Mencertakan tentang gadis miskin dari desa Senja Rinjani yang menjadi asisten rumah tangga. stelah beberapa tahun bekerja,anak sang majikan Awan Abimana jatuh hati padanya. Cinta mereka sangat manis,meski senja dari kalangan bawah orangtua Awan sangat menyayangi Senja. Apalgi ibu Awan sudah sangat menyayangi Senja sejak awal senja datang kerumahnya sebagai asisten dirumahnya. Nyonya Arumi ibu Awan sangat menginginkan anak perempuan,namun sayang kecelakaan saat Awan masih kecil merenghut rahimnya. itu juga yang menyebabkan awan tidak memiliki saudara. Namun cinta manis mereka tak berlangsung lama setelah Senja melahirkan anak pertamanya Awan bertemu kembali dengan wanita dimasa lalunya. Wanita yang telah menenmani awan sejak lama. Namun mereka harus berpisah saat Awan memutuskan study nya kelyar negri. Wanita bernama Hana itu memilih laki-laki lain yang lebih mapan dan sukses dari Awan. Namun setelah pertemuannya kembali dengan Hana saat Hana menjadi seorang janda hati Awan terus goyah,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Suryandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BIARKAN AKU MATI
Empat Bulan Kemudian
"Hoek... Hoek... Hoek" Awan memuntahkan isi perutnya sehabis sarapan. Rencana kekantornya dia batalkan karena tiba-tiba dia begitu lemas tak bertenaga dan perutnya seperti diaduk-diaduk.
Senja pun begitu panik melihat suaminya tiba-tiba tidak enak badan padahal sebelum sarapan tadi masih baik-baik saja hanya terlihat kurang bersemangat.
"Mas kamu kenapa"? Tanya Senja masuk kamar mandi membantu mengelap bibir suaminya yang muntah-muntah.
"Kamu kesana beib, ini jorok" usirnya pada Senja.
"Nggak apa-apa mas, ini kamu memang lagi sakit" ucapnya pada Awan.
"Tubuhku rasanya lemas sekali beib, habis makan daging rasanya perut seperti diaduk-aduk" keluh Awan pada sang istri.
"Kita panggil Dokter Raymon saja gimana mas, biar mas diobati" usul Senja
"Tidak usah beib, nanti aku juga sembuh" tolak Awan
"Tapi mas lemes gini loh" ucap Senja perhatian
"Mas baw istirahat saja nanti juga baikan kok" ucapnya pada istrinya itu.
"Aku buatan teh jahe dulu, biar tubuh mas terasa hangat ya" kata Senja. Awan pun hanya menganggukan kepalanya. Lalu dia mulai berbaring diatas ranjang empuknya itu.
Senja pun pergi kedapur untuk menyeduh teh jahe untuk Awan.
"Awan mana sayang, sudah berangkat kerja"? Tanya mommy Arumi tiba-tiba datang kerumah mereka. Senja pun terlonjak kaget karena tadi belum ada siapa-siapa. Iya Awan dan Senja sejak pulang dari bulan madu mereka memang memtuskan pindah kerumah mereka sendiri. Awan mengajak Senja pindah kerumah yang dibelinya dengan alasan ingin mandiri.
"Ada dikamar mom, setelah sarapan tadi tiba-tiba muntah-muntah dan tubuhnya sangat lemas. Mommy sudah sarapan belum"?ucap Senja pada Nyonya Arumi
"Sudah tadi dirumah, Awan muntah-muntah"? Tanya Nyonya Arumi kawatir.
"Iya Mom, tapi mau Senja panggilkan dokter mas Awan melarang. Katanya mungkin masuk angin biasa kerena kelelahan saja"? Jawab Senja pada ibu mertuanya itu.
"Ya sudah, Mommy tengok dulu Awan kebiasaan itu anak kalau sakit susah banget suruh periksa"? Ucapnya pada Senja sambil menggerutu
"Iya Mom" jawab Senja sambil masih sibuk membuatkan teh jahe untuk suminya.
Sedangkan mommy Arumi kini sudah dikamar Awan, dia melihat anak laki-laki semata wayangnya itu dengan tubuh lemas dan pucat.
"Kamu kenapa Wan"? Tanya Mommy Arumi
"Nggak tau ma, tiba-tiba pagi ini tubuh Awan lemas. Habis sarapan Awan justru sangat mual, padahal steak masakan Senja biasanya sangat enak tp tadi mencium aromanya saja aku sungguh mual. Namun karena tidak mau membuatnya kecewa tetap ku paksa habiskan" jawab Awan dengan nada lemah.
"Tunggu..tunggu kamu tiba-tiba mual mencium aroma masakan yang kamu suka, jangan-jangan..." ucap Mommy Arumi menggantung
"Jangan-jangan kenapa ma"? Tanya Awan jadi penasaran
"Sebentar Mommy akan keluar sebentar kaku tidak usah kekantor dulu" ucap sang Mommy lalu terburu-buru pergi.
Sampai Senja saja heran melihat tingkah laku mertuanya itu.
"Mommy mau kemana mas"? Tanya Senja saat memasuki kamar
"Nggak tau tuh, aneh banget setelah bicara sebentar langsung pergi dan nyuruh mas nggak ngantor dulu" ucapnya pada istrinya itu.
"Ya sudah, ini tehnya mas minum dulu"? Senja menyodorkan gelasnya kepada Awan untuk diminum.
"Segar sekali beib, enak diperut" ucap Awan
"Syukurlah mas kalau begitu, mas mau nggak aku bikinin soup jamur kesukaan mas biar Bi Sari belanja ke supermarket semua kebutuhan bulanan kebetulan juga habis" Ucap senja pada suaminya.
"Nggak usah beib, aku membayangkannya saja sudah enek" jawab Awan dengan ekspresi yang tak terbaca.
"Mas aneh deh, itu kan biasanya kesukaan mas. Apalagi kalau lagi nggak enak badan gini" heran Senja pada Awan karena biasanya kalau mendengar soup jamur dia bakal semangat banget.
"Nggak tau mas lagi nggak mau itu beib" ucapnya cemberut
Hal ini membuat Senja heran dengan tingkah suaminya yang tiba-tiba seperti anak kecil saja.
Dan tak lama kemudian Mommy Arumi datang lagi dengan wajah sumringah penuh harap.
"Mom dari mana"? Tanya Senja.
"Sayang sini deh" ucapnya sambil meletekkan bobotnya disofa.
Senja pun duduk didekat Mommynya itu.
"Kamu terakhir siklus bulanan kapan"? Tanya Mommy Arumi
"Deg" Senja memang tidak ingat terakhir kapan dia mendapat siklus haidnya. Mungkin sudah dua bulan terakhir dia tidak haid sama sekali.
Senja pun menggeleng lemah, "aku tidak ingat Mom, mungkin sudah dua bulan ini gak haid sama sekali. Memangnya kenapa sih Mom"? Tanyanya pada sang Mommy.
"Ya sudah ayo sekarang kita tes dulu siapa tau kamu lagi hamil muda" ucapnya bersemangat
"Hamil? Tidak mungkin Mom aku belum lama kan nikah sama mas Awan" ucap Senja.
"Dicoba dulu sayang, karena dulu waktu Mommy hamil Daddy mu yang ngidam. Itu namanya kehamilan simpatik, siapa tau Awan juga lagi ngidam. Sekarang tes dulu ya"? Ucapnya pada menantunya itu
"Terus ini gimana pakainya"? Tanya Senja
"Kamu taruh urin kamu dalam wadah lalu sisi yang ini kamu celupkan dalam urinmu itu sayang. Kalau garis dua itu tandanya kamu sedang hamil" Mommy Arumi memberi arahan pada mantunya itu.
Senja pun mengangguk paham, lalu dia pergi kekamar mandi yang ada diluar kamarnya.
Didalam kamar mandi Senja harap-harap cemas sendiri. Dan benar saja setelah beberapa waktu alat tersebut menunjukkan dua garis merah begitu terang.
Senja pun bahagia bercampur haru, dia seerti tidak menyangka akan secepat itu mendapatkan kehamilannya.
Dia pun keluar kamar mandi dengan setengah berlari, lalu berhambur memeluk tubuh sang Mommy.
"Gimna sayang hasilnya"? Tanya Mommy Arumi
Senja pun perlahan melepaskan pelukannya dan memberikan hasil tespeknya. Seketika air mata bahagia menggenang dipelupuk mata Mommy Arumi.
"Alhamdulillah Masyaaallah, selamat sayang akhirnya kamu akan menjadi ibu" dipeluknya Senja dan diciuminya pipi cubi milik wanita cantik itu.
"Ayo kita kasih tau Awan pasti dia juga bahagia" ucapnya pada menantunya itu. Mereka pun akhirnya kekamar dimana Awan sedang beristirahat.
"Mas lihat ini" tunjuk Senja saat didekat suaminya itu.
"Ini..." ucapnya setengah belum percaya
"Iya Wan, kamu akan menjadi seorang ayah, dan mommy akan dipanggil nenek" ucapnya penuh bahagia pada anak lelakinya itu.
"Alhamdulillah" ucap Awan bahagia lalu dia merengkuh tubuh istrinya itu dalam pelukannya. Begitu juga mommy Arumi menghambur memeluk mereka. Hari ini hari yang bahagia untuk keluarga kecil mereka karena sebentar lagi akan kedatangan malaikat kecil ditengah-tengah keluarga.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dilain tempat, didalam kamar Felisya sedang meratapi nasipnya. Kini wajah cantiknya tak terlihat lagi. Matanya begitu hitam dan sembam, rambutnya acak-acakan tak terawat.
"Akhhhhh...aku mau mati saja" pekiknya menjerit histeris.
Tangisnya begitu pilu menyayat hati. Kini dunianya seakan runtuh.
Perut buncitnya tidak lagi dia pedulikan, dia terus memukulinya. Felisya sungguh tidak bisa menerima kehadiran bayinya itu. Baginya bayi itu adalah kesialannya.
Pandangannya pun kini pada pisau buah yang terletak diatas nakas dekat tempat tidurnya.
Dengan tatapan kosong dan keputus asaan Felisya pun mengambil pisau tersebut
Dan "tes" darah segar mengalir dari pergelangan tangan yang dia gores dengan pisau itu.
Lambat laun matanya berkunang-kenang, "Maafkan Feli ma, pa"? Feli tidak lagi sanggup menanggung semuanya sendiri" ucapnya diakhir pandangannya yang semakin menggelap. Dan dia pun kini sudah tidak tau lagi masih hidup atau sudah mati....