NovelToon NovelToon
Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Erny Su

Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

"Apa itu, kamu meragukan ku."ucap Dion.

"Di mengertilah kamu bukan hanya milikku seorang, kamu punya dia dan secara hukum dan juga seperti yang orang tau dialah yang lebih berhak atas segalanya apa yang kamu miliki. Dan aku tidak ingin orang lain menghujat ku hanya karena aku menggunakan semua fasilitas yang kamu berikan."ucap Jiwa.

"Kamu? Tidak bisakah memanggilku dengan panggilan sayang mu, apa kamu tidak sayang padaku babe?"balas Dion yang kini merasa kesal.

"Maaf Di, tapi rasanya aku tidak pantas untuk itu."ucap Jiwa.

"Babe! aku tidak tau apa yang ada di fikiran mu saat ini, kenapa kamu selalu menjaga jarak dariku dan kenapa kamu selalu bilang bahwa kamu tidak pantas ini dan itu dengan ku! Aku ini suamimu bukan orang lain bisa tidak jangan pernah pedulikan orang lain, kamu itu milikku dan aku milikmu jadi apa salahnya kamu menggunakan semua yang aku miliki. Dimana letak kesalahannya hmm? jika kamu ingin kita ungkapkan kebenaran bahwa kita adalah suami istri yang sah dan kamu adalah istri pertama ku itu akan aku lakukan secepatnya. tapi kamu harus janji apapun yang terjadi kamu harus tetap bertahan disisiku setelah semuanya diungkapkan nanti."ucap Dion yang kini terlihat sangat marah dan kecewa.

"Lebih baik tidak usah lakukan apapun Di, aku tidak bisa janji bisa bertahan atau tidak kita jalani saja seperti apa adanya."ucap Jiwa.

"Di?"ujar Dion yang masih tidak terima dengan panggilan yang Jiwa berikan padanya.

"Maaf"ucap Jiwa lirih.

"Duduk!"bentak Dion menunjuk sofa yang ada di hadapannya.

"Tapi aku sudah terlambat untuk pergi bekerja please, sudah berulang kali aku bolos tolong jangan buat aku kehilangan pekerjaan."ucap Jiwa.

"Pekerjaan dan pekerjaan, sekali ini saja bisa tidak pikirkan tentang suamimu?"ucap Dion.

"Hmm...maaf."lirih Jiwa yang kini menundukkan pandangannya.

"Jangan terus minta maaf babe, aku hanya ingin kamu menjalani hidup mu dengan normal tanpa harus bekerja, aku sudah memberikan nafkah untuk mu. Dan jika itu tidak cukup kamu bisa katakan padaku."ucap Dion.

Tapi bagaimana jika uang itu habis apa kamu tidak sayang dengan hasil kerja keras mu dihambur-hamburkan oleh ku?"ucap Jiwa.

"Tidak babe justru aku akan bekerja lebih keras lagi untuk mencukupi kebutuhan mu. Aku bahagia jika istriku bahagia."ucap Dion dengan tulus.

"Tapi aku tidak bisa berdiam diri, aku tidak bisa hanya duduk diam dirumah aku sudah terbiasa bekerja Di sayang."ucap Jiwa.

"Kamu bisa ikut aku ke perusahaan setiap hari babe, kamu bisa bantu aku jika kamu mau yang terpenting kamu ada di sisiku."ucap Dion.

"Lalu bagaimana jika istrimu tau?"ucap Jiwa.

Dion sempat terdiam, tapi bukan karena pertanyaan Jiwa namun Jiwa tetap salah faham."Sudah kuduga, sebaiknya kita akhiri semuanya sebelum dia tau dan kamu kehilangan berlian berharga mu itu."ucap Jiwa.

"Babe jangan salah faham, dan jangan pernah meminta perpisahan karena aku tidak akan pernah mengabulkan nya."ucap Dion tegas.

"Salah faham ya, hmm... sudahlah lagipula aku tidak akan pernah ikut kemanapun dengan mu tuan. Aku akan tetap bekerja di tempat Rudy."ucap Jiwa yang kini meraih tas miliknya namun Dion juga menarik tas itu dan menahan nya dengan tatapan tajam kearah Jiwa.

"Babe kamu tidak bisa diajak bicara baik-baik jadi terpaksa aku melakukan ini."ucap Dion yang kini melempar tas Jiwa kearah dinding hingga seisi tas berhamburan ke lantai termasuk ponsel jadul milik Jiwa yang kini hancur berantakan.

Jiwa pun hanya berdiri mematung di tempatnya dengan tetes air mata yang kini meluncur deras.

Dion langsung pergi menuju kearah pintu dan menguncinya dengan cepat dia menatap wajah cantik yang basah dengan air mata tersebut."Masuk kedalam kamar."ucap Dion tegas.

Jiwa masih mematung tapi Dion menarik pergelangan tangannya dan Jiwa pun terpaksa mengikuti langkah Dion yang sangat lebar itu.

"Di sakit."ucap Jiwa yang kini mendapatkan cengkraman kuat ditangannya.

"Panggil aku sayang."ucap Dion.

"Sayang sakit."ucap Jiwa yang kini memejamkan matanya karena rasa sakit yang teramat sangat.

Dion pun langsung melepaskan genggaman tangan nya dan Jiwa langsung mengusap-usap pergelangan tangan nya dan berusaha menyembunyikan bekas cengkraman Dion yang kini terlihat membekas.

"Maaf babe coba aku lihat?"ucap Dion, tapi Jiwa tetap menyembunyikan nya.

"Sudah tidak apa-apa mandilah aku menunggu disini."ucap Jiwa yang kini berpura-pura baik-baik saja meskipun itu benar-benar sangat sakit.

Dion pun langsung masuk kedalam kamar mandi sementara Jiwa hendak mengambil tas dan barang-barang nya sampai saat handphone Dion bergetar diatas nakas Jiwa melihat itu adalah asisten pribadi Dion.

Jiwa yang awalnya tidak berani menerima panggilan tersebut pun langsung menerima nya takut itu sangat penting. Jiwa pun menggeser layar dengan gambar telpon berwarna hijau tersebut.

"Mr, nyonya Mutiara mengidap kanker darah dan seluruh hasil pemeriksaan medis sengaja ia rahasiakan dari anda dan tuan Devan tau tentang itu."ucap seseorang di sebrang telfon yang kini terjatuh di lantai.

Jiwa pun akhirnya menangis tanpa suara, dia terduduk di lantai dengan tubuh bergetar hebat. Entah apa yang harus dia lakukan saat ini dia tidak tahu. Dia yang tidak ingin lagi menyusahkan siapapun kini bahkan tidak bisa berfikir harus berbuat apa, sementara telfon tersebut masih terhubung dan Jiwa tidak mengambil atau merespon perkataan dari asisten pribadi Dion hingga tangan kekar itu meraih telpon genggam yang tergeletak begitu saja di lantai tempat di hadapan Jiwa yang kini menatap penuh permohonan.

"Jangan dengarkan dia, dia tidak benar aku baik-baik saja aku bisa buktikan padamu aku mohon jangan dengarkan dia."ucap Jiwa tapi Dion yang kini menatap lekat wajah Jiwa pun langsung menempelkan telpon genggamnya itu ke telinganya.

"Ada apa, apa kamu sudah menemukan nya?"ucap Dion yang kini membuat pria di sebrang sana terdiam sejenak kemudian dia berkata.

"Hasil laporan nya sudah saya kirim pada anda tuan, semoga itu sebuah kekeliruan karena saya sendiri pun tidak mungkin kuat menghadapi nya."ucap asisten pribadi Dion yang kini mengakhiri sambungan telefon tersebut.

Dion masih menatap lekat wajah cantik yang kini basah dengan air mata tersebut lalu dia meletakkan handphone nya di atas nakas lalu Dion kembali berkata."Aku tidak akan mendengarkan orang lain, tapi aku mohon jujurlah babe apa yang terjadi dengan mu?"ucap Dion.

"Aku baik-baik saja dan aku berharap semua itu hanya efek tenggelam."ucap Jiwa yang akhirnya menjelaskan bahwa akhir-akhir ini dia mimisan dan darah yang keluar tidak hanya sedikit saat kepalanya benar-benar sakit.

...*****...

Sudah hampir tiga puluh menit keduanya saling terdiam, dan diamnya Dion membuat Jiwa merasa bahwa saat ini Dion tengah benar-benar marah padanya meskipun dugaan Jiwa tidak salah tapi juga tidak sepenuhnya benar.

"Kita akan melakukan pemeriksaan di Amerika."ucap Dion yang akhirnya kembali berbicara.

"Tidak Di aku baik-baik saja."ucap Jiwa.

"Tidak ada bantahan."ucap Dion tegas.

Pria itu langsung kembali masuk kedalam kamar mandi dan saat ini dia membawa handphone nya.

"Ya Tuhanku kenapa harus seperti ini, apa aku tidak berhak untuk hidup tenang. Lalu kenapa engkau beri aku umur panjang jika ternyata hidup ku harus ku lalui dengan derita aku tidak kuat lagi."ucap Jiwa yang kini keluar dari dalam kamar dan pergi menuju kamar lain lalu masuk kedalam kamar mandi dan membasuh muka nya yang sedari tadi terus dibasahi dengan air mata.

Jiwa menatap wajah pucat itu, kemudian dia berkata."Maaf aku tidak bisa menjaga mu dengan baik sampai akhirnya kelak tiba aku mohon berjuang lah ."ucap Jiwa yang kini berbicara pada dirinya sendiri.

Jiwa pun merapihkan rambutnya karena di kamar itu tidak terdapat makeup dia pun terpaksa harus menghadapi Dion dengan wajah pucat nya itu.

Jiwa pun menyiapkan sarapan pagi yang ternyata baru datang dan itu dalam porsi yang lebih, entah siapa yang mengantar kesana lagipula pintu dikunci.

Entah Dion yang membuka pintu atau entahlah yang pasti saat ini Jiwa tengah malas untuk berfikir keras.

Jiwa pun akhirnya duduk menanti Dion setelah dia selesai menata semuanya diatas meja, sampai saat seseorang datang bersama Ayudia yang kini menatap lekat padanya.

"Dimana Dion?"tanya Ayudia pelan.

"Ah nyonya dia di"ucapan nya terhenti saat Dion kini sudah berada di arah yang Jiwa tunjukkan.

"Honey kamu disini, pantas tidak pulang,oh iya dia siapa dan kenapa kamu tinggal di rumah sempit ini?"ucap Kasandra yang kini tidak mengenali wajah Jiwa yang tampak sangat pucat.

Azura pun mendekat kearah Jiwa lalu berkata dengan lirihnya."Maaf Tiara tapi Kasandra sedang sangat membutuhkan Dion, dia sedang mengandung anak Dion."ucap Ayudia yang kini melirik kearah Dion dan Kasandra tanpa peduli dengan rasa sakit yang Jiwa rasakan saat ini.

Tapi Jiwa dengan sekuat hati berusaha untuk bersikap biasa saja."Selamat nyonya semoga semuanya baik-baik saja hingga cucu anda lahir nanti, anda bisa minta Dion untuk tidak lagi datang kesini agar dia bisa memberikan waktu nya pada menantu anda, kalau begitu saya permisi dulu saya ada pekerjaan saat ini."ucap Jiwa yang kini pergi tanpa menunggu balasan dari Ayudia dan langsung meraih tas miliknya yang tadi sempat ia bereskan.

Dion hendak mencegah tapi Ayudia langsung berkata."Jangan bingung sayang ini rumah teman masa kecil Dion dan semalam dia sudah mengabari mommy bahwa Dion menginap disini karena dia tidak enak badan."ucap Ayudia.

"Oh begitu ya, iya sih wajah nya begitu pucat seperti orang yang sedang sakit keras, kasihan apa dia tidak punya keluarga?"ujar Kasandra.

"Tidak ada, selama ini ia bergantung pada Dion."ucap Ayudia lagi dan itu memang ada benarnya.

Sementara Dion saat ini hanya menatap sang mommy yang bahkan tidak peduli dengan keadaan nya saat ini yang tidak bisa membela isti pertamanya yang kini entah pergi kemana.

Sementara Jiwa sendiri kini tengah menyetir mobil dengan kecepatan tinggi tanpa peduli dengan pengemudi lain hingga dia tiba di tempat dimana ketiga orang terkasih nya terbaring di sana.

Tangis pilu itu pecah Jiwa tidak punya kekuatan apapun lagi untuk bertahan saat ini, tubuhnya ambruk di tanah tempat di tengah-tengah makam kedua orang tuanya dan juga Arjuna kakak tersayang nya.

Dia tidak sadarkan diri dengan darah yang mengalir deras dari hidung dan juga kening nya yang terbentur sudut makam yang terbuat dari keramik tersebut.

Hingga malam hari tiba, Jiwa tersadar di ruang rawat inap dengan perawatan intensif dan disamping nya terdapat kantung darah dan infus dengan kepala di perban Jiwa pun lagi-lagi hanya bisa menangis karena tuhan kembali membuat dia bertahan hidup dalam kesakitan dan kali ini yang dia lihat bukan Dion ataupun Devan, melainkan orang asing yang berkata bahwa ia menemukan nya beberapa jam lalu saat dia tengah mencari temannya yang juga hilang di area pemakaman.

Jiwa hanya terdiam sesaat setelah pria itu berbicara, dia tidak ingin menangis dihadapan orang lain biarlah rasa sakit nya dia sendiri yang rasakan.

"Beritahu dimana keluarga anda biar saya hubungi mereka anda sedang sakit keras kenapa berpergian sendirian?"ucap pria itu yang tidak lain adalah seorang dokter bernama Abraham.

"Keluarga saya yang tadi saya kunjungi, mereka sudah tidak ada lagi di dunia ini tapi anda tidak perlu khawatir saya akan bayar biaya perawatan nya, dimana tas saya."ucap Jiwa yang kini berusaha untuk bangkit meskipun kepalanya masih sangat terasa sakit.

"Apa yang anda katakan nona, saya bertanya bukan karena biaya perawatan. Tapi saya khawatir karena anda sedang tidak baik-baik saja."ucap dokter Abraham yang tadi sudah memperkenalkan diri.

"Hmm... tidak usah khawatir dokter terimakasih atas pertolongan nya saya baik-baik saja."ucap Jiwa yang hendak pergi tapi tangan nya ditahan oleh pria itu.

Abraham bisa melihat kepedihan yang tengah dirasakan oleh Jiwa dari tatapan matanya.

"Jangan pergi setidaknya tunggu sampai kondisi anda pulih dan jangan pikirkan tentang biaya, untuk perawatan saat ini hingga anda pulih saya yang tanggung yang terpenting anda baik-baik saja saat anda keluar nanti agar pertolongan saya tidak sia-sia."ucapnya.

"Kakak."lirih Jiwa yang kini menyadari sesuatu tentang wajah Abraham yang begitu mirip dengan Arjuna.

"Maaf nona siapa yang anda panggil disini tidak ada siapapun selain kita?"ujar Abraham.

"Tidak ada dok, hanya wajah anda mengingatkan saya pada almarhum kakak saya."ucap Jiwa jujur dan itu membuat Abraham terdiam sambil menatap lekat wajah cantik yang kini masih sangat pucat tersebut.

"Hmm... kalau begitu anggap saja saya adalah dia agar anda bisa tenang, istirahat lah saya masih harus bekerja."ucap Abraham dengan lembut.

Sementara itu di kediaman Dion pria itu tengah menghubungi orang-orang nya yang sampai saat ini tidak kunjung menemukan Jiwa yang pergi sejak pagi tadi.

"Dimana kamu babe, jangan sampai kamu melakukan kebodohan lagi."lirih nya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!