruh kalian untuk pergi!" tegas Haris.
"Bi!" Haris berteriak memanggil pelayan yang akhirnya beberapa pelayan yang bekerja di rumah itu datang.
"Tuan!" mereka tampak khawatir yang tidak tahu apa yang terjadi yang langsung mendekati Haris.
"Bawa saya ke kamar!" titah Haris.
"Baik tuan!" mereka langsung mengangguk dan membantu Haris untuk berdiri.
"Jika besok pagi kalian berdua masih ada di rumah ini. Maka jangan salahkan saya membawa masalah ini ke ranah hukum dan kalian berdua akan berurusan dengan hukum!" tegas Haris memberikan ancaman yang benar-benar tidak memperlihatkan belas kasihan kepada Tami dan juga Nindy.
Pelayan itu kemudian langsung membawa Haris menaiki anak tangga dan begitu juga dengan Nara.
"Ma bagaimana ini?" tanya Nindy yang mana mereka berdua sudah berdiri.
"Mama juga tidak menyangka jika akhirnya Papa kamu mengetahui semua ini. Kita terlalu lengah sampai tidak menyadari jika dia diam-diam telah menyelidiki kita dan sekarang lihatlah tidak ada ampunan untuk kita berdua dan dia tidak segan-segan mengusir kita dari rumah ini!" ucap Tami yang mulai frustasi memijat kepalanya.
"Nindy tidak mau jadi gelandangan, kita memikirkan cara agar tidak diusir dari rumah ini. Mama biasanya paling mudah membujuk papa. Ayo keluarkan semua bujuk rayu Mama!" desak Nindy.
"Kamu jangan terus menekan Mama seperti ini. Mama juga berusaha untuk memikirkan cara agar kita tetap berada di rumah ini dan Papa kamu kembali percaya kepada kita. Apapun itu tidak semudah itu kita terhempas dari rumah ini begitu saja!" tegas Tami.
Heri yang masih ada di sana menghela nafas, dia sepertinya tidak ingin ikut campur urusan ibu dan anak itu yang memilih untuk pergi.
"Mau kemana kamu?"langkah itu terhenti ketika mendengar ucapan Nindy.
"Untuk apalagi aku ada di rumah ini?" jawab Heri.
"Apa kamu sudah puas membuat pengakuan seperti itu hah!"
"Kenapa kamu begitu bodoh Heri. Seharusnya kamu mengikuti jalan cerita sandiwara yang sudah aku buat dan pasti jika kamu mengikuti kejadiannya tidak akan sampai seperti ini!"
"Kenapa kamu tidak menalar sama sekali?" tegas Nindy yang semakin emosi dengan Heri.
"Aku bukan tidak menalar dan aku mengerti apa maksud kamu. Tetapi kalau aku pikir-pikir untuk apa juga aku harus melakukannya, itu sama saja hanya memberi keuntungan pada kalian berdua dan sementara aku akan benar-benar hancur. Lalu aku juga harus memikirkan matang-matang dan apabila aku hancur kalian akan peduli kepadaku? Kalian tidak akan peduli dan justru kalian yang akan menerima keuntungan yang banyak dari hal ini!" tegas Heri.
"Jadi lebih baik kita sama-sama menerima resiko apa yang terjadi. Aku tidak pernah memaksa kamu Nindy untuk menjalankan hubungan seperti ini di belakang Anara. Kamu bahkan salah jika mengatakan aku yang mengejar-ngejar mu. Kau yang telah mengejar-ngejar ku dan membuatku benar-benar gelap mata menjalin hubungan denganmu dan mengkhianati Anara,"
"Kau memutar balikan fakta seolah aku yang bersalah dalam semua ini. Lalu kau ingin aku menyetujui semua pernyataanmu agar kau tetap menjadi wanita yang tulus di depan Om Haris dan sementara akulah pemain yang brengsek. Maaf Nindy aku tidak sebodoh itu dan justru aku akan menjadi laki-laki yang bodoh jika mengikuti sandiwaramu tadi!" tegas Heri.
"Jadi sekarang kau akan lepas tanggung jawab atas semua yang terjadi hah! Kau juga bahkan ikut-ikutan!" tegas Tami.
"Apa yang aku lakukan Tante! Bukankah selama ini aku hanya mengikuti semua kemauan Tante. Aku hanya mempengaruhi Arana terus menyerahkan proyek kepadaku dan keuntungannya siapa yang mendapatkan kalian. Aku juga sama sekali tidak ikut-ikutan dan bahkan tidak tahu tentang penggelapan dana yang dilakukan Rudi dan ternyata Tante terlibat. Aku sudah mengakui kepada Om Haris apa yang terjadi di rumah sakit bagaimana aku yang ingin mencelakai Arana!" tegas Heri.
"Jadi apapun yang kalian dapatkan itu adalah resiko dari kalian, aku tidak ikut-ikutan sama sekali dan kita sama-sama melakukan kesalahan yang mendapatkan resiko masing-masing dan urus masing-masing untuk penyelesaiannya dan jangan mengaitkanku dengan hal apapun lagi!"
"Aku sudah tidak berurusan lagi dengan kalian berdua!" tegas Heri memberikan pernyataan dengan penuh penekanan.
Heri tidak mengatakan apapun lagi yang langsung berlalu dari hadapan Heri dan juga Tami.
"Kurang ajar kau Heri. Jika bukan karena aku kau tidak akan bisa hidup seperti ini!" teriak Nindy yang membuat langkah Heri kembali terhenti dan menoleh kembali ke belakang.
"Kau salah aku hidup berkelimpangan kemewahan karena Anara dan justru karena kehadiranmu yang merusak pikiranku membuat hidupku sekarang berantakan. Tetapi kau jika bukan karena keluarga Anara maka kau akan menjadi gelandangan sama seperti apa yang akan terjadi setelah ini!" tegas Heri yang kembali melanjutkan langkahnya.
"Akhhh sial!" umpat Nindy.
"Berani sekali dia berbicara seperti itu?" Nindy dan Tami yang terlihat kesetanan karena pernyataan dari Heri.
Sementara Haris yang berada di dalam kamar yang sudah berbaring di atas ranjang.
"Saya akan panggilkan Dokter!" ucap Bi Indah.
"Baiklah!" jawab Haris yang setuju yang pasti dia juga ingin memeriksakan keadaannya. Indah yang tidak mengatakan apapun lagi yang langsung keluar dari kamar Haris dan Nara menghampiri Haris.
"Apa Om baik-baik saja?" tanya Nara.
"Saya baik-baik saja Nara. Maaf sekali usia kamu sekecil ini harus menghadapi semua ini dan harus mendengarkan hal-hal yang tidak pasti kamu mengerti," ucap Haris.
Nara yang tiba-tiba saja memeluk Haris.
"Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepadaku. Akhirnya Papa mengetahui apa yang terjadi dan mengambil tindakan yang benar. Tuhan jika diberikan hidup sedikit lagi tetap berada di tubuh anak ini. Aku ingin Papa benar-benar sembuh. Agar aku bisa pergi ke tenang mungkin," batin Nara yang meneteskan air mata diperlukan itu.
Bersambung.......
dan pastinya ku harap ini cerita sp end..sumpeh capek bgt baca cerita udah baca berbab" eh diujung malah diganting kayak jemuran...gariiinngggg bookk
apa setelah ini ada kejutan lainnya yang akan terbongkar??? wah, pasti seru ini...
Ceritanya bagus, Konfliknya tidak terlalu bertele2 dan Sesuai alurnya jadi gak buat bosan ...
Penyampaian kosakatanya mudah dipahami....
Semoga sukses kakk othor❤️
kasian anara dikeliling orang jahat yang suka berkhianat apalagi ibu tiri & kakak tirinya, ingin menguasai apa yg dimiliki anara... termasuk heri, berselingkuh dgn kakak tiri anara.