Galang Aditya Pratama—seorang pengacara ternama yang dikhianati oleh sang istri hingga bertahun-tahun lamanya. Kemudian, Cinta Amara hadir di kehidupannya sebagai sekretaris baru. Amara memiliki seorang putri, tetapi ternyata putri Amara yang bernama Kasih tak lain dan tak bukan adalah seseorang yang selama ini dicari Galang.
Lantas, siapakah sebenarnya Kasih bagi Galang?
Dan, apakah Amara akan mengetahui perasaan Galang yang sebenarnya?
###
"Beri saya kesempatan. Temani saya Amara. Jadilah obat untuk menyembuhkan luka di hati saya yang belum sepenuhnya kering. Kamulah alasan saya untuk berani mencintai seorang wanita lagi. Apakah itu belum cukup?" Galang~
"Bapak masih suami orang. Mana mungkin saya menjalin hubungan dengan milik wanita lain." Amara~
***
silakan follow me...
IG @aisyahdwinavyana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Vya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21~
~TIDAK MAU CERAI.
###
Vanila menelan ludahnya susah payah.
"Si*al! Kenapa Mas Galang bisa punya foto-foto itu? Apa selama ini dia menyuruh seseorang untuk mematai-mataiku?" serunya dalam hati.
Perempuan itu seolah membeku dengan apa yang ditunjukkan Galang. Dia pikir selama ini suaminya yang baik hati dan polos itu tidak tahu menahu soal perselingkuhannya. Vanila kira Galang tidak akan pernah tahu tentang kebusukannya. Namun, sepertinya dia telah salah menduga. Suaminya ini tidak se-polos dan sebodoh itu.
Lantas, bagaimana sekarang? Apa yang harus dia katakan untuk beralasan. Sementara bukti sudah sangat memberatkan dirinya.
"Enggak! Aku enggak mau kalo sampai Mas Galang cere'in aku. Enggak bisa! Ini enggak akan terjadi."
Cukup lama dia berpikir, dan dengan liciknya Vanila sekali lagi akan menguji Galang dengan ketidakberdayaannya. Yah, dia harus mencobanya. Selama ini lelaki itu tidak akan pernah sanggup melihatnya menangis.
Setelah berpikir keras, akhirnya Vanila memutuskan untuk berjongkok di kaki Galang dan berpura-pura menangis. Meminta dan mengharap pengampunan dari suaminya.
"Mas! Tolong maafin aku, Mas. Maaf. A-aku benar-benar khilaf. A-aku menyesal, Mas. Maafin aku, Mas. Maaf ...." Vanila berujar disertai derai air mata dan isakan yang memilukan. Dan, demi menunjang aktingnya, dia bahkan sampai rela bersujud di sepatu Galang.
Suara tangisannya menggema ke seluruh ruangan kamar mewah itu. Vanila menangis sejadi-jadinya, seakan dia sangat menyesali perbuatannya.
"Maafin aku, Mas ... maafin aku ...." Isakan Vanila sedikit menyentuh relung hati Galang yang lembut. Sebenci-bencinya dia kepada Vanila, namun tetap saja tidak semudah itu mengubur perasaan cintanya yang begitu besar.
Apa yang dilakukan Vanila memang sangat mengejutkan. Selama ini istrinya yang licik itu tidak pernah sekali pun menganggap dan menghargainya. Lalu, detik ini Vanila bersujud bahkan mencium kakinya dengan suka rela. Sebagai suami, Galang tentu tidak tega melihat Vanila melakukan hal tersebut.
Akan tetapi, di lain sisi harga dirinya sebagai laki-laki telah diinjak-injak sebegitu keji. Hingga selama bertahun-tahun Vanila berhasil membodohinya. Yang lebih menyakitkan ialah, jika hampir tiga tahun secara tidak sadar dirinya telah menikmati tubuh yang juga dinikmati lelaki lain.
Ah, seandainya Galang tahu lebih awal, mungkin dia tidak akan pernah sudi menyentuh istrinya.
"Mas! Mas kenapa diem aja? Mas boleh marah. Mas boleh pukul aku jika itu bisa buat Mas puas. Asal jangan ceraikan aku, Mas. Aku mohon ...." Vanila terus meraung di bawah kaki Galang yang tak bergeming sedikit pun.
Galang tersenyum kecut mendengar rengekan Vanila yang dia ketahui hanyalah sebuah kebohongan.
"Oh, jadi itu maksudnya. Dia sengaja menangis dan berpura-pura mencium kakiku, supaya aku enggak menceraikannya. Licik juga kamu, Vanila. Tapi, kita liat lebih licik mana antara aku dan kamu."
"Ekhm!" Galang berdeham seraya menekuk kakinya. Menatap wajah Vanila yang berantakan dan bersimbah air mata justru membuatnya semakin muak. Dia lantas memegang kedua lengan perempuan itu, meski pun sebenarnya dia jijik.
"Dengarkan aku. Apa alasanmu yang enggak mau aku ceraikan, heuh?Apa? Jawab!" Galang membentak hingga suaranya bergema di seluruh ruangan dan membuat Vanila berjengit ketakutan.
Sorot matanya seakan memancarkan kilat amarah yang berapi-api. Sorot mata yang dulu teduh dan penuh cinta kini telah berubah menjadi sorot kebencian.
"A-apa maksud, Mas? A-aku enggak ngerti," tanya Vanila gagap. Bola matanya bergulir ke arah lain, guna menyembunyikan kepura-puraannya.
"Heuh!" Galang mendengkus seraya menggeleng heran. Istrinya ini sangat pintar sekali berakting. "Kamu tanya apa maksudku? Kamu enggak mau 'kan aku ceraikan kamu? Terus sekarang aku tanya, kenapa kamu enggak mau aku ceraikan? Bukannya selama ini kamu enggak pernah menganggapku sebagai suamimu? Lalu, untuk apa kamu bertahan dengan pria sepertiku? Hem? Untuk apa?"
"... kamu bahkan tega selingkuh di belakangku dengan manager sial*n itu selama bertahun-tahun. Kalo kamu emang enggak bahagia sama aku, ya udah, lebih baik kita pisah. Dan jalani hidup kita masing-masing. Aku sama hidupku dan kamu sama dunia modelmu itu," tukas Galang memaparkan semua kesalahan istrinya.
"Tapi sekarang karirku udah hancur, Mas. Aku udah hancur karena kesalahan yang udah aku perbuat selama ini. A-aku udah enggak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Cuma kamu harapanku satu-satunya, Mas. Cuma kamu." Vanila masih berusaha keras untuk membujuk Galang. Dia tidak mau jika harus kehilangan semuanya.
"Sekarang kamu baru sadar kalo aku ini harapan kamu? Hah! Baru sadar?" bentak Galang lalu tertawa sarkas. "Vanila ... Vanila ... ck!" Menggelengkan kepalanya sambil berdiri.
Melihat tingkah suaminya, Vanila malah jadi takut. Galang seolah ingin menghabisinya saat ini juga. Lelaki itu benar-benar berbeda dari yang dikenalnya dulu.
Sembari terus tertawa, Galang lantas berjalan ke arah jendela kamar yang terbuka. Dia berdiri di sana sambil memandang ke bawah yang langsung ke arah taman belakang rumahnya. Tawanya berhenti terganti dengan helaan napas berat yang berembus di hidungnya.
Kemudian, Galang menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sedangkan Vanila masih pada posisinya. Terduduk di lantai kamar yang dingin dengan handuk yang melilit di tubuhnya. Air mata di pipinya sudah mengering, namun kini ada rasa takut yang menghigapinya.
'Apa dia akan melemparku ke bawah sana?" Vanila membatin takut.
Setelah beberapa saat hening, Galang pun kembali bersuara.
"Kamu pikir setelah apa yang kamu perbuat, aku masih mau hidup bersama wanita sepertimu? Kalo kamu berpikiran seperti itu, maka kamu sudah salah. Aku enggak akan pernah sudi menyentuhmu lagi meski tinggal kamu satu-satunya wanita di dunia ini. Enggak akan! Karena bagiku saat ini kamu cuma barang bekas yang enggak layak aku pertahankan. Ngerti kamu?" Galang menoleh sekilas pada Vanila, kemudian menghadap ke depan lagi.
"Secepatnya aku akan urus surat perceraian kita. Dan, kamu silakan pergi dari rumah ini. Aku enggak akan pernah mempertahankan hubungan yang sudah ternodai. Cuma laki-laki bodoh yang melakukan hal itu," sambung Galang lagi yang disertai helaan panjang.
Miris.
Hidupnya begitu miris. Biasanya dia menangani kasus perceraian orang lain. Namun, kini dia harus menangani kasus perceraiannya sendiri. Apakah tidak ada hal yang lebih memalukan selain itu? Berita perselingkuhan istrinya sudah tersebar ke seluruh penjuru Indonesia. Nama baiknya pun ikut dipertaruhkan.
Akan tetapi, itu semua tidak masalah. Toh, yang akan dicap jelek Vanila bukan dirinya. Semua orang tahu siapa yang tercela dan berzinah. Galang tidak ambil pusing soal nama baiknya.
Vanila sontak berdiri dan menghampiri Galang. Dia memegang kedua lengan suaminya dan memaksanya agar mau menatapnya.
"Enggak! Aku enggak mau pisah dari kamu, Mas! Aku enggak mau!"
"Terus apa mau kamu, Vanila? Apa!" Galang mendesah kasar sambil meraup kasar wajahnya. "Kesalahan yang udah kamu perbuat enggak akan pernah termaafkan. Aku enggak bisa hidup sama perempuan yang enggak bisa menjaga kehormatannya. Aku enggak se-legowo itu sampai aku mau menerima kamu lagi." Menyentak kasar tangan Vanila yang masih memegang lengannya.
"Aku mau tetep jadi istri kamu, Mas. Aku mau kamu maafin aku. Aku janji aku akan berubah. Kalo perlu aku akan tinggalin dunia model demi kamu. Demi keluarga kita. Kamu mau anak 'kan? Oke. Aku akan hamil anak kamu. Aku akan melahirkan anak berapa pun kamu mau. Asal kamu mau maafin aku dan enggak ngusir aku. Pliss, Mas .... Aku enggak punya siapa-siapa lagi selain kamu." Vanila mulai menangis lagi, dia menjatuhkan diri dan meletakkan keningnya di lutut Galang sambil menangis sejadi-jadinya di bawah sana.
Perasaan Galang mulai terombang-ambing tidak jelas. Dia gamang dan bingung. Satu hal yang tidak dia habis pikir, kenapa mulutnya begitu berat menyebut kata talak untuk Vanila. Harusnya dia bisa melakukannya sekarang juga dan mengusir Vanila dari sini secepatnya.
"Berhentilah menangis, Vanila. Mau kamu menangis darah pun keputusanku tetap sama. Aku akan menceraikanmu."
Vanila menggeleng lemah dengan suaranya yang serak dan hampir habis dia menyahut,
"Aku enggak mau, Mas. Aku enggak mau. Aku enggak mau pisah dari kamu. Aku mohon ... aku mohon ...." Tangisannya semakin terdengar nyaring hingga membuat Galang yang pada akhirnya mengambil keputusan.
Menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu mengembuskannya perlahan. Galang lantas berkata,
"Baiklah. Jika itu yang kamu mau. Aku enggak akan menceraikanmu. Tapi, ada satu syarat yang harus kamu terima."
Vanila sontak mendongak, "Apa, Mas? Syarat apa? Katakan!"
###
tbc....
Atau penulis nya udah keabisan ide utk kelanjutannya?
sayang klo ga sampe abis n ending yg entah itu happy or sed ending.
setidaknya di selesaikan dulu sampe finish. jangan ngegantung.