NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Ibu.

Jodoh Pilihan Ibu.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Tukar Pasangan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rinnaya

Dijodohkan dengan pria kaya raya? Kedengarannya seperti mimpi semua perempuan. Tapi tidak bagi Cloe.

Pria itu—Elad Gahanim—tampan, sombong, kekanak-kanakan, dan memperlakukannya seperti mainan mahal.

“Terima kasih, Ibu. Pilihanmu sungguh sempurna.”

Cloe tak pernah menginginkan pernikahan ini. Tapi siapa peduli? Dia hanya anak yang disuruh menikah, bukan diminta pendapat. Dan sekarang, hidupnya bukan cuma jadi istri orang asing, tapi tahanan dalam rumah mewah.

Namun yang tak Cloe duga, di balik perjodohan ini ada permainan yang jauh lebih gelap: pengkhianatan, perebutan warisan, bahkan rencana pembunuhan.

Lalu, harus bagaimana?
Membunuh atau dibunuh? Menjadi istri atau ... jadi pion terakhir yang tersisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Pertemuan di ruang rapat.

Pagi itu, ruang rapat utama di lantai tertinggi Gahanim Corp dipenuhi ketegangan. Dinding kaca yang biasanya memantulkan keangkuhan kota, kini terasa seperti akuarium, menahan seluruh tekanan dari dalam. 

Petinggi perusahaan, para eksekutif, hingga kepala cabang berkumpul, masing-masing dengan ekspresi gelisah dan mata penuh pertanyaan. 

Elad berdiri di depan jendela gedung pusat Gahanim Corp, memandang keluar pada lalu lintas kota yang sibuk. Pagi yang dingin, tapi pikirannya lebih dingin. Di belakangnya, di ruang rapat utama, deretan petinggi perusahaan sudah duduk berjajar rapi. Wajah-wajah tegang, gugup, dan beberapa bahkan tampak putus asa.

Pintu ditutup pelan. Elad berbalik, melangkah menuju meja panjang berbahan kayu ek, lalu duduk di kursi utama, penuh wibawa. Jas hitamnya rapi, dasinya sempurna, wajahnya tenang—terlalu tenang, hingga membuat semua orang merasa lebih gugup. 

Miko berdiri setengah langkah di belakangnya, memegang tablet dengan data laporan darurat. 

“Baik,” suaranya tenang tapi memotong keheningan. “Kita mulai.”

Miko berdiri di sampingnya, membuka laptop dan menampilkan grafik di layar proyektor. Tampilan saham menunjukkan penurunan tajam pada cabang perusahaan yang baru saja dilalap api.

"Seperti yang bisa kalian lihat," Miko mulai, "kebakaran menyebabkan tekanan besar pada nilai saham kita di cabang itu. Dalam 24 jam terakhir, sudah ada puluhan transaksi penjualan saham."

Elad menyilangkan tangan di dada. Tatapannya menusuk para petinggi.

“Saya yakin sebagian besar kalian sudah mendengar—atau mungkin, diam-diam menyarankan investor kalian untuk mencairkan modal,” katanya tajam.

Beberapa kepala menunduk, sebagian lain berusaha menjaga wajah netral.

“Kami hanya berpikir untuk melindungi aset perusahaan, Tuan,” salah satu petinggi beralasan hati-hati.

“Benarkah?” Elad mendekatkan tubuh ke meja. "Kalau begitu kenapa beberapa saham yang dijual itu langsung dibeli oleh pihak tak dikenal dengan nama perusahaan cangkang?"

Miko mengganti slide. Di layar, tertera catatan transaksi mencurigakan: pembelian saham besar-besaran melalui akun anonim.

“Ini,” Elad mengetuk layar, “bukan kebetulan.”

Seluruh peserta rapat menahan napas.

“Orang yang membakar cabang kita,” lanjut Elad dengan suara rendah, “adalah orang yang sekarang membeli saham kita.”

Para petinggi saling pandang.

“Elad—Tuan Elad, apa mungkin ini hanya investor biasa? Yang melihat peluang dari saham murah?” tanya salah satu direktur, suaranya terdengar gemetar.

Elad menatapnya tajam. “Investor biasa tidak akan mengambil risiko membeli saham dari perusahaan yang sedang dilanda bencana, kecuali mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar.”

Miko mengklik laporan lain, memperlihatkan analisis sumber dana dari akun pembeli itu—berasal dari rekening yang sempat dipakai dalam transaksi fiktif sebelumnya. Pola familiar. Pola khas pihak-pihak licik yang ingin mengambil alih bisnis besar dengan cara kotor.

"Mereka menginginkan kontrol," Elad menyimpulkan. "Mereka ingin menjadi pemegang saham terbesar kedua setelah aku."

Sunyi. Berat. Menyesakkan.

"Jika kita biarkan," lanjut Elad, "mereka akan menuntut hak suara. Perlahan-lahan mengganggu keputusan perusahaan. Menekan kita dari dalam."

Seorang wakil direktur menelan ludah. "Apa yang harus kita lakukan, Tuan?"

Elad mengerutkan kening, memandang seluruh ruangan seakan mengukur loyalitas masing-masing.

"Ada dua pilihan," katanya dingin. "Satu: kita hentikan penjualan saham sekarang juga. Bekukan semua transaksi di cabang itu hingga investigasi kebakaran selesai."

"Dan pilihan kedua?"

Elad tersenyum tipis. "Aku membiarkan mereka membeli ... lalu menyeret mereka ke meja pengadilan dengan tuduhan sabotase dan penipuan."

Ruangan bergemuruh dengan bisik-bisik cemas.

"Aku sudah punya cukup bukti," lanjut Elad pelan, "hanya butuh satu umpan tambahan agar mereka mengungkapkan diri sepenuhnya."

Miko berdiri lebih tegak. “Tuan Elad sudah menyiapkan skenario tindak lanjut.”

Elad menatap semua petinggi satu per satu. “Kalian di sini untuk satu tujuan: bertahan. Kalau ada yang ingin keluar sekarang, pintu terbuka lebar. Aku tidak butuh pengkhianat.”

Tak ada yang bergerak.

Tak ada yang berani.

Mata Elad menggelap. ‘Kalau musuh berani menyentuh milikku, aku akan pastikan mereka tahu, aku tidak bermain dengan tangan kosong.’

Dia memutar cincin di jarinya pelan.

‘Dan aku akan mulai dari mengungkap siapa dalang dibalik semua ini.’

"Selanjutnya," kata Elad menambah ketegangan, suaranya tegas dan dingin. "Cabang utama kita di luar negeri terbakar. Setelah pembahasan barusan, apa menurut kalian ini kecelakaan?”

"Sabotase," lanjutnya. "Seseorang membakar cabang kita, setelah mengakses ruang server dan mengambil data penting. Termasuk file rahasia—prototipe proyek 'Arcadia' yang rencananya kita luncurkan akhir tahun ini." 

Beberapa petinggi terkejut, sebagian lagi menunduk dengan wajah muram. 

"Informasi itu," Elad mendengus pelan, "sekarang kemungkinan besar sedang dalam perjalanan untuk diluncurkan lewat perusahaan lain." 

Salah satu investor senior mengangkat tangan. "Tuan Elad, bagaimana dengan paten proyek itu?" 

"Belum dipublikasikan penuh," jawab Elad cepat. "Karena desain final belum selesai. Mereka bisa mengklaim lebih dulu kalau kita terlambat." 

Suara-suara kecil mulai bermunculan di sekitar meja. Kekhawatiran tumbuh. 

"Apa dampaknya terhadap saham kita?" tanya salah satu kepala divisi keuangan. 

Miko maju setengah langkah. "Dalam dua puluh empat jam terakhir, sudah ada delapan persen investor jangka pendek yang menjual saham mereka dari Gahanim Corp. Ada satu entitas yang konsisten membeli sisa saham itu dengan nama-nama samaran." 

Seketika pandangan semua orang tertuju pada Elad. 

Elad menyilangkan jari-jarinya di atas meja, wajahnya tidak menunjukkan sedikitpun keterkejutan. 

"Itu dia," katanya datar. "Tujuan mereka. Bukan sekadar menghancurkan satu kantor, tapi mengambil kendali perusahaan lewat akuisisi bertahap." 

Rasa dingin merambat di ruangan. 

"Kalau mereka berhasil menguasai lebih dari dua puluh lima persen saham—" 

"—mereka bisa menuntut hak suara dalam rapat umum luar biasa," potong Elad. "Dan mengacak-acak struktur manajemen kita." 

Semua orang terdiam. Berat. 

Seorang direktur muda memberanikan diri bertanya, "Apa kita bisa membeli balik saham itu?" 

Elad menatap pria itu sejenak, sebelum tersenyum tipis—senyum tajam seperti pisau. 

"Kita akan membeli balik sebagian," katanya. "Tapi tidak semua. Kita akan biarkan mereka merasa menang, sampai kita tahu siapa mereka sebenarnya." 

Kening beberapa orang berkerut bingung. 

"Permainan ini butuh kesabaran," lanjut Elad. "Kalau kita bereaksi berlebihan, mereka akan sembunyi lebih dalam. Tapi kalau kita seolah lengah ..." 

Dia berhenti sebentar, membiarkan kata-katanya menggantung berat di udara. 

"... mereka akan menunjukkan taring mereka lebih cepat." 

Miko membuka proyektor, menampilkan grafik saham Gahanim Corp yang naik-turun seperti detak jantung gawat. 

"Target kita sederhana," Elad berdiri, menatap semua orang satu per satu. "Stabilkan pasar. Kunci kepercayaan investor lama. Siapkan tim hukum untuk paten darurat. Dan, siapkan 'pancingan' kecil." 

"Pancingan?" seseorang bertanya ragu. 

Elad tersenyum tipis. "Kalau mereka begitu bernafsu mengambil apa yang kita punya, biarkan mereka berpikir ada proyek lebih besar lagi ... sesuatu yang jauh lebih menggiurkan." 

"Dan kalau mereka menggigit umpan itu..." 

"Kita seret mereka keluar dari bayang-bayang," potong Elad dingin. "Dengan bukti cukup untuk membakar mereka hidup-hidup, secara legal." 

Rapat ditutup dengan instruksi mendetail. Semua bergerak cepat. 

Hari ini Gahanim Corp bukan hanya bertahan. Mereka bersiap menyerang balik. 

Saat semua orang bubar, Miko mendekat. 

"Tuan Elad," bisiknya, "anda yakin bisa memancing mereka tanpa membahayakan perusahaan lagi?" 

Elad menatap jauh ke arah jendela kota, di mana lampu-lampu mulai menyala perlahan. 

"Aku tidak punya pilihan," gumamnya. "Mereka membakar milikku. Sekarang, aku akan membakar dunia mereka."

Bersambung....

1
Rittu Rollin
yuk up nya dtunggu ya thor
Rittu Rollin
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!