NovelToon NovelToon
Di Balik Kontrak

Di Balik Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Cha Aiyyu

Pernikahan Briela dan Hadwin bukanlah hubungan yang didasari oleh perasaan cinta—

Sebuah kontrak perjanjian pernikahan terpaksa Briela tanda tangani demi kelangsungan nasib perusahaannya. Briela yang dingin dan ambisius hanya memikirkan keuntungan dari balik pernikahannya. Sedangkan Hadwin berpikir, mungkin saja ini kesempatan baginya untuk bisa bersanding dengan wanita yang sejak dulu menggetarkan hatinya.

Pernikahan yang disangka akan semulus isi kontraknya, ternyata tidak semulus itu. Banyak hal terjadi di dalamnya, mulai dari ketulusan Hadwin yang lambat laun menyentil hati Briela sampai rintangan-rintangan kecil dan besar terjadi silih berganti.

Akankah benar-benar ada cinta dari pernikahan yang dipaksakan? Ataukah semuanya hanya akan tetap menjadi sebuah kontrak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Aiyyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MERASA KECIL

"Yakin Brie, kau tidak menginginkan sesuatu?" Hadwin mengirimkan pesan teks sebelum ia akhirnya benar-benar pergi setelah tidak mendapat respon dari Briela.

Briela membuka pesan teks tersebut tanpa membalas Hadwin. Penyakit lamanya kambuh lagi. Namun, bedanya kali ini bukan karena merasa harus membatasi diri karena kontrak yang ada. Melainkan, lebih pada merasa kesal pada Hadwin.

Dan rasa kesalnya berlanjut sampai siang. Entah mengapa Briela tidak sanggup bertemu Hadwin sepertinya jika keduanya bertemu hanya akan ada sikap dingin yang Briela tunjukkan pada pria itu. Briela memilih untuk menghindari Hadwin.

Hari ini cerah, salju mulai mencair dan akses jalan yang sempat ditutup kini dibuka kembali. Seolah didukung oleh semesta, wanita itu pergi dari apartemen sebelum jam makan siang. Seperti seseorang yang kabur, Briela memilih untuk berada di apartemennya sendiri sampai malam.

Sejak siang Hadwin mengirimi pesan teks seperti biasa. Mengingatkan perihal makan dan lagi-lagi Briela mengabaikan pesan yang di kirim Hadwin.

Briela kesal pada Hadwin namun ia tidak meledak-ledak, ia juga tidak menjelaskan apa pun. Lebih memilih untuk diam dan menghindar.

Ponselnya berdering kali ini bukan Hadwin pelakunya. Tapi Jennifer, sahabatnya yang super sibuk itu akhirnya menghubungi Briela lebih dulu.

"Hai, Jen," Briela menyapa Jennifer dengan malas. Rasa kesalnya pada Hadwin benar-benar mengacaukan mood nya.

"Hei— ada apa dengan nada bicaramu? Aku merindukanmu, tetapi sepertinya kau sedang kesal. Apa yang membuatmu kesal?"

"Aku kesal padamu, yang selalu sibuk dan mengabaikanku," celetuk Briela asal.

"Aku sudah kembali dari Swiss. Ayo bertemu!"

"Datanglah ke apartemen!" titah Briela.

"Tapi, aku tidak enak hati dengan suamimu Brie."

"Bukan apartemen yang itu. Tapi, apartemenku sendiri. Bawa bie dan camilan juga ya. Aku sedang ingin minum."

Jennifer menutup teleponnya, dan Briela kembali menaruh ponselnya di samping ia berbaring.

Lagi-lagi Briela dering notifikasi panggilan masuk menggema dalam ruangan kamar yang sunyi dan dingin itu. Briela menerima panggilan tersebut tanpa memeriksa siapa yang meneleponnya.

Birela pikir panggilan itu lagi-lagi berasal dari Jennifer. "Ada apa lagi? Sudahlah cepet datang ke apartemen. Jangan lama-lama!" titah Briela.

"Apartemen? Siapa yang kau minta datang, Brie?" Deep voice yang kini penuh dengan penekanan dalam setiap kata yang diucapkan itu terdengar sangat familier.

Briela mengangkat ponselnya, mengarahkannya tepat ke depan wajahnya. Briela terduduk, matanya membulat sempurna begitu ia mendapati nama Hadwin tertera di layar ponselnya.

Briela gelagapan, ia seperti sedang ketahuan berselingkuh. Ia panik namun detik berikutnya Briela sadar jika dirinya sedang kesal pada Hadwin.

"Aku sedang berada di apartemenku dan Jennifer bilang akan datang," ucap Briela dingin. "Tadi aku pikir Jennifer yang meneleponku."

Hadwin mengangguk-angguk, meski ia tahu jika Briela tidak akan melihatnya tetapi ia tetap saja melakukannya. Pandangan mata Hadwin yang semula gelap kini sudah jauh lebih cerah.

"Untuk sementara aku akan di sini dulu. Sudah ya, aku ada urusan." Briela menutup telepon secara sepihak, ia tidak menunggu Hadwin berkata lebih lanjut dan buru-buru mengakhiri panggilan telepon tersebut.

Briela menghela napas, entah mengapa napasnya terasa berat saat ini. Bahkan ia tidak tahu apa yang ia rasakan pada Hadwin. Kesal— tentu saja itu masih ada. Namun jauh di lubuk hatinya Briela merasa kecil. Ia masih belum bisa bersikap seperti biasa pada Hadwin.

Wanita itu kembali menghempaskan bobot tubuhnya di atas kasurnya yang dulu terasa sangat nyaman. Namun kini— hanya terasa dingin dan tidak lagi nyaman untuk ditempati. Briela membandingkan barang-barang miliknya dengan fasilitas yang Hadwin berikan.

Briela lagi-lagi membuang napasnya kasar. "Tenangkan dirimu, Briela!" ucap Briela pada diri sendiri.

Bel pintu apartemennya berbunyi. Briela dengan malas menyeret tubuhnya menuju pintu, untuk membuka kunci. Begitu pintu terbuka Jennifer mendekap Briela dengan begitu erat. Ia menumpahkan kerinduannya yang tertahan selama ini.

"Aku membawakan oleh-oleh untukmu, Brie." Jennifer melepas pelukannya, ia melenggang masuk dengan dua tas belanja yang tadi ia letakkan di lantai.

Jennifer menumpahkan isi tas belanjanya ke atas meja. Semuanya— tanpa bersisa.

Beberapa kaleng bir dingin dan juga cemilan terhambur di atas meja. Banyak sekali kotak cokelat juga sebuah jam tangan mewah dan berkualitas tinggi dengan desain cantik menarik perhatian Briela.

"Itu?"

"Untukmu semuanya, cokelatnya oleh-oleh dariku dan jam tangannya kado ulang tahunmu."

"Hei— ayolah tidak perlu ada kado atau apapun di hari ulang tahunku. Kau tahu sendiri bukan? Aku sangat tidak nyaman dengan hari itu." Briela berucap lirih.

"Ayolah, Brie. Itu sudah sangat lama. Kau harus bisa menguburnya dan menciptakan momen baru yang penuh kebahagiaan Brie, sayang. Kau pantas bahagia."

"Aku bahagia Jen, hidupku kini sudah jauh lebih nyaman. Tapi untuk momen itu, rasanya sulit sekali menguburnya. Momen itu membekas dalam benakku dan bahkan masih sangat terasa nyata sampai saat ini."

Jennifer menatap iba pada Briela, sudut matanya berair. Jennifer mengambil dua kaleng bir membukanya untuk diri sendiri juga untuk Briela.

Jennifer meneguk bir langsung dari kalengnya. Meneguknya beberapa kali lalu meremas kalengnya. Briela meneguk bir miliknya. Lalu tersenyum kecut.

"Kau tahu Jen,?" Jennifer mendongak ia menatap lekat pada Briela menunggu kelanjutan cerita yang sudah Briela mulai.

"Tadi pagi, Hadwin mengatakan perihal perasaannya ... ,"

"Dia menyatakan perasaannya padamu? Sudah aku duga dia memang memiliki perasaan padamu." Jennifer memotong kalimat Briela dengan percaya diri.

"Bukan, sama sekali tidak seperti itu. Dia mengatakan jika ia memiliki seseorang yang selalu berada di hatinya sejak sekolah menengah pertama."

Briela memainkan kaleng birnya yang baru ia minum setu teguk.

"Berarti dia tipe pria yang setia bukan. Sesuai dengan kriteriamu.".

Briela membuang napasnya kasar. "Aku kesal, Jen."

Jennifer mengangkat sebelah alisnya.

"Hadwin— pria naif dan bodoh itu mengatakan jika ia selalu berharap wanita itu bahagia meski dia tidak berada di samping wanita itu."

"Itu pilihannya, Brie. Untuk apa kau kesal?"

Briela lagi-lagi menghela napas, "Entahlah sayang saja rasanya melihat dia bertindak bodoh."

Jennifer terkekeh. "Cinta memang bodoh, Briela. Dan menurutku Hadwin itu keren. Dia bisa sangat mencintai seseorang namun tidak memaksakan perasaannya pada orang itu. Aku rasa inilah yang disebut cinta sejati."

"Cinta sejati apanya?" Briela memprotes dan Jennifer lagi-lagi hanya tertawa.

"Biarkan saja Hadwin dengan pilihannya, jangan terlalu bersikap rasional atas apa yang Hadwin rasakan. Karena ini soal perasaan bukan soal logika, Briela."

Briela meneguk habis bir miliknya. Lalu meremas kaleng bekasnya hingga benar-benar keriput.

"Aku tahu ini soal perasaan. Tetapi, Jen— aku merasa kecil," lirih Briela.

"Mengapa?" Jennifer menelisik wajah Briela.

Briela membeo, "Mengapa?"

🥀🥀 Hai hai, ada yang tahu nggak kenapa Briela merasa kecil? Komen di bawah ya!🥀🥀

1
Asni ummu zhazha
wahhhh apakah jawaban brie
Asni ummu zhazha
semangat terus kak
Asni ummu zhazha
lanjuttt thor
Asni ummu zhazha
anak akan selalu menjadi anak bagi orang tuanya
iyz.e15: bener banget 👍
total 1 replies
Asni ummu zhazha
kerennn lanjuttt kak
iyz.e15: makasih ya udah baca karyaku. ☺️ ditunggu chapter selanjutnya ya ☺️
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut makin seru thor
iyz.e15: ditunggu ya ☺️ makasih udah stay di karyaku ☺️
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
doubel up
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut2 doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
egois bgt ya brilie
iyz.e15: egois ya?
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doybel up thor
Dimas Saputra
lanjut thor saling suport
♛🐇Author_Rabbit¹⁸🐇♛
aku mampir, jangan lupa mampir jg/Determined//Determined//Determined/
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
🍁Jun |||❣️💋🄼🄸&🄰🄶🅄🅂👻ᴸᴷ
Bener si, tapi pasti fikiran bapak ini rada2 /Drowsy/
iyz.e15: rada-rada apa hayo?
total 1 replies
🍁Jun |||❣️💋🄼🄸&🄰🄶🅄🅂👻ᴸᴷ
pilihan yg berat /Sweat/
🍁Jun |||❣️💋🄼🄸&🄰🄶🅄🅂👻ᴸᴷ: boleh banget, sangat terhormat sekali aku /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/. makasih ya 😆
iyz.e15: boleh klo Jun mau. Atau nanti aku tambahin karakter Jun. mau?
total 4 replies
🍁Jun |||❣️💋🄼🄸&🄰🄶🅄🅂👻ᴸᴷ
ha?! Terus gimana itu yang itu /Panic/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!