ikuti Ig aa_zigant
FB Zigant
Zara begitu kecewa karena Mike membatalkan pernikahannya saat janji suci kurang satu jam lagi. Ketegangan terjadi disalah satu ruang yang disewa khusus untuk menunggu acara ijab kabul. Hingga kedatangan Nathan Wijaya yang seharusnya menjadi saksi atas pernikah kman putri dari rekan kerjanya itu harus diminta menjadi mempelai prianya.
Zara terpaksa mengikuti permintaan Ayahnya. Gadis berumur 22 tahun itu tidak pernah menyangka akan ditinggal begitu saja oleh Mike dan kini menjadi istri dari Pria yang sama sekali tidak dikenalnya.
Nathan Wijaya, Seorang pria yang memiliki sikap dingin dan sombong terpaksa menikahi Zara karena balas budi kepada keluarga Pratama. Nathan meminta pernikahannya untuk dirahasiakan karena alasan bisnis.
Kenyataan pahitnya, walaupun Nathan menikah dengan Zara. Pria itu tidak mau melepaskan kekasihnya. Bagaimana nasip rumah tangga Zara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aa zigant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Menyembunyikan status istri
Zara yang merasa haus, wanita itu terbangun. Diusapnya matanya, tapi gadis itu merasa heran karena ada yang menimpa kakinya.
Saat ia sadar dengan posisinya sekarang, wanita itu begitu terkejut karena kini ia berada di dekapan pria yang tidak lain suaminya itu. Perlahan Zara melepaskan pelukan Nathan. Namun, rasanya sia-sia karena pelukannya semakin erat.
"Paman, bangun Paman." Zara menepuk dada bidang yang kini berada tepat di depan wajahnya.
Nathan yang belum lama memejamkan matanya, perlahan terbuka." Ada apa?
"Aku mau ke haus," jawab Zara.
Zara jantung berdebar, karena jarak dengan suaminya begitu dekat. Wanita itu bisa merasakan hembusan napas Nathan saat menunduk tadi.
Nathan segera bangun, pria itu mengambil gelas yang berada di atas nakas. Setelah itu memberikan kepada Zara. Saat sang istri sedang minum, ia menyentuh kening wanita itu untuk memastikan apa masih demam atau tidak.
Zara yang sedang minum reflek langsung tersedak, ia begitu terkejut akan apa yang dilakukan pria dewasa di depannya itu.
Nathan menarik napas panjang, ada rasa lega dalam hatinya. Suhu tubuh Zara sudah normal."Besok jangan main hujan lagi."
Mendengar apa yang dikatakan suaminya, Zara memberengut entah mengapa ia tidak suka. Wanita itu seakan anak kecil yang harus diingatkan.
"Paman, kenapa tidur di sini?" tanya Zara.
Nathan menatap netra indah itu, pria itu segera mengalihkan tatapannya." Istirahatlah."
Setelah mengatakan itu langsung keluar dari kamar Zara, bahkan pria itu tidak menjawab apa yang ditanyakan istri kecilnya itu.
Zara hanya menatap punggung suaminya, wanita itu yang merasa tubuhnya lengket segera masuk kamar mandi. Setelah lima belas ia keluar dari kamar mandi. Wanita itu begitu terkejut karena Nathan sedang duduk di sofa tidak jauh dari lemari bajunya.
"Paman," sapa Zara.
Wanita itu kini hanya memakai piyama pendek, sedangkan Nathan hanya bisa menelan salvianya. Dibalik tubuh yang selalu tertutup itu. Ada hal yang begitu indah tersembunyi di sana. Kulit putih, kaki jenjang dan Nathan langsung memalingkan wajahnya saat melihat betapa menggoda leher sang istri yang mulus itu
Zara yang melihat suaminya memalingkan wajahnya, baru sadar dengan pakaian yang dikenakannya. Wanita itu buru-buru jalan ke lemari untuk mengambil baju.
Nathan terkejut, saat mendengar pintu kamar mandi tertutup dengan kasar. Pria itu akhirnya keluar dari kamar, hari ini ia akan bertemu wanita yang begitu dirindukanya itu.
Nathan beranjak dari duduknya, bertepatan dengan Zara membuka pintu kamarnya. Lagi-lagi kedua netra itu beradu. Namun, Nathan segera pergi menuju pintu luar.
Zara melihat suaminya mau pergi, wanita itu segera mengejarnya." Paman, aku mau izin untuk keluar nanti."
Nathan menghentikan langkahnya, pria itu kini membalikkan badannya. Ia berjalan menghampiri Zara.
"Kalau mau keluar terserah, hanya jangan pernah bilang kalau kamu Istriku, ingat itu!"
Mendengar apa kata suaminya, Zara langsung terdiam. Wanita itu berpikir lalu kenapa mereka semalam tidur satu ranjang. Ditepuknya dadanya yang begitu sesak, ditinggalkan oleh Mike lalu harus menikah dengan rekan bisnis Ayahnya.
Zara menarik napas panjang, wanita itu kini duduk di kursi meja makan. Apa yang akan ia katakan kepada orang tuanya. Pernikahan apa yang dijalaninya saat ini.
Wanita itu hampir satu jam hanya diam, hingga suara telepon mengejutkannya. Zara beranjak dari duduknya. ia belum sempat mengatakan halo, sudah terdengar suara yang tidak asing.
"Halo Meli, apa Zara sudah pergi. Apa ada pria yang menjemputnya?" tanya Nathan.
"Saya belum pergi, Paman." Zara tersenyum karena suaminya mengkhawatirkannya.
"Cih, aku hanya memastikan saja," kata Nathan setelah memutuskan sambungan teleponnya.
Zara terkekeh, wanita itu segera menuju kamar, hari ini Zara hanya memakai tunik warna putih dan celana kulot warna hitam. Dipadukan dengan jilbab pashmina berwarna hitam.
Zara keluar dari kamar, ia melihat Meli sedang sibuk di dapur."Meli aku pergi pulang agak sore."
"Nona mau kemana? apa sudah izin dengan Tuan Nathan?" tanya Meli menatap Zara intens.
"Kamu tenang saja, Paman sudah tahu," jawab Zara.
"Paman?" Meli terlihat bingung.
Zara memejamkan matanya, ia hampir lupa kalau Meli tahunya dirinya hanya sepupu suaminya."Maksud aku kakak Nathan."
"Ah, Nona buat saya hampir mikir keras siapa yang dimaksud paman," jawab Meli merasa lega.
Zara tersenyum, setelah itu keluar. Wanita itu tersenyum saat melihat Rehan sudah bersandar di mobil.
"Aku pikir sudah siap." Rehan menatap gadis cantik yang kini tersenyum manis kepadanya.
"Kamu kenapa siap ijab kabul langsung menghilang?" tanya Zara.
"Kamu pikir aku tega lihat kamu seperti itu, aku mencari Mike. Namun, tidak ada di rumahnya. Keluarganya juga tidak ada," ujar Rehan.
Zara hanya diam, wanita itu langsung masuk mobil saat sepupunya itu membukakan pintu.
Rehan hanya diam, pria itu fokus mengemudikan mobilnya. Sedangkan Zara menatap tablet di pangkuannya. Wanita sibuk melihat laporan yang dikirimkan Rehan padanya.
"Kita dapat undangan dari perusahaan suamimu," kata Rehan.
"Kamu saja yang pergi, Rey. Aku akan mengurus perusahan yang akan bekerjasama dengan kita," kata Zara.
Rehan yang paham hanya mengangguk, dari dulu Zara tidak mau muncul sebagai pemilik perusahan." Sampai kapan, Zara?"
Zara hanya menaikkan bahunya, wanita itu berharap sepupunya tidak tahu akan rumah tangga seperti apa yang kini dijalani.
"Zara, apa Tuan Nathan baik padamu?" tanya Rehan.
"Baik, bahkan perhatian," jawab Zara dengan memalingkan wajahnya ke arah jendela.
Zara tidak ingin sepupunya itu tahu, bisa-bisa nanti sampai ke kedua orang tuanya. Zara tidak ingin Bundanya menangis lagi karena dirinya.
Mobil yang dikemudikan oleh Rehan sudah sampai di depan kantor milik wanita cantik itu, keduanya turun dan kini berjalan beriringan. Sosok Zara cantik dan begitu ramah dengan rekan kerja dan karyawan. Walaupun orang tuanya jika perusahaan itu dipimpin oleh Rehan.
Mike saja yang sudah lama berhubungan dengannya tidak tahu, pria itu tahunya itu milik keluarga Rehan. Sedangkan Rehan sudah dibujuk kedua orang tuanya untuk menggantikan posisi Ayahnya.
Namun, Rehan sampai sekarang memilih memimpin perusahan yang Zara rintis sejak lama itu. Pria itu tidak tega, jika sepupunya itu turun tangan sendiri.
Rehan masuk ke ruangannya, sedangkan Zara ruangannya berada di depan ruangan Rehan. Keduanya bekerja secara profesional.
Zara yang sedang asik dengan pekerjaannya, sampai tidak sadar kalau jam sudah menunjukan jam makan siang. Wanita itu segera beranjak dari duduknya, Ia keluar dari ruangannya. Wanita itu menarik napas karena di luar sudah sepi, pasti semua sedang menikmati makan siangnya.
Zara segera keluar, wanita itu tersenyum saat melihat mobilnya sudah berada di kantornya. Wanita itu segera berjalan menuju ke mobilnya. Tanpa menunggu lama Zara mengemudikan mobilnya untuk keluar dari area kantornya.
Wanita itu menuju salah satu restaurant korea, ia sudah lama tidak mendatangi restoran favoritnya itu. Zara mengambil tempat di sudut, saat wanita itu sedang melihat buku menunya. Ia mendengar suara yang tidak asing di meja belakangnya. Zara tidak perlu melihat siapa pria itu, dengan mendengar suaranya saja sudah tahu.
meski keadaan kepepet gt cari cara lainlah buat menghadapi mike
bukan malah mencium orang yg bukan mahramnya