"Aduh!!" Lia mengaduh karena ada seseorang yang menabraknya, saat ia menoleh ke belakang ternyata ada anak laki-laki yang terlihat menunduk kemudian Lia mensejajarkan tingginya dengan anak itu
"Hai, apa kamu yang tabrak aku tadi?" Anak kecil itu mengangguk,
"Siapa namamu?" Anak kecil itu mendongak
"Nama aku... " Ucapan anak kecil itu terpotong karena ada yang memanggilnya,
"Kevin!" Lia menoleh ke sumber suara
Deg!
"Kevan?"
"Lia?"
________________________________________
Liana Putri Leonard, gadis yang memiliki senyum manis dan pesona yang dapat mengikat kaum pria. Dia di tinggal menikah oleh kekasihnya, tapi suatu saat setelah sekian tahun dia kembali di pertemukan dengan mantan kekasihnya itu.
Akankah Lia kembali pada mantan kekasihnya?
Penasaran bukan? Yuk baca dan tunggu kelanjutan ceritanya.
Jangan lupa like, komen, vote dan rating 5-nya ya teman-teman. Mohon dukungannya🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marselia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Haii, mana nih like, komen dan votenya. Hmm kasih dukungan dong supaya aku makin semangat😄
Aku tunggu ya,
Selamat membaca
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱
"Aku kasih tahu Bunda dulu ya," Lia hanya mengangguk Adrian pun berjalan keluar.
Lia menunggu keluarganya sambil menatap ke sekeliling ruangan, seperti biasa luas dan hanya berwarna putih saja serta bau obat-obatan. Lia menghela nafas pelan, lalu pintu terbuka. Semua keluarga langsung menghampiri Lia disana juga ada sahabatnya dan kak Oliv.
Bunda berjalan cepat menghampiri Lia lalu memeluknya, "Akhirnya kamu bangun sayang, jangan tinggalin Bunda Nak. Jangan!" Bunda melepas pelukannya,
Ayah mengecup kening Lia, "Putri Ayah kuat ya, jangan gini lagi sayang." Lia hanya tersenyum
Alfa mendekat, "Kamu tuh ya, hobi banget buat kita khawatir. Jangan gini lagi dek, Abang engga sanggup liat kamu kaya gini." Lia menunduk mendengar penuturan Alfa
"Maaf, maafin aku sudah buat kalian semua khawatir. Aku.. aku cuma-" ucapan Lia terhenti karena Alfa meletakkan jari telunjuknya di Mulu Lia
"Sstttt, kita ada untuk kamu. Jangan takut, jangan ngerasa sendiri. Masih ada kita," Lia memeluk Alfa erat
Lia mendongak saat sedang nyaman bersandar di dada Alfa, "Abang, aku lapar" Lia menunjukkan tampang memelasnya hal itu membuat mereka tertawa kecil melihat kelakuan Lia
Alfa pun berdecak, "Kamu lagi sakit juga masih mikirin perut," Lia melepaskan pelukannya lalu mengerucutkan bibirnya
Alfa menyentil kening Lia membuatnya mengaduh, "Ya sudah kamu mau apa?"
Mata Lia langsung berbinar, "Bakmie ya," permintaan Lia di balas gelengan oleh Alfa
"Engga boleh! Yang lain aja,"
"Ayolah Abang, aku pengen Bakmie ya ya boleh ya,"
Alfa menggeleng, "Yang lain, kalau itu nanti pas kamu sudah sembuh." Lia pun melihat ke arah Bunda dan Ayah di balas gelengan oleh mereka
"Ya sudah engga jadi!" Lia merajuk, Alfa menghela nafas
Ayah mengusap rambut Lia lembut, "Makan yang lain ya, itu jangan dulu." Lia pun mengangguk pasrah
"Ya sudah apa saja," Alfa mengangguk lalu berjalan keluar
Putra mendekat ke arah Ayah lalu membisikan sesuatu, mereka berdua berjalan keluar.
Sedangkan para perempuan mengajak Lia berbicara sambil menunggu makanan Lia datang. Tak lama Alfa datang membawa makanan,
Alfa menyerahkan bingkisan itu, "Habiskan ya, Abang keluar dulu." Lia mengangguk
Di luar ruangan, Alfa, Ayah dan Putra duduk di kursi.
"Jadi apa kamu tahu siapa pelakunya?" Putra mengangguk lalu menghela nafas
"Dia Om Varo. Papanya Kevan, Yah." Ujarnya
"Apa?!" Itu bukan suara Alfa atau ayah. Melainkan suara Adrian dan Om Kelan.
Adrian dan Om Kelan berjalan mendekati mereka, "Maaf saya tadi dengar sedikit, maksud kalian apa? Kalian yakin Varo pelakunya?" Tanya Om Kelan
Mereka mengangguk, "Dua orang itu anak buahnya Om Varo, mereka bilang di suruh sama dia," jelas Putra
Adrian dan Om Kelan masih tidak percaya karena setahu mereka Varo itu sangat baik dan tegas.
"Kalian yakin? Tapi yang saya tahu Varo itu baik dan tegas," mereka mengangguk
Adrian bertanya, "Kalau itu benar apa alasan dia lakuin hal itu?" Mereka terdiam
Kemudian Ayah berdeham, "Varo, dia itu sahabat saya sejak kecil, tapi saat kita SMA kita berselisih karena mencintai perempuan yang sama, yaitu Rania. Rania pun memilih saya sehingga membuat Varo membenci kami karena dia berpikir kami berkhianat,"
"Jadi itu alasannya, Le?" Ayah mengangguk
"Saya sudah coba untuk menjelaskan tapi Varo tetap tidak mengerti. Entahlah saya bingung harus bagaimana lagi, saya kira Varo sudah tidak membenci saya tetapi dugaan saya salah, dia masih membenci saya hingga melampiaskannya pada Lia." Penjelasan Ayah membuat Adrian dan Om Kelan mengangguk paham.
"Kalau gini caranya Ayah kita harus jaga Lia lebih ketat lagi, Alfa engga mau Yah kita sampai kecolongan." Mereka mengangguk
Sedangkan Adrian bingung, ia harus bagaimana sebab Varo atau Papanya Kevan itu adalah kliennya. Om Kelan yang menyadari perubahan Adrian, hanya bisa menepuk bahu itu pelan.
🌿🌿🌿
Sedangkan di sisi lain, seorang anak dan lelaki tua sedang berdebat.
"Mau Papa apa sih? Aku sudah coba ikutin kemauan Papa, tapi kenapa Papa masih menyakiti dia?" Lelaki tua itu hanya tertawa kecil
"Keinginan Papa hanya satu. Keluarga mereka hancur." Perkataan itu membuat sang anak emosi
"Pa!! Aku sudah berusaha jauhin dia bahkan aku sudah menyakitinya, kenapa Papa masih saja dendam? Dia engga tahu apa-apa,"
"Papa kali ini sudah keterlaluan, mulai saat ini aku engga akan lagi ikuti apa kemauan Papa!" Dia mulai berjalan meninggalkan lelaki tua itu, tapi langkahnya tiba-tiba berhenti saat mendengar perkataan lelaki tua itu
"Kamu berani melindunginya, Papa engga akan segan untuk menghancurkannya lebih dari ini." Seketika tubuhnya menegang.
"Ingat, Papa engga pernah main-main dengan perkataan Papa. Camkan itu!" Lelaki tua itu melangkah meninggalkan anaknya.
"Arghhhh!!!!!! Kenapa jadi kaya gini, KENAPA!!!!" Dia menjambak rambutnya frustasi, lalu memukul tembok yang ada di sebelahnya.
🌿🌿🌿
Hari sudah malam, saat ini di dalam kamar inap Lia hanya ada dirinya dan Adrian. Keluarga dan sahabatnya sudah pulang dari satu jam yang lalu, mereka terpaksa pulang karena Lia yang memaksa untuk mereka beristirahat.
"Adrian?" panggil Lia, Adrian pun menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya 'apa'
Lia menghela nafas, "Aku.. Aku ingin hubungan kita berakhir," nafasnya tercekat ketika mengucapkan kata 'berakhir' sedangkan Adrian merasa terkejut, dadanya terasa sesak
"Kenapa?" Adrian bertanya sedangkan Lia hanya terdiam
Adrian menggenggam tangan Lia, "Jawab aku, kenapa hubungan ini harus berakhir?" Lia menatap Adrian terlihat jelas raut kekecewaan disana.
Lia pun melepaskan genggaman tangan Adrian, "Aku.. Aku engga bisa, Yan. Ada banyak perempuan diluar sana yang lebih baik dari aku," perkataan Lia membuat Adrian semakin bingung
"Maksud kamu?"
Lia menunduk, "Aku bukan perempuan yang baik, aku sudah pernah disentuh, Yan." Lia menjeda perkataannya lalu menarik nafas dan menghembuskan nafasnya pelan
"Kamu tahu, semenjak kejadian penculikan itu aku merasa jadi wanita paling hina, Yan. Aku merasa tidak pantas untuk siapapun termasuk kamu." Akhirnya Adrian mengerti apa maksud Lia,
"Kalau kamu mau cari perempuan lain engga apa-apa, aku ikhlas. Aku tahu aku engga pantas untuk kamu," Adrian menggeleng
Adrian menangkup pipi Lia, "Hei lihat aku, tatap aku, sayang." Lia pun mendongak menatap Adrian dengan mata yang sudah berkaca-kaca
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Apapun itu yang menjadi kekuranganmu aku akan menerimanya." Lia menggeleng
"Aku menjijikan Adrian, apa kamu masih mau menerima wanita menjijikan seperti aku? Hah?!"
"Kamu engga menjijikan, aku tahu dan aku lihat apa yang terjadi sama kamu saat itu. Laki-laki itu memang menyentuhmu tetapi tidak sejauh itu, aku melihat semuanya." Lia mulai menangis
"Adrian aku mohon, jangan membuat aku semakin merasa jijik pada diriku sendiri saat kamu masih menerimaku. Aku.. Aku engga bisa," ucap Lia di tengah isakannya
"Ana, aku mencintaimu apa kamu tidak percaya dengan hal itu? Aku menyayangimu lebih dari aku menyayangi diri aku sendiri. Aku engga akan sanggup untuk kehilangan orang yang aku cintai lagi, Ana. Sudah cukup Mama yang meninggalkan aku, kamu jangan. Aku mohon, Ana. Jangan memaksa aku untuk pergi, aku sangat mencintaimu." Adrian menangis hal itu membuat tangisan Lia semakin menjadi, Adrian memeluk Lia dengan erat
"Aku mohon, izinkan aku untuk bisa bersamamu, sayang. Aku engga peduli kamu seperti apa, aku hanya menginginkan kamu, Ana." Lia semakin terisak
"Aku takut, Ian. Aku takut kamu akan meninggalkan aku karena kamu engga bisa nerima aku,"
"Aku engga akan ninggalin kamu Ana, aku akan tetap bersamamu. Kamu mau kan menerimaku?" Lia hanya mengangguk, mereka terus saja berpelukan meresapi kehangatan yang tercipta, hingga Lia tertidur dalam pelukan Adrian.
Secara perlahan Adrian melepaskan pelukannya, membaringkan Lia di tempat tidur lalu memasangkan selimut untuknya. Saat ia hendak pergi tiba-tiba Lia mencekal tangannya,
"Jangan pergi," ucapnya dalam keadaan mata terpejam akhirnya Adrian pun memilih membaringkan tubuhnya di sisi Lia lalu menjadikan tangannya sebagai bantal Lia. Lia pun tanpa sadar bersandar di dada bidang Adrian, nyaman itu yang Lia rasakan sekarang apa lagi di tambah dengan usapan lembut di kepalanya membuat Lia semakin pulas. Tak lama Adrian pun ikut pergi ke alam mimpi
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱
Jangan lupa ya klik like, tambah favorit, follow, vote dan rating 5 nya juga ya. Supaya aku makin semangat update tiap hari.😊
See you next episode
Apa karna masih diawal kisah????
Coba deh nanti smp setengah kisah, kalo masih ttep gl greget, gk tk lanjut mf ya