"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Arneta tertawa dengan puas, melihat Lisa yang merintih kesakitan karena kakinya terus mengalir darah segar.
Pandangan Lisa mulai mengabur, dan dia merasa semakin lemah. Tiba-tiba, dia melihat seseorang datang sebagai penyelamatnya, dan tidak percaya bahwa itu adalah Alex.
"Alex!" lirih Lisa, suara yang lemah dan hampir tidak terdengar.
Namun, itu cukup untuk membuat Alex mendengar dan langsung berlari menuju Lisa. Alex terlihat marah dan khawatir, dan dia langsung menyerang preman-preman yang menahan Lisa.
Dengan beberapa gerakan cepat dan tepat, Alex berhasil mengalahkan preman-preman itu dan membebaskan Lisa dari cengkeraman mereka.
Arneta terkejut dan marah melihat Alex datang dan menggagalkan rencananya.
"Bagaimana kamu bisa menemukan kami?" Arneta bertanya dengan nada marah, sambil mundur ke belakang.
Namun, Alex tidak menjawab dan langsung memeriksa kondisi Lisa.
"Lisa, aku di sini," ucap Alex, sambil memeluk Lisa dengan erat.
"Aku tidak akan membiarkanmu sendirian lagi." Alex memeriksa luka-luka Lisa dan terlihat sangat khawatir.
Tapi Lisa sudah tidak sadarkan diri, dan Alex harus bertindak cepat untuk menyelamatkannya. Alex menggendong Lisa dan berlari keluar dari ruangan, meninggalkan Arneta yang masih terkejut dan marah.
"Aku tidak akan pernah membiarkanmu melupakan ini, Alex!" Arneta berteriak, sambil menatap Alex dengan mata yang membara dengan kebencian.
Namun, Alex tidak menoleh ke belakang dan terus berlari untuk menyelamatkan Lisa.
Arneta terkejut dan marah ketika dia menyadari bahwa Alex tidak datang sendirian, melainkan membawa beberapa orang bodyguard yang tangguh dan terlihat tidak main-main.
Bodyguard-bodyguard itu langsung menangkap Arneta dan menyeretnya pergi.
"Mau dibawa kemana aku ini!" pekik Arneta, memberontak dan mencoba untuk melepaskan diri. Namun, bodyguard-bodyguard itu tidak peduli dengan protesnya dan terus menyeretnya pergi.
"Jangan banyak bicara, ikuti atau kamu bisa mati!" ancam salah satu bodyguard dengan nada yang serius dan tidak main-main.
Arneta terkejut dan ketakutan, menyadari bahwa dia tidak bisa melawan bodyguard-bodyguard yang tangguh itu.
Arneta dipaksa untuk mengikuti bodyguard-bodyguard itu, sementara Alex terus membawa Lisa yang masih tidak sadarkan diri ke tempat yang aman. Arneta merasa bahwa situasinya semakin tidak terkendali, dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Alex membawa Lisa masuk ke dalam mobil menuju rumah sakit terdekat, dia sangat panik dan juga khawatir mengenai darah yang terus keluar dari kaki calon istrinya.
Tanpa membuang waktu, dia merobek kemejanya sendiri dan membalut luka di kaki Lisa, menahan luka itu sampai ke rumah sakit.
"Bertahanlah, demi aku!" lirih Alex, sambil mencium pucuk kening Lisa dengan sangat lembut.
Alex terus berbicara kepada Lisa, berharap bahwa dia bisa mendengarnya dan tetap sadar.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Lisa. Aku akan selalu ada disampingmu," kata Alex, sambil memegang tangan Lisa dengan erat.
Mobil melaju dengan cepat menuju rumah sakit, sementara Alex terus memantau kondisi Lisa dan berharap bahwa dia bisa segera mendapatkan perawatan medis yang tepat.
Ketika mobil akhirnya tiba di rumah sakit, Alex langsung meminta bantuan kepada staf medis untuk membawa Lisa ke ruang operasi.
Alex terus menunggu dengan cemas, berharap bahwa Lisa bisa segera pulih dan kembali ke pangkuannya.
Alex berjalan mondar-mandir di koridor rumah sakit, terkadang mengusap wajahnya dengan kasak-kusuk, menunjukkan betapa besar kekhawatiran dan kemarahannya.
"Kenapa dokter belum keluar, argh!" geram Alex, sambil menahan rasa frustasinya.
Di dalam hati, Alex berjanji akan membuat Arneta menderita atas apa yang telah dia lakukan kepada Lisa.
'Arneta, selama ini kamu melihat sisi terbaikku. Akan aku perlihatkan sisi terburukku padamu?!' ucap Alex dalam hati, sambil mengepalkan kedua tangannya dengan keras.
Alex tidak sabar ingin membalaskan dendam atas luka yang dialami Lisa. Dia merasa bahwa Arneta telah melewati batas dan harus dihukum.
Alex terus menunggu kabar dari dokter, berharap bahwa Lisa bisa segera pulih dan kembali ke pangkuannya.
Ketika akhirnya dokter keluar dari ruang operasi, Alex langsung menghampiri dia dengan wajah yang penuh harapan dan kekhawatiran.
"Bagaimana kondisi Lisa?" tanya Alex dengan nada yang tegas dan khawatir.
Dokter menghela nafas sebelum memulai berbicara.
"Pasien kehilangan banyak darah, dan … " Dokter menghentikan kalimatnya.
Alex yang kesal mendesak dokter dengan tatapan menusuknya,
"Dan apa?"
Dokter melanjutkan dengan nada yang serius.
"Kami tidak punya golongan darah AB saat ini."
Alex langsung bereaksi.
"Sial, berapa waktu yang aku miliki?"
Dokter menjawab dengan cepat.
"Setengah jam."
Alex langsung memahami situasi yang kritis dan mulai berpikir cepat untuk mencari solusi.
Alex segera mengabarkan kondisi Lisa kepada semua orang yang berkumpul di rumah sakit, dan dia juga mulai menelepon beberapa orang penting untuk mencari stok darah yang sesuai untuk Lisa, dengan nada suara yang penuh kekhawatiran dan desakan.
Semua orang terlihat cemas dan khawatir dengan kondisi Lisa yang masih berada di ruang operasi, dengan wajah-wajah yang pucat dan mata yang merah karena kurang tidur.
Indri, yang tidak bisa menahan emosinya, menangis ke dalam pelukan Diana dengan suara yang memilukan.
"Aku takut, Diana. Apa yang akan terjadi pada Lisa? Apakah dia akan selamat? Mengapa dia masih diuji?"
Indri bertanya dengan suara yang terguncang dan penuh ketakutan.
Diana mencoba menenangkannya. "Tenang, Indri. Lisa akan baik-baik saja. Alex pasti akan melakukan yang terbaik untuknya. Dia tidak akan menyerah sampai Lisa kembali sehat dan aman di sampingnya," kata Diana dengan nada yang lembut dan penuh harapan.
Namun, Diana sendiri juga terlihat khawatir dan terus memandang ke arah ruang operasi, berharap bahwa Lisa bisa segera pulih dan keluar dari ruang operasi dengan selamat.
Sementara itu, Alex terus berjuang untuk mencari stok darah yang sesuai dan memastikan bahwa Lisa mendapatkan perawatan terbaik, dengan tekad yang kuat dan semangat yang tidak akan pernah padam. Dia tidak akan menyerah sampai Lisa kembali sehat dan aman di sampingnya, dan dia akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan nyawa calon istrinya.
Akhirnya Alex menemukan darah yang sesuai dan berlari untuk menjemputnya, meninggalkan semua orang di rumah sakit yang masih menunggu dengan cemas.
Dengan nafas yang terengah-engah, Alex berlari menuju ruang operasi, membawa harapan baru untuk Lisa.
Tak lama kemudian, Jonathan datang ke rumah sakit setelah mengetahui kondisi Lisa. Dia terlihat khawatir dan langsung mencari informasi tentang keadaan Lisa.
"Bagaimana kondisi Lisa?" tanyanya dengan nada yang penuh kekhawatiran kepada Diana dan Indri yang masih menunggu di luar ruang operasi.
Diana menjawab dengan singkat. "Masih di dalam ruang operasi. Alex sudah menemukan darah yang sesuai dan sedang melakukan proses transfusi."
“Itu akan membutuhkan waktu, pakai darahku saja!” tawar Jonathan yang memiliki maksud lain.
𝐤𝐥𝐨 𝐝𝐥𝐦 𝐫𝐭 𝐲𝐠 𝐭𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐬𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐨𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐥 𝐤𝐢𝐭𝐚
yg cadel cadel bikin gumussss
ceritanya bagus tapi sepertinya banyak peran
mencurigakan sekali ini
Weh Weh so kita lihat episode selanjutnya apa seperti dugaan ku
dam
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang